UNS Teliti Kain Lurik Tradisional

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 6 Desember 2012 03:04 WIB

Seorang perajin melakukan proses pembuatan kain tenun Lurik khas Klaten di Desa Bowan, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jateng. ANTARA/Idhad Zakaria

TEMPO.CO , Jakarta: Institut Javanologi Universitas Sebelas Maret Surakarta saat ini tengah melakukan penelitian mengenai produk lurik tradisional. Penelitian itu dilakukan sebagai upaya mempopulerkan kain lurik seperti halnya produk batik.

Mereka telah mengawali proses penelitian tersebut sejak awal tahun. "Kami akan terus melanjutkannya pada tahun depan," kata Ketua Institut Javanologi UNS, Sahid Teguh Widodo, Rabu, 5 Desember 2012. Hingga saat ini, mereka belum mampu menyelesaikan pemetaan sentra kerajinan lurik yang dilakukan di wilayah Surakarta dan sekitarnya.

Sahid menyebutkan bahwa pusat kerajinan lurik banyak ditemukan di daerah Klaten. "Bahkan kami menemukan perajin lurik gendhong yang semula sudah diperkirakan punah," katanya. Lurik gendhong adalah proses pembuatan lurik dengan peralatan alat tenun bukan mesin berukuran kecil atau portabel.

Penelitian itu dibutuhkan untuk menyusun konsep pengembangan industri lurik. "Lurik memiliki peluang untuk dikembangkan sebagaimana batik," katanya. Lurik juga dinilai sebagai peninggalan kebudayaan yang sudah ada sejak zaman Brawijaya.

Menurut Sahid, lurik juga memiliki nilai filosofis yang cukup tinggi. "Motif lurik melambangkan sebuah kesederhanaan dan perilaku yang lurus," katanya. Itu sebabnya, pada masa lalu lurik banyak digunakan oleh rakyat jelata.

Dia menyebutkan bahwa pada saat ini industri tekstil berskala besar pun juga sudah melirik lurik sebagai produk unggulan. "Mereka memproduksi kain bermotif lurik," katanya.

Meski coraknya mirip, dia menyebut bahwa kain bermotif garis lurus itu bukan lurik lantaran dibuat dengan cara printing. "Sedangkan lurik hanya bisa dibuat dengan alat tenun bukan mesin," katanya. Sahid menyebut bahwa lurik memiliki kelas yang lebih tinggi lantaran berupa kerajinan tangan.

Presiden Direktur PT Sritex, Iwan Setyawan Lukminto, menyebut bahwa kain bermotif lurik tidak akan menjadi kompetitor bagi produk lurik yang diproduksi oleh perajin. "Pangsa pasarnya sangat berbeda," katanya.

Dia mengatakan bahwa produknya merupakan produk massal sehingga harga jualnya lebih murah. "Pangsa pasarnya adalah kelas menengah," katanya. Sedangkan kerajinan tangan lurik lebih menyasar pada konsumen tingkat atas.

Meski demikian, dia mengakui bahwa saat ini masih banyak perajin yang belum mampu mengemas produknya dengan lebih baik. "Mereka membutuhkan kemasan agar memiliki nilai jual lebih tinggi," katanya. Perusahaannya menyatakan siap untuk bermitra dengan para perajin.

Dia menyebut bahwa perusahaannya ingin mempopuperkan lurik dengan produk tersebut. Menurutnya, dia ingin mengembalikan lurik pada masa kejayaannya seperti masa lampau. "Tidak perlu ada dikotomi antara tekstil motif lurik dengan kain lurik," katanya.

Salah satu perajin lurik gendhong asal Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Musiyem mengatakan bahwa dia hanya mampu memproduksi satu helai lurik dalam dua hari. "Satu helai lurik bisa laku Rp 25 ribu," katanya.

Harga jual yang rendah tersebut membuat banyak perajin yang memilih berpindah mata pencaharian. "Kami takut tidak laku jika harus menjual mahal produk kami," kata wanita yang sudah 50 tahun menjadi perajin lurik tersebut.

AHMAD RAFIQ



Berita Lainnya:
Di Gunung Kidul Ada Gua Purba Baru?
Sail Komodo, NTT Siapkan 44 Destinasi
Tiga Satwa Langka di Bali Zoo Melahirkan Bayi
Sarjana Kelautan Bersihkan Laut Bunaken

Bedog Art Festival Raih Rekor MURI

DIY Minta Desa Wisata Gelar Acara 2 Kali Setahun

Pengunjung Gunung Padang Turun hingga 90 Persen

Kepatihan Ditata untuk Kurangi Macet Malioboro

Ini Dia Penumpang Idaman Para Pramugari

Perayaan Sekaten Yogyakarta Ditata Lebih Nyaman

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

29 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya