TEMPO.CO, Maumere - Seeing is believing, mengutip kalimat St. Tomas. Pepatah inilah yang akhirnya membuat komunitas budaya visual Gambara dan Yayasan Sosial Pembangunan Maumere menggelar Gambara Photo Award dengan tema Flores Bangkit.
Sebanyak 20 fotografer dari seluruh Indonesia berburu foto esai di 20 titik lokasi di Flores, sejak 21 sampai 24 Oktober 2012. Uniknya, para peserta lomba ini selama beberapa hari mesti tinggal di rumah penduduk dan membuat esai foto selama di sana.
Direktur Gambara, Trisakti Simorangkir, mengatakan ke-20 peserta ini merupakan hasil seleksi dari sekitar 10.000 foto yang kemudian disaring menjadi 6.000 foto yang masuk saat pendaftaran dibuka. Dua puluh titik lokasi di daerah terpencil tersebut dipilih berdasarkan kondisi kesehatan penduduk, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. "Metode sampling," kata Sakti, di Sea World Club, Maumere, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 26 Oktober 2012.
Dua puluh titik itu antara lain: Golo Bilas, Komodo; Tado Nampar Mancing, Sano, Nggoang; Bulan, Ruteng; Wangkung, Reo; Watunggene, Kota Komba; Kota Ndora, Borong; Kelitei, Aimere; Manubara, Tololela, Jerebuu; Nata Gene, Boawae; Tendatoto, Wolowae; Nggela, Wolojita; Tou Timur, Kota Baru; Masabewa, Paga; Nita, Nita; Timu Tawa, Talibura; Bama, Demon Pagong;
Karawatung, Solor Barat; Oringbele, Witihama, Adonara; Jontona, Ileape Timur; dan Hingalamamengi, Omesuri. "Fotografer didampingi orang lokal," kata Sakti.
Pada Kamis, 25 Oktober 2012, para fotografer yang tersebar di seluruh kabupaten di Flores ini mulai berdatangan dan berkumpul di Maumere. Para juri menilai karya-karya tersebut pada Jumat, 26 Oktober 2012. Flores menjadi pilihan lokasi tahun ini. Dua tahun sebelumnya Gambara menyelenggarakan lomba yang sama di Nias.
Kenapa Flores? Karena kondisi Indonesia bagian timur memang tertinggal jauh perkembangan ketimbang Indonesia bagian barat dan tengah.
Oscar Motuloh, Ketua Dewan Juri, mengatakan fotografi menjadi perwakilan mata yang menyatakan realitas Indonesia. Apalagi, para peserta ini tinggal di antara penduduk. Sehingga mereka bisa menceritakan masyarakat di lokasi mereka melalui foto. "Jadi di foto-foto itu ada narasi kuat tentang kondisi realitas sosial," kata Oscar.
Menurut Oscar, foto mempunyai kekuatan besar untuk menarik perhatian dunia. Ia mencontohkan gempa Nias yang dijepret dan dimuat di media. Foto itu menampilkan kondisi gedung-gedung yang runtuh dan korban gempa. Jepretan itu kemudian membuat banyak orang tergerak untuk mengulurkan bantuan. Demikian pula dengan foto-foto yang dihasilkan dalam lomba foto bertajuk Flores Bangkit ini. Oscar berharap gambar-gambar ini berbicara mengenai kondisi Flores yang sebenarnya dan menjadi stimulus agar organisasi dan pemerintah bergerak membangun Flores. Ini pula yang jadi salah satu kriteria untuk menetapkan jawaranya. Para pemenang lomba foto ini akan diumumkan pada Minggu 28 Oktober 2012.
Selain lomba foto, Gambara dan Yaspem juga mengadakan bakti sosial kesehatan dan penyuluhan di dusun-dusun di NTT.
NIEKE INDRIETTA
Berita Terpopuler
Bandung Kebanjiran Turis
Festival Dago Pojok Digelar 15 Jam
Apa Itu Wisata Ziarah
Bakal Candi Terbesar di Bali Ditemukan
Tas Tradisional Papua Terancam Punah
Hanya Ada 1 Sail pada 2013: Sail Komodo
Jakarta Akan Gelar Kirab Budaya