Kaus Bahasa 'Walikan', Oleh-oleh Khas dari Malang  

Reporter

Editor

Selasa, 26 Juni 2012 10:41 WIB

Soak Ngalam, salah satu toko penjual, sekaligus produsen, kaos bertema Malangan dengan bergambar lucu dan kata-kata yang jenaka khas Malang, seperti halnya Joger di Bali dan Dagadu di Yogyakarta. TEMPO/Abdi Purnomo

TEMPO.CO , Malang - Malam belum gelap betul. Putri Arum Nilawati menelepon ibunya di Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Putri Arum Nilawati bertanya selera model, warna, dan ukuran kaus yang mau dibeli di toko kaus Soak Ngalam di Jalan Kawi Atas 24, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Jawaban dari Sepinggan memantapkan Nilawati membeli dua kaus lengan panjang warna biru. Barang belanjaan Nilawati dibungkus rapi oleh Andini Chintiyasari, karyawan toko.

“Ibu dan kakak saya pesan dibelikan untuk dikirim ke Sepinggan. Saya sudah tiga kali beli kaus Malangan di sini karena kos saya dekat dari sini dan toko Soak Ngalam ini sering saya lewati,” kata Nilawati, 22 tahun.

Mahasiswi semester akhir Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Malang itu menyukai bahan katun kaus yang dibuat Soak Ngalam selain desain unik dengan gambar dan kata-kata jenaka.

Sebenarnya, sebagai orang Balikpapan, semula dia tak begitu mengerti arti kata-kata yang tercetak di kaus. Kata-kata yang dipakai dari bahasa Indonesia atau campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa logat Jawa Timur-an.

Salah satu ciri khas pembeda antara bahasa arek Surabaya dan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang galib dipakai oleh arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering disebut sebagai "boso walikan" alias "osob kiwalan". Nama toko Soak Ngalam merupakan contoh konkret. Soak Ngalam sama dengan kaos Malang.

Penggunaan bahasa Malangan pula yang menjadi pembeda paling kentara antara produk Soak Ngalam dengan kaus produksi Joger (Bali), Dagadu (Yogyakarta), Iwak Bandeng (Semarang), dan Cak-Cuk (Surabaya).

“Awalnya saya sulit mengerti bahasa walikan. Tapi makin lama di Malang, saya jadi ngerti juga walau tak bisa lancar mengucapkannya," ujar Nilawati. Ia berniat membeli kaus sebagai oleh-oleh untuk temannya.

Kalau Nilawati mulai mengerti boso walikan, Ronny dan empat temannya sama sekali tak mengerti. Ronny bersama kawannya baru turun berlibur di Kota Batu mau ke Kota Malang. Persis menjelang gapura perbatasan Kabupaten dan Kota Malang, rombongan Ronny mampir di toko kedua Soak Ngalam di Jalan Raya Mulyoagung, Kelurahan Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Rabu pekan lalu.

Mereka senang desain Soak Ngalam, tapi yang dibeli justru beberapa suvenir berbahan keramik yang harganya lebih murah dari kaus. Sebaliknya, sepasang suami-istri masuk dan kurang dari 15 menit keluar sambil menenteng kantong kertas berisi dua kaus Soak Ngalam. “Buat oleh-oleh teman kami di Kendal (Jawa Tengah), Mas,” kata si pria, singkat.

Soak Ngalam merupakan salah satu produsen kaus Malangan. Tempo mencatat, ada tujuh usaha serupa di Kota Malang: Udeng Bodol, Malangku, Obama (Oblong Aseli Malang), Pari’an, Ngalam Ilakes (Malang Sekali), Kunam (Manuk), dan Walikan.

Namun, tidak semuanya memproduksi sendiri barang dagangan. Ada yang menjual produk kaus dari luar Malang, utamanya dari Yogyakarta, Bali, dan Solo. Beberapa di antaranya tidak mempunyai toko permanen, tapi melayani pembeli dengan sistem pemesanan secara online.

Harga produk Soak Ngalam mulai dari harga Rp 65.000 sampai Rp 80.000 per kaos, Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per jaket, Rp 45.000 sampai Rp 70.000 per tas, serta Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per aksesori. Harga kaus anak-anak lebih murah Rp 10.000 dibanding kaus untuk segmen remaja dan orang dewasa.

Harga kaus tergantung pada desain dan bahan kain. Untuk kaus berdesain glow in the dark, yang bisa “menyala” di malam hari atau di tempat gelap, Rp 75.000 per kaus. Sedangkan desain biasa Rp 65.000 per kaus.

Menurut Andini Chintiyasari, pengelola Soak Malang, pembeli produk Soak Ngalam mayoritas turis domestik seperti dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Turis domestik memang segmen utama pasar Soak Ngalam. Turis asing pun suka membeli di Soak Ngalam mayoritas berasal dari Belanda, Australia, Korea, dan Jepang.

Orang-orang tua Malang yang tinggal di Jakarta dan kota lain yang mudik Lebaran suka membeli kaus di Soak Ngalam karena ingin bernostalgia, mengenang kebiasaan mereka dulu yang bercakap-cakap dengan boso walikan.

Omzet penjualan kaus Soak Ngalam meningkat di hari-hari libur tertentu, seperti Lebaran, tahun baru, dan Natal. Di hari-hari biasa omzet penjualan antara Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta per hari dari 12 sampai 15 kaus seharga Rp 65.000 yang terjual.

Di masa Lebaran, misalnya, omzet bisa meningkat antara Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per hari. Pada masa Lebaran tahun lalu, omzet harian antara Rp 4 juta sampai Rp 6 juta. “Biasanya di hari pertama Lebaran sepi pembeli dan kami pun ikut libur. Pembeli mulai ramai di hari kedua ke atas, ya pas masa arus balik (H+7),” kata Andini.

Toko Soak Ngalam didirikan pengusaha garmen asal Malang, Tjandra Purnama Edhi, pada 17 Desember 2009 di Jalan Kawi Atas pada November 2011. Lalu dibuka toko baru di Sengkaling, tepatnya di kiri jalan raya menuju kota wisata Batu atau di samping Hotel Universitas Muhammadiyah Malang.

Menurut Tommy, pendirian Soak Ngalam dilatari kegelisahan belum adanya toko resmi khusus yang menjual kaus berbahasa terbalik. Boso walikan merupakan aset budaya khas Malang yang terancam punah dan penuturnya makin sedikit.

Selain pesaing, tantangan terbesar yang juga dihadapi Soak Ngalam adalah persepsi masyarakat tentang oleh-oleh khas Malang. Selama ini Malang identik dengan kaus-kaus jersey klub sepak bola Arema Indonesia dan suporternya, Aremania. Puluhan industri kreatif pembuat kaus Arema bertebaran di seantero Kota Malang, dan mayoritas merupakan industri kecil kelas rumahan.

Saking populernya klub Arema, kaus-kaus beratribut Arema dan Aremania pun laris manis dijadikan oleh-oleh oleh turis. Apalagi sejumlah pembuat kaus juga menggunakan bahasa walikan meski tetap saja gambar kepala singa yang paling menonjol, dengan tulisan besar Ongis Nade alias Singo Edan, Arema, dan Aremania.

Soak Ngalam ingin menjadi oleh-oleh alternatif yang memperkaya keanekaragamana oleh-oleh khas Malang sehingga nantinya Malang tak melulu identik dengan apel malang, oskab (bakso), keripik tempe, serta kaus Arema dan Aremania.

ABDI PURMONO


Berita terkait

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

3 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

3 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

4 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Dinilai Berpotensi Langgar Undang-undang

4 hari lalu

Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Dinilai Berpotensi Langgar Undang-undang

Rencana pemerintah memberlakukan penarikan iuran pariwisata di tiket pesawat dinilai berpotensi melanggar undang-undang.

Baca Selengkapnya

Tolak Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, Garuda Indonesia: Membebani Penumpang

5 hari lalu

Tolak Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, Garuda Indonesia: Membebani Penumpang

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Saputra menyatakan tidak setuju terhadap rencana penerapan iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Akan ada Pungutan untuk Dana Abadi Pariwisata? Ini Penjelasan Sandiaga

6 hari lalu

Akan ada Pungutan untuk Dana Abadi Pariwisata? Ini Penjelasan Sandiaga

Jika dikenakan Rp1 ribu saja per penumpang pesawat untuk Dana Abadi pariwisata, pemerintah bisa mengantongi Rp80 miliar setahun.

Baca Selengkapnya

Overtourism di Kepulauan Canary Spanyol, Ribuan Orang Protes Tuntut Perubahan Model Pariwisata

7 hari lalu

Overtourism di Kepulauan Canary Spanyol, Ribuan Orang Protes Tuntut Perubahan Model Pariwisata

Pengunjuk rasa percaya bahwa model pariwisata Kepulauan Canary tidak berkelanjutan dan harus diubah, merugikan penduduk lokal.

Baca Selengkapnya

Reza Permadi Hadirkan Alat untuk Data Pengunjung Desa Wisata di 14th SIA 2023

11 hari lalu

Reza Permadi Hadirkan Alat untuk Data Pengunjung Desa Wisata di 14th SIA 2023

Keunggulan AVMS adalah ia mudah digunakan oleh pengelola destinasi wisata atau desa wisata

Baca Selengkapnya

Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

12 hari lalu

Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

Kemenparekraf angkat bicara soal video viral perusakan pohon sakura oleh WNI.

Baca Selengkapnya

8 Prospek Kerja Jurusan Pariwisata, Bisa Keliling Dunia

12 hari lalu

8 Prospek Kerja Jurusan Pariwisata, Bisa Keliling Dunia

Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Pariwisata, di antaranya pemandu wisata, perhotelan, influencer, hingga staf kapal pesiar.

Baca Selengkapnya