TEMPO.CO, Jakarta - Pernah mendengar minuman Cap Tikus? Nama ini mungkin Anda dengar ketika menyaksikan berita orang yang meninggal dunia karena minuman oplosan. Di Indonesia timur minuman ini adalah hal yang biasa disajikan, terutama pada acara adat.
Tapi apa sebenarnya Cap Tikus? Ini adalah minuman keras beralkohol di atas 40 persen. Lebih keras dari Tequila. Bibir dan mulut seperti terbakar waktu menyesap Cap Tikus.
Penduduk di timur mengenal Cap Tikus sejak kedatangan bangsa Portugis. Dari merekalah masyarakat mempelajari proses penyulingan air buah enau menjadi Cap Tikus. Lalu kenapa bernama Cap Tikus? Kabarnya nama itu dipakai karena pembuatan Cap Tikus dilakukan di sela-sela pepohonan, tempat tikus hutan hidup.
Sebelum ada Cap Tikus, penduduk meminum air enau. Saguer namanya. Beda dengan Cap Tikus, saguer tidak melalui proses penyulingan. Hanya hasil fermentasi air buah enau, berwarna putih mirip susu encer, disajikan dalam selongsong bambu, dan kadar alkoholnya tidak terlalu keras.
Di Desa Gamtala, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, saguer minuman wajib acara makan adat atau horom toma sasadu. Tiap orang harus menenggak saguer. Kalau tidak, dia mesti membayar uang ganti rugi yang besarannya tidak ditetapkan.
Selama horom toma sasadu, bukan satu-dua gelas saguer saja yang diminum warga. Alkohol itu ditenggak selama sembilan hari sembilan malam, tujuh hari tujuh malam, lima hari lima malam, atau tiga hari tiga malam. Tanpa ada yang mabuk.
“Terbukti selama horom toma sasadu warga tidak berkelahi. Artinya mereka semua masih sadar,” kata Thomas Salasa, Kepala Adat Suku Sahu, Sabtu 24 Maret 2012.
Untuk santapan, masyarakat memakan nasi kembar. Rupa nasi kembar mirip lontong, dibakar dalam bambu dan tekstur rada padat. Dinamakan kembar karena gulungan pelepah pisang membentuk dua selongsong nasi. Lauknya ada sayur sop; ikan somasi, ikan air tawar, berbumbu manis pedas; balado ikan teri kacang; serta tumis kerang. Semua sajian dimakan berhari-hari, bermalam-malam, tanpa pernah kekenyangan.
Horom toma sasadu berasal dari istilah horom, artinya makan; toma berarti di; dan sasadu, rumah adat. Sasadu berdiri di atas beberapa tiang kayu, tanpa dinding, dan beratapkan daun sagu. Dalam setahun, makan adat digelar dua kali. Pada Maret makan adat disebut sa'ai ma ngowa, berarti syukur kecil setelah ritual tanam padi. Kedua digelar pada Juli, bernama sa'ai lamo atau syukur besar usai panen.
Di horom toma sasadu masyarakat tak melulu makan dan minum Cap Tikus. Secara bergiliran mereka menabuh empat tifa sepanjang empat meter. Genderang tifa dari batang pohon enau dan kulit rusa diikuti pukulan gong guna mengiringi warga yang menari legu salai.
Jika datang ke Festival Teluk Jailolo, 16-19 Mei 2012, Anda bisa menyantap nasi kembar, menyesap saguer atau Cap Tikus pada horom toma sasadu. Karena bukan penduduk asli, Anda akan diterima dengan sederet prosesi adat: pencucian kaki, dinamakan joko kaha; tarian penyambut tamu, sara dabi-dabi; tiupan musik bambu; dan sederet lagu adat, musik yanger.
Tapi apakah benar nama Cap Tikus berasal dari proses penyulingan tuak di tempat tikus hutan hidup, tidak ada yang bisa memastikannya. “Sepertinya hanya sebutan dari penduduk secara turun-temurun," kata Thomas.
CORNILA DESYANA
Berita terkait
Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner
4 hari lalu
Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.
Baca SelengkapnyaChef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai
5 hari lalu
Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai
Baca SelengkapnyaMembawa Kuliner Sichuan ke Jakarta
8 hari lalu
Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor
9 hari lalu
PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.
Baca SelengkapnyaIkan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
15 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
18 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
27 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
29 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
30 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
31 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca Selengkapnya