Camilan Slondok Renceng Ini, Wajib Dicicipi di Desa Wisata Pancoh

Reporter

Dini Pramita

Senin, 9 Juli 2018 16:16 WIB

Slondok Renceng tak lain dari camilan lawas khas Desa Wisata Pancoh, Sleman, Yogyakarta yang terbuat dari singkong. TEMPO/Dini Pramita

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap daerah di Indonesia biasanya mempunyai camilan khas. Namun, ada yang bertahan, ada yang perlahan hilang tergerus olahan baru, ada pula yang ikut berubah dengan rasa dan tampilan yang lebih modern. Salah satu yang setia mengolah penganan tradisional adalah masyarakat di Desa Ekowisata Pancoh, Sleman, Yogyakrta

Di desa wisata yang bisa dicapai dalam 1,5 jam perjalanan dari pusat kota Yogyakarta ini, para wisatawan yang datang akan disuguhi beragam camilan khas, seperti nogosari salak, ubi rebus, kelepon dan slondok renceng.

Beragam jenis camilan tradisional di Desa Wisata Pancoh, Sleman yang disuguhkan untuk para wisatawan. TEMPO/Dini Pramita

Slondok adalah salah satu ciri khasnya. Slondok ini tampil berbeda. Kebanyakan penganan ini dikemas dalam kantong plastik. Di Desa Ekowisata Pancoh, slondok diikat menjadi satu renceng menggunakan tali dari bambu. “Biasanya kami menyajikan ini untuk welcome drink dan snack para tamu,” kata Ngatijan, 52 tahun, Ketua Pokdarwis Desa Ekowisata Pancoh. Karena penyajiannya inilah, slondok ini dinamakan slondok renceng.

Pembuatannya masih mengikuti resep tradisional. Berbahan dasar singkong, bumbu-bumbu yang digunakan sederhana. “Singkong direbus, lalu ditumbuk sampai halus, dibumbui bawang putih dan garam saja, dibulat-bulatin, langsung digoreng,” ucap Ngatijan. Untuk memenuhi kebutuhan, ia menyebutkan pihak pengelola bekerjasama dengan kampung-kampung tetangga.

Advertising
Advertising

Baca Juga:

Wisata Instagenic, Taman Bunga Matahari Nawari di Jogja

Yogyakarta Siapkan 4 Destinasi Wisata di Perlintasan Bandara Baru

Loko Cafe, Ngopi-ngopi Seraya Menikmati Hiruk-pikuk Yogyakarta

Slondok ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet. Bumbu penyedap pun hanya mengandalkan ramuan bawang putih dan garam sehingga tidak ada rasa asin dan gurih yang terlalu tajam. Menyantap slondok yang kriuk-kriuk ini tidak akan membuat lidah terasa sakit atau cepat haus karena minim penggunaan penyedap rasa.

Menurut Ngatijan, penyajian slondok dengan model renceng sengaja dilestarikan karena sesuai dengan semangat desa ekowisata yang menekankan pada kelestarian lingkungan. “Tempo dulu juga dalam pengemasannya tidak menggunakan plastik sama sekali, sangat ramah lingkungan,” kata dia. Ternyata, para wisatawan sangat menggemari slondok versi jadul ini.

Camilan ini nikmat disantap bersama wedang jahe sereh yang hangat, minuman khas kaki Gunung Merapi untuk menghangatkan tubuh. Wisatawan juga dibuat makin nikmat menyantapnya, tanpa ada rasa bersalah pada Ibu Bumi yang karena tak ada satupun plastik dalam pengemasannya.

DINI PRAMITA

Berita terkait

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

6 jam lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

20 jam lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

3 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

3 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

3 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

4 hari lalu

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

4 hari lalu

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

4 hari lalu

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

Ketika cenderamata lokal sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan original.

Baca Selengkapnya

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

6 hari lalu

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

Yogyakarta dipilih sebagai tempat perhelatan HUT TNI AU karena merupakan cikal-bakal Angkatan Udara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

6 hari lalu

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

Sebuah mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) milik wisatawan terjebak di jalur jip wisata Lava Tour sungai Kalikuning lereng Gunung Merapi, Sleman Yogyakarta pada Minggu 21 April 2024.

Baca Selengkapnya