TEMPO.CO, Jakarta - Laut Galilea, danau yang diyakini umat Kristen sebagai tempat Yesus Kristus berjalan di air, surut ke level terendah dalam satu abad terakhir. Air Laut Galilea, yang sebenarnya merupakan danau air tawar itu, menyusut karena rendahnya hujan dalam empat tahun terakhir.
Baca juga: Mengintip Pesona Keindahan Laut Galilee
Level yang dimaksud adalah 20 sentimeter di bawah batas yang menurut para ahli bisa diterima, yang disebut garis merah. "Ini merupakan situasi yang serius," Amir Givati dari Otoritas Perairan Israel, Selasa. Laut Galilea ini biasa juga disebut danau Tiberias.
"Kekeringan regional mempengaruhi seluruh wilayah Timur Tengah," imbuh Givati.
Ia mengatakan rendahnya curah hujan berimbas pada pertanian, lingkungan hidup dan satwa di daerah sekitar. Daerah lain di Israel terbebas dari krisis air berkat pasokan air dari lima fasilitas desalinasi air laut di sepanjang pesisir Mediterania.
Fasilitas tersebut memompa air melalui jaringan pipa ke rumah-rumah di seluruh penjuru Israel kecuali satu daerah di Israel utara yang semestinya memperoleh pasokan air dari Laut Galilea.
"Proyek untuk memasok air ke seluruh bagian utara Israel sedang dipertimbangkan. Ini tantangan pada tahun-tahun mendatang," kata Givati sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Laut Galilea mencakup luas sekitar 160 kilometer persegi dan berada 200 meter di bawah permukaan laut. Danau tersebut merupakan tempat ziarah penting bagi umat Kristen dan Yahudi.
Umat Kristen meyakini Laut Galilea tersebut merupakan tempat sejumlah mukjizat Yesus, termasuk berjalan di atas air.
ANTARA
Tonton juga video wisata Sejuknya Kebun Buah Mangunan