TEMPO.CO, Jakarta - Tanimbar Kei, Maluku Tenggara, adalah pulau seluas hampir 10 kilometer persegi. Di sini bermukim hampir 600 orang, yang tinggal di tiga desa. Salah satu desanya, Ohoratan (Kampung Atas), merupakan desa adat, mirip Badui di Banten atau Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur.
Kampung Atas disakralkan. Di sana banyak terdapat arca batu dengan pahatan sosok mirip manusia dan beberapa meriam besi bercap VOC peninggalan zaman kolonial.
Orang Kai percaya nenek moyang mereka ada yang berasal dari sini. Kampung ini menjadi tempat tinggal keturunan asli Tanimbar Kei. Sedangkan Kampung Bawah didiami bauran penduduk asli dan pendatang.
Wilayah ini secara tradisional dipimpin dua raja yang masa kekuasaannya digilir per tiga tahun. Jabatan itu dipegang garis keturunan dua marga asli Tanimbar Kei, Sarmaf dan Tabalubun. Raja yang sedang berkuasa punya wewenang menentukan lahan garapan, baik di darat maupun laut. Mereka juga berkuasa menetapkan atau mencabut yot atau hawear (sasi) di suatu daerah garapan.
PRAGA UTAMA