TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan lampion berjajar di sejumlah teras rumah warga jalan Juanda Kota Malang. Sejumlah orang mengukur kain dan menempelkan ke kerangka lampion. Mereka adalah pekerja perajin lampion yang berada di sentra kejianan lampion Malang. Para perajin tengah giat menyelesaikan pesanan lampion menjelang perayaan imlek atau tahun baru Cina yang jatuh pada Senin pekan depan, 23 Januari 2012.
"Pesanan melonjak hingga 4.000 buah," kata perajin lampion, Ahmad Syamsudin, Selasa, 17 Januari 2012. Padahal setiap hari rata-rata pesanan lampion berkisar antara 150 hingga 200 buah lampion. Pesanan tak hanya dari kelenteng atau umat Khonghucu, tapi juga berdatangan dari sejumlah pusat perbelanjaan.
Lampion hasil produksi Ahmad dipasarkan ke Denpasar, Surabaya, Jakarta, dan sejumlah kota di Sumatera dan Kalimantan. Dengan harga antara Rp 10 ribu hingga Rp 400 ribu per buah. "Tergantung pada ukuran dan motif," katanya.
Ahmad Syamsudin mulai memproduksi lampion sejak empat tahun lalu. Saat memasuki tahun baru Imlek, ia kewalahan memenuhi pesanan dari sejumlah daerah. Tak hanya Imlek, pesanan kadang-kadang juga ramai menjelang Lebaran. Pasalnya umat muslim pun juga merayakan hari raya Idul Fitri dengan penerangan atau lampion. Namun motifnya berbeda dan disesuaikan dengan pesanan pembeli.
Jenis lampion buatan Ahmad antara lain berbentuk oval, bola, kapsul, guci, silinder, UFO, labu, hati, bintang, dan kotak. Lampion yang paling laku adalah lampion jenis bola dan kapsul berhias ornamen Imlek. Terutama yang dihiasi gambar naga paling banyak peminatnya, apalagi tahun ini adalah tahun naga.
EKO WIDIANTO