TEMPO.CO, Sarawak - Pusat Rehabilitasi Orangutan Semenggoh Nature Reserve menjadi salah satu tujuan wisata para pecinta alam dan penggemar satwa liar di Sarawak, Malaysia. Hutan tropis seluas 605 hektare itu dihuni berbagai satwa liar dan langka, salah satu yang utama adalah orangutan.
Semenggoh Nature Reserve didirikan pada 1975 sebagai tempat perlindungan bagi orangutan yang terluka, kehilangan orangtua, atau pernah menjadi peliharaan ilegal. Pengunjung berkesempatan melihat dengan orangutan saat mereka berayun turun dari pohon untuk mendapatkan buah-buahan selama waktu makan.
Berikut serba-serbi Semenggoh Nature Reserve di Sarawak.
Dihuni 27 Orangutan
Menurut petugas pusat kehidupan liar Semenggoh, Stanly Anak Asui, saat ini tercatat 27 orangutan menetap di hutan Semenggoh. "Total populasi saat ini 27 Orangutan," ujarnya saat Tempo berkunjung ke tempat wisata itu, Sabtu, 29 Juni 2024.
Aksi orangutan di Semenggoh Nature Reserve Sarawak, Sabtu 29 Juni 2024. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Banyak Sumber Makanan Orangutan
Menurut Stanly, orangutan masih bertahan hidup di kawasan itu karena iklim dan sumber daya alam serta ekosistem yang masih terjaga. Hutan Semenggoh, kata dia, ditumbuhi dengan berbagai pohon buah dan tumbuhan yang menjadi sumber makanan dan vitamin orangutan. "Banyak pohon buah seperti jambu, rambutan, duku, durian, dan sebagainya."
Dengan sumber cadangan makanan yang tersedia itu, kata Stanly, kehidupan orangutan di kawasan itu bisa dipertahankan dan dipantau dengan baik. "Untuk mengetahui cukup dan tidaknya ketersediaan makanan mereka bisa dilihat saat mereka keluar hutan untuk mencari makanan. Cirinya makanan di dalam hutan sudah habis," ucapnya.
Karena jika musim buah, kawanan orangutan ini tidak akan keluar hutan sampai musim buah usai. "Bisa 2-3 bulan mereka tidak keluar hutan," ujarnya.