Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengurai Sejarah Moentji, Pergundikan di Zaman Hindia Belanda dan Anak-Anak Kolong di Magelang

image-gnews
Bedah sejarah Van der Steur dan Pergundikan Belanda. Foto: Arimbihp.
Bedah sejarah Van der Steur dan Pergundikan Belanda. Foto: Arimbihp.
Iklan

TEMPO.CO, Magelang - Magelang, kota yang memiliki banyak cerita sejarah dan bangunan Belanda yang melegenda. Salah satu cerita yang cukup melegenda tentang kehidupan masa Hindia Belanda di Kota ini adalah tentang anak-anak kolong dan pergundikan atau moentji.

Praktik pergundikan pernah menjadi fenomena sejarah yang ironi, lantaran meninggalkan luka dan marwah perempuan. Gundik atau moentji adalah perempuan yang tinggal di dalam tangsi bumiputra atau Indo Eropa yang memiliki peran sentral dalam kehidupan rumah tangga serdadu.

Kehadiran Moentji dalam Keluarga Serdadu

Pegiat sejarah Magelang, Chandra Gusta mengatakan, pekerjaan para moentji beragam, mulai dari memasak, mencuci, belanja, tidur dan melahirkan anak - anak hasil pergundikan. "Moentji hadir di dalam tangsi dari berbagai cara, mulai dari permintaan serdadu, menawarkan diri, diambil alih dari rekan serdadu lain atau ditawarkan sendiri oleh keluarga," kata Gusta saat ditemui Tempo, usai acara Bedah Sejarah Van der Steur di Museum BPK Magelang, Ahad, 9 Juli 2023.

Menurut dia, menjadi Moentji adalah cara pragmatis untuk keluar dari kemiskinan meskipun secara sosial masyarakat di luar tangsi mereka dianggap rendah. Para moentji yang tinggal di dalam tangsi militer kebanyakan berusia 12 - 35 tahun.  

Usia 30 tahun dianggap sebagai usia yang tua dalam dunia pergundikan tangsi. Maka dari itu, jika mereka sudah dianggap tidak berguna lagi, para moentji ini akan diberi "surat lepas" yang artinya mereka diusir dari tangsi dan akan kehilangan segala fasilitas dan kenyamanan tangsi.

Nasib Anak Moentji

Lebih lanjut, Gusta menuturkan, ada empat kemungkinan nasib moentji dan anak - anak hasil pergundikan yang akan mereka terima di Indonesia. Pertama, kata Gusta, moentji dan anak - anaknya akan ikut pindah tugas atau pulang ke Eropa. Kedua, moentji dan anak - anak diserahkan ke rekan serdadu lain.

"Ketiga, sang serdadu akan membawa anak - anak hasil hubungannya dengan moentji ke suatu tempat agar sang moentji bisa menjadi gundik serdadu lain atau kembali ke kampung tanpa anak - anak," tuturnya. Terakhir, Gusta menuturkan, sang serdadu akan meninggalkan mereka begitu saja tanpa memberi apa-apa.

Moentji dan Anak Kolong

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain masalah moentji, ada persoalan lain dari kisah keluarga serdadu di tangsi di zaman Hindia Belanda. Gusta menuturkan, kala itu, sebuah keluarga serdadu yang tinggal bersama dalam barak harus rela berdesakan menjejali tiap jengkal yang ada sebagai ruang untuk mereka tinggal. "Termasuk juga kolong ranjang yang dijadikan tempat tidur anak - anak hasil pergundikan," ujarnya.

Anak kolong ini berasal dari berbagai macam etnis. Mereka ada yang beretnis Jawa, setengah Tionghoa, Afrika, dan Indo-Eropa. 

Akhir Pergundikan

Menurut Gusta, protes keras praktik pergundikan tangsi mulai muncul pada 1880-an ketika kecaman disampaikan Uskup Agung Batavia dan masyarakat yang prihatin terhadap eksploitasi perempuan bumiputra. Di sisi lain, panglima militer Hindia Belanda adalah pendukung utama praktik pergundikan karena alasan peningkatan moral bertempur serdadu dan memperkecil perilaku penyimpangan seksual di dalam tangsi. "Selain itu biaya menjadi dasar lain kenapa pergundikan tangsi dilestarikan," ucapnya.

Sejak 1913, praktik pergundikan tangsi mulai mengalami penurunan akibat derasnya kecaman pada pihak militer. Pada 1918, Komandan KNIL Hindia Belanda mengeluarkan pernyataan, pergundikan tangsi harus segera diakhiri. "Lonceng kematian pergundikan tangsi militer benar - benar berdentang ketika Gubernur Jendral Johan Paul van Limburg Stirum secara resmj menyatakan larangan pergundikan tangsi militer pada 1919," ujarnya.

Pilihan Editor: Menyambangi Makam Johannes van der Steur, Tokoh Kemanusiaan di Zaman Kolonial di Magelang

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

1 hari lalu

Salah satu sudut Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang tengah direvitalisasi hingga Juni 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

4 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Balon Udara Jatuh di Magelang, Rusak Lima Rumah dan Satu Mobil

16 hari lalu

Sebuah mobil rusak ringan akibat balon udara jatuh di Mungkid, Kabupaten Magelang. ANTARA/Heru Suyitno
Balon Udara Jatuh di Magelang, Rusak Lima Rumah dan Satu Mobil

Sebuah balon udara jatuh di Perumahan Pesona Kota Mungkid, Kabupaten Magelang. Kejadian ini merusak lima rumah warga dan satu unit mobil.


Menengok Jalur Trem yang Tersisa di Kota Tua Jakarta

24 hari lalu

Jalur trem yang pernah digunakan di Jakarta dari zaman Hindia Belanda hingga awal masa kemerdekaan Indonesia yang terdapat di Kota Tua, Jakarta Barat. (TEMPO/Mila Novita)
Menengok Jalur Trem yang Tersisa di Kota Tua Jakarta

Trem merupakan salah satu transportasi yang digunakan pada zaman Hindia Belanda. Ada monumen jalur trem yang bisa dilihat di Kota Tua Jakarta.


Menelusuri Kronik Kota Sukabumi Sedari Era Hindia Belanda

27 hari lalu

Deretan rumah di sekitar Stasiun Batu Tulis, Kota Bogor, yang akan terdampak pembangunan rel ganda Bogor-Sukabumi, Jumat 8 November 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Menelusuri Kronik Kota Sukabumi Sedari Era Hindia Belanda

Meskipun berada di kaki gunung, letak Kota Sukabumi cukup strategis karena berada alur lintasan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan Ibukota Jakarta.


Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

27 hari lalu

Wahana bianglala di Alun-alun Batu Kota Malang pada malam hari, Senin, 15 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono
Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

Seperti kebanyakan kota di Indonesia, Kota Malang mengalami pertumbuhan dan perkembangan setelah kedatangan pemerintah kolonial Belanda.


194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

31 hari lalu

Pangeran Diponegoro. ikpni.or.id
194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

Pangeran Diponegoro ketika itu bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya yang tersisa dibebaskan.


Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

33 hari lalu

Pantai Dewa Ruci Jatimalang Purworejo. Dok.  Pemkab Purworejo
Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

Libur lebaran di Yogyakarta, ada banyak destinasi wisata yang searah kota Pelajar itu


6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

58 hari lalu

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong. Foto: Canva
6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong.


Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

18 Februari 2024

Festival Musim Semi di Cina. Xinhua
Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

Liburan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek berlangsung meriah di Cina. Wisatawan penuhi libur 8 hari itu ke berbagai destinasi wisata menarik.