Keramahan Pulau Jinato

Reporter

Minggu, 12 April 2015 05:31 WIB

Seorang warga menggunakan perahu Jollloro di Pualu Jinato, Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Selayar, Sulsel, 27 Oktober 2014. Penduduk di daerah tersebut dari tiga kelompok etnik yaitu suku Bajo, Bugis dan Buton. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO , Makassar:Perasaan berdebar saat terayun-ayun ombak di atas perahu jolloro selama lima jam berakhir sudah. Rabu siang, 25 Maret 2015, perahu yang kami tumpangi akhirnya merapat di dermaga Pulau Jinato, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Selayar. Kami berangkat dari Pelabuhan Pattumbukang, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Selayar, dengan pagi yang tersenyum. Matahari cukup menyengat, beruntung panasnya disambar tiupan angin.

Sebenarnya Pulau Jinato cukup rindang oleh pohon-pohon kelapa, cemara, dan ketapang. Pulau Jinato berukuran panjang 1,7 kilometer dan lebar 800 meter. Rumah-rumah warga yang berjenis rumah panggung atau rumah batu, tersusun teratur, agak rapat, hanya dipisahkan jalan setapak.

Beberapa kapal motor terparkir di bagian timur pulau. Di tepi pantai itu kerap berkumpul beberapa warga yang sedang mengerjakan hasil olahan tangkapan ikan. Mata pencarian warga memang kebanyakan nelayan. Tidaklah mengherankan jika melihat orang berjalan dengan baju basah kuyup dan menenteng ikan besar di tangannya.

Keramahan Pulau Jinato sudah kami rasakan sebelum perahu yang kami tumpangi bersandar di dermaga. Saat tiba, warga yang menjemput langsung menyapa, lalu mengantarkan kami dengan sepeda motor atau motor tiga roda yang mereka sebut kaisar. Begitu tiba di rumah tempat menginap, kami langsung disuguhi makanan. Tentu saja, santapan kami di pulau ini kebanyakan olahan hasil laut. Makanan itu antara lain ikan dan cumi-cumi yang dimasak beraneka ragam. Jangan mencari sayur, karena cukup sulit dijangkau. Tapi, pada tahun ini, pertanian di kawasan ini berusaha dikembangkan dengan menanam kangkung dan bayam dengan cara hidroponik.

Taka Bonerate terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Setidaknya ada 26 lokasi penyelaman, di antaranya kawasan Jinato dan Latondu, yakni Wall Reef di perairan Latondu dan Jinato Wall Paradise (JWP) di laut Jinato, serta Pasitallu Raja di Pasitallu Barat. Ironis, kondisi terumbu karang di Taka Bonerate sebagian sudah rusak.

Taka Bonerate sendiri terdiri dari sembilan desa, tiga di daratan Kayuadi dan enam tersebar di pulau-pulau, salah satunya di Pulau Jinato. Sebenarnya, ada 21 pulau yang masuk kawasan Taka Bonerate, tapi hanya tujuh yang berpenghuni. Selain 21 pulau ini, Taka Bonerate memiliki enam bungin—gundukan pasir tanpa tumbuhan.

Di antara pulau berpenghuni itu, Latondu Besar adalah pulau terluas, yakni 125 hektare. Tapi justru Jinato adalah pulau dengan penduduk terbanyak, yakni 1.260 jiwa. Menurut Kepala Desa Jinato, Abdullah, masyarakat di kawasan didominasi dari Bugis, sebagian kecil lainnya dari Selayar. Karena itu, bahasa keseharian mereka adalah bahasa Bugis.
<!--more-->
Tepi pantai Jinato bagian barat dipagari beton yang biasa didiami warga bersantai. Tempat yang asyik untuk menyaksikan sore dan matahari tenggelam. Saat berjalan-jalan di sore hari, saya melihat demam batu akik juga melanda kaum pria di Jinato, seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya. Beberapa obrolan di antara mereka seputar batu, bahkan ada warga yang tampak asyik mengasah batu bongkahannya di teras rumah.

Meski jauh dari kota, penduduk pulau tak ketinggalan soal kecanggihan ponsel. Rata-rata siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Satu Atap Taka Bonerate, misalnya, sudah memiliki telepon seluler atau ponsel. Meski ponselnya berbasis Android, mereka jarang menggunakannya untuk mengakses Internet, karena jaringan kurang mendukung. Hariany M. dan Wengsin Sapitri, siswa SMP Negeri 5, misalnya, hanya menggunakan ponselnya untuk berkomunikasi serta menerima atau mengirim pesan pendek.

Tak hanya penggunaan ponsel yang terbatas, bahkan untuk menyalakan lemari es pun hanya bisa dilakukan pada malam hari. Listrik yang digunakan bersumber dari pembangkit listrik generator yang digunakan bersama, dan hanya dinyalakan pada pukul 18.00–24.00 Wita.

Begitulah kehidupan masyarakat pulau dengan keterbatasannya. Di Jinato dan beberapa pulau lainnya hanya ada satu sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama. Menurut Popon Kartini, guru SDN Jinato, para murid biasa melanjutkan sekolah ke Pulau Jampea, Selayar, atau Kabupaten Bulukumba. Hariany yang kini duduk di kelas III SMP berencana melanjutkan pendidikan ke Kabupaten Watampone. Adapun Wengsi berencana ke Makassar. Mereka siap hidup jauh dari keluarga demi melanjutkan pendidikan.

Syamsil, yang pernah bekerja di kantor Kecamatan Taka Bonerate, mengatakan minat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan lebih besar sehingga jumlah yang putus sekolah semakin sedikit. Dulu, kata Syamsil, anak-anak sekolah dasar yang sudah bisa menangkap ikan biasanya akan meninggalkan bangku sekolah dan ikut ayahnya melaut. Sekarang juga masih terjadi, tapi penyebab utamanya adalah kurangnya fasilitas.

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

Menikmati Indahnya Hamparan Permadani Hijau di Tebing Romantis Tana Toraja

8 November 2022

Menikmati Indahnya Hamparan Permadani Hijau di Tebing Romantis Tana Toraja

Tebing Romantis disebut sebagai salah satu surga tersembunyi di Tana Toraja.

Baca Selengkapnya

Sulawesi Selatan Jadi Provinsi dengan Usulan Desa Wisata Terbanyak ADWI 2022

4 Oktober 2022

Sulawesi Selatan Jadi Provinsi dengan Usulan Desa Wisata Terbanyak ADWI 2022

Salah satu desa wisata di Sulawesi Selatan yang masuk ADWI 2022 adalah desa wisata Campaga.

Baca Selengkapnya

Sulsel Siapkan Objek Wisata di Sepanjang Jalur Kereta Api Makassar-Parepare

28 Mei 2022

Sulsel Siapkan Objek Wisata di Sepanjang Jalur Kereta Api Makassar-Parepare

Jalur kereta api Makassar-Parepare merupakan bagian dari jalur Trans Sulawesi yang akan menghubungkan berbagai kota.

Baca Selengkapnya

Kepulauan Selayar Tawarkan 10 Destinasi Wisata Bahari yang Memukau

13 Januari 2022

Kepulauan Selayar Tawarkan 10 Destinasi Wisata Bahari yang Memukau

Kepulauan Selayar meruoakan salah satu kabupaten di Indonesia yang memiliki alam bahari memukau.

Baca Selengkapnya

Jalan-jalan ke Makassar Tak Lengkap Jika Tak Cicip 5 Kuliner ini

11 Desember 2021

Jalan-jalan ke Makassar Tak Lengkap Jika Tak Cicip 5 Kuliner ini

Makassar tak hanya memiliki beragam destinasi wisata menarik, tapi juga variasi kuliner yang nikmat dan khas.

Baca Selengkapnya

Dilanda Banjir, Taman Wisata Alam Bantimurung Tutup Sementara

7 Desember 2021

Dilanda Banjir, Taman Wisata Alam Bantimurung Tutup Sementara

Potensi hujan deras disertai angin kencang sebelumnya diprediksi oleh BMKG akan melanda kawasan wisata Bantimurung.

Baca Selengkapnya

Teman Bus Mamminasata akan Dikembangkan Layani Rute ke Objek Wisata Makassar

18 November 2021

Teman Bus Mamminasata akan Dikembangkan Layani Rute ke Objek Wisata Makassar

Program Teman Bus ini merupakan penyediaan layanan transportasi massal yang lebih nyaman dan aman untuk masyarakat.

Baca Selengkapnya

Cimory Dairyland akan Hadir di Gowa, Tempat Rekreasi dan Pengolahan Susu

16 November 2021

Cimory Dairyland akan Hadir di Gowa, Tempat Rekreasi dan Pengolahan Susu

Cimory Dairyland di Kabupaten Gowa akan dibangun sebagai destinasi wisata sekaligus industri pengolahan susu.

Baca Selengkapnya

Pikat Wisatawan, Makassar akan Hadirkan 5.000 Lorong Wisata

6 November 2021

Pikat Wisatawan, Makassar akan Hadirkan 5.000 Lorong Wisata

Program lorong wisata di Kota Makassar akan dimulai pada 9 November di 15 kecamatan.

Baca Selengkapnya

Danau Tambing di Lore Lindu Dibuka Lagi, Ada Aturan Baru bagi Pengunjung

28 Oktober 2021

Danau Tambing di Lore Lindu Dibuka Lagi, Ada Aturan Baru bagi Pengunjung

Dalam pembukaan ini, pengelola Danau Tambing melakukan uji coba layanan pengunjung melalui pendaftaran secara daring.

Baca Selengkapnya