Puluhan kartunis membuat karya kartundi trotoar jalan.
TEMPO.CO, Surakarta - Lapang. Kesan itu sangat terasa saat melintas di kawasan titik nol kilometer Kota Solo, tepatnya di ruas jalan Jenderal Sudirman. Kawasan yang menjadi pusat Kota Surakarta ini sedang mencoba mengubah wajah.
Kesan lapang dan luas itu terasa akibat dibongkarnya taman pembatas jalan atau yang biasa disebut dengan separator. Bahkan, lampu pengatur lalu lintas yang berada di tengah jalan juga dibabat habis agar penataan semakin serasi.
Bukan hanya itu, gedung yang berada di tepi jalan tersebut--kebanyakan bangunan kuno--juga turut dibongkar pagar temboknya. Bangunan yang "telanjang" itu terasa menyatu dengan lingkungan sekitarnya.
Bangunan kuno berupa gereja GBIP Penabur semakin terlihat tanpa balutan pagar. Demikian pula gedung Bank Indonesia yang pernah menjadi bangunan termegah di zamannya. Sementara itu, gedung baru Bank Indonesia yang baru saja diresmikan memang sudah didesain tanpa pagar.
Bangunan tua Benteng Vastenburg yang selama ini bersembunyi di balik pagar seng dan ilalang juga telah dibersihkan. Puing-puing peninggalan penjajah Belanda itu masih mampu menunjukkan kekokohannya.
Pemerintah Kota Surakarta tidak ingin diistimewakan. Mereka juga telah membongkar habis pagar tembok serta terali besi di depan Balai Kota. Mereka mengganti pagarnya dengan tumbuh-tumbuhan yang disebutnya dengan pagar vegetatif.
Pembuatan pagar vegetatif itu bukan kali pertama. Tahun lalu, Surakarta juga mengepras pagar tembok di sejumlah perkantoran yang ada di kawasan kota barat. Mereka pun menggantinya dengan beraneka tanaman.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyebut pembangunan kawasan di titik nol kilometer itu baru berjalan separuh. "Tahun depan kami lanjutkan hingga di sekitaran Pasar Gede," katanya.
Selain taman, kegiatan itu juga difokuskan untuk menata fasilitas pedestrian agar pejalan kaki merasa nyaman. Saat ini trotoar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman tengah diperbaiki. Bahkan, trotoar itu dibangun dengan konsep aksesibilitas bagi difabel.
Sayang, fasilitas untuk tuna netra dipasang dengan kurang sempurna dan cenderung asal pasang. Sebab, jalur tuna netra berupa lantai bertekstur khusus itu melintasi sejumlah tiang listrik dan tempat sampah. "Nanti saya minta kontraktor untuk memperbaiki," kata Rudyatmo.