Tanjung Isuy, Kampung Rawa Oase Mahakam

Reporter

Editor

Jumat, 27 Juli 2012 04:43 WIB

Warga suku Bugis menaiki perahu ces (perahu mesin tempel) menuju Desa Tanjung Jonai dengan menyeberangi di Danau Jempang, Tanjung Isui, Kutai Barat, Kalimantan Timur. DOK/TEMPO/Agung Pambudhy

TEMPO.CO , Bahrudin, 70 tahun, perajin patung Dayak Benuaq, di kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur, merasa bersyukur. Suatu hari pada 1999, dia bersama para pengusaha kecil dan perajin tradisional se-Kalimantan Timur dikumpulkan di Samarinda. Sebuah bank pemerintah menawarkan kredit murah untuk pengembangan usaha kecil dalam pertemuan itu.

Dari 36 orang yang hadir, 35 orang setuju mengambil kredit. Hanya Bahrudin yang menolak. Koleganya semua menertawakan karena menganggapnya bodoh menolak tawaran modal berbunga rendah.

Di masa itu, bisnis kerajinan tradisional Dayak sedang naik daun. Pariwisata Kalimantan Timur sedang diminati. Semua optimistis dengan masa depan. Berpuluh turis datang mengunjungi Tanjung Isuy setiap pekan. Pertunjukan seni tradisional Dayak Benuaq digelar setiap hari untuk menyambut wisatawan datang.

“Kami sampai dibilang orang gila karena setiap hari ke mana-mana memakai pakaian adat,” ujar Bahrudin, yang juga pemilik Wisma Wisata, satu dari dua penginapan backpacker yang masih tersisa di Tanjung Isuy kini.

Tidak hanya disibukkan melayani turis dan memahat patung, Bahrudin juga sibuk bisnis. Masa itu, setiap tiga bulan sekali ia harus bolak-balik Jakarta – Denpasar – Balikpapan - Tanjung Isuy mengirim patung-patung Dayak ukuran besar yang banyak dipesan untuk hiasan eksterior hotel-hotel di Bali dan Jakarta.

“Situasi itu berbalik 180 derajat sejak bom Bali 2002. Turis sepi, hanya satu-dua orang datang tiga bulan sekali, menginap pun sebentar. Keadaan mulai berubah awal tahun ini, turis perorangan mulai datang kembali,” ujar Bahrudin.

Dan yang membuat Bahrudin bersyukur, ia tidak sampai terjebak utang bank ketika 10 tahun terakhir pariwisata Tanjung Isuy sepi. “Beberapa teman harus menjual rumah untuk mengembalikan utang bank. Saya tidak. Hanya satu penginapan saya Wisma Wisata II terpaksa saya tutup karena tidak ada tamu datang,” ujar Bahrudin, satu dari sedikit seniman Dayak Benuaq yang masih tersisa.

Tanjung Isuy merupakan kampung rawa di pinggir Danau Jempang, Sungai Mahakam. Kampung wisata tersembunyi yang biasanya selalu tercantum dalam setiap rencana perjalanan menyusuri sungai Mahakam.

Sungai terlebar di Indonesia. Lebar sungai Mahakam di beberapa bagian bisa lebih dari 2 kilometer, dengan panjang 980 kilometer, lebih panjang dari jarak Jakarta – Surabaya. Saking lebarnya, kalau melayari sungai ini pada waktu pasang di musim hujan, terasa seperti sedang berlayar di tengah laut.

Sungai urat nadi transportasi menuju pedalaman Kalimantan Timur. Aneka kapal penumpang, kapal barang, kapal pengangkut kayu, tongkang pengangkut batubara, hilir mudik sepanjang sungai setiap saat. Butuh waktu lebih dari sepekan kalau mau menyusurinya dengan perahu tradisional dari hulu sungai di Long Iram hingga hilir sungai di Samarinda.

Menawarkan sensasi pemandangan sekitar sungai yang jauh lebih beragam jika dibanding dengan wisata sungai Chao Phraya, Bangkok, Thailand, -- wisata susur sungai paling populer di Asia Tenggara, sepanjang 370 kilometer. Terdapat 76 danau dan ratusan anak sungai mencabang atau menginduk ke Sungai Mahakam.

Membentuk kawasan ekosistem-ekosistem khusus dihuni aneka satwa rawa liar seperti Buaya Kalimantan (Crocodylus raninus), kera ekor panjang (Macaca fascularis), aneka burung rawa, Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata), Kuntul (Bubulcus ibis), Bangau (Ciconiidae sp), Rangkong (Buceros rhinoceros), Bekantan (Nasalis larvatus), Ular (Python reticulatus), Elang, hingga Biawak (Varanus borneensis).

“Kami menyukai wisata alam liar makanya memilih ke sini. Tiga hari lalu, kami lima hari menyusuri sungai Sekayu, Kalimantan Tengah, untuk melihat orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting. Tinggal dan menginap di perahu selama perjalanan, pengalaman yang sangat menyenangkan. Sekarang ke sini (Kalimantan Timur) lima hari. Danau Jempang, Mancong, dan Sungai Ahong yang paling kami rekomendasikan untuk dikunjungi selama di Mahakam,” ujar Angie Woo, turis asal Kanada yang kami temui di dermaga Muara Pahu, ketika ia sedang menunggu munculnya Pesut Mahakam sambil menikmati indahnya pemandangan matahari tenggelam, pada akhir Desember lalu.
<!--more-->

Mengunjungi Tanjung Isuy harus tepat memilih waktu. Danau Jempang yang mengelilinginya merupakan danau pasat surut. Kala musim hujan, danau seluas sekitar 15.000 hektare ini akan menjadi samudera luas yang dalam.

Sebaliknya pada musim kemarau, air akan menyusut hingga kedalaman tinggal kurang dari 2 meter, dan sebagian besar wilayah danau akan kering kerontang. Waktu kunjungan terbaik di musim hujan, ketika air meluap penuh, dan ribuan satwa rawa sedang bermigrasi ke sini.

“Kebanyakan turis datang di musim hujan. Ketika suara kodok, bunyi jengkerik, suara hujan, dan burung hantu asyik buat menemani mereka buat membaca buku,” ujar Ahmad, pemandu wisata dari De’ Gigant Tours yang kerap mendampingi turis mengunjungi Tanjung Isuy.

Saya bersama seorang teman menelusurinya musim hujan akhir tahun lalu. Memulai perjalanan dari Kota Tenggarong, Kutai Timur. Karena takut akan kemalaman ketika tiba di Tanjung Isuy, kami memilih berangkat menggunakan bus, dan baru kembalinya nanti akan ditempuh dengan menyusuri sungai Mahakam.

Delapan jam dari Tenggarong, akhirnya menjelang sore, kami turun dari bus umum di Simpang Mancong, sekitar 15 kilometer dari Tanjung Isuy. Lokasinya tidak jauh dari kampung Mancong, kampung adat Dayak Benuaq. Sepanjang perjalanan, di mana-mana pemandangan didominasi lahan perkebunan kepala sawit dan area pertambangan batubara.

“Ada 20 area pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit disekililing Danau Jempang,” ujar Sarif (50) dari atas bak truk yang kami tumpangi. Sarif asli Malang, Jawa Timur, telah puluhan tahun tinggal di Tanjung Isuy, dan kawin dengan perempuan Dayak setempat. Ia menasehati. “Tak usah takut dengan orang Dayak, disini semuanya orang baik,” ujarnya.

Hmmm.. lumayan menenangkan kami. Sore, kami tiba di Tanjung Isuy. Sudah ditunggu Pak Bahrudin di depan halaman lamin. Kami menginap di lamin Wisma Wisata milik Bahrudin yang tepat berada di atas Danau Jempang. Dua turis asal Prancis dan Belgia baru tadi pagi meninggalkan kamar yang kami tempati. Tak ada pesta dan pertunjukan tari-tarian adat yang menyambut. Maklum kami memang tidak memesan. “Kalau mau, bisa saja disiapkan. Biayanya Rp 600 ribu untuk tari-tarian dan Rp 600 ribu untuk seperangkat kuliner penyambutan tamu,” ujar Bahrudin.

Dengan menyewa ces yakni perahu jungkung kecil bermesin 20 PK, sore itu kami putar-putar mengelilingi Danau Jempang menikmati sunset. Wouw, asyiknya jadi orang Tanjung Isuy, belasan orang tampak berjajar di dermaga sedang asyik memancing ikan. Dengan mudahnya mereka berkali-kali menarik kail yang terkait ikan patin, baung, emas, atau gurame.

Ribuan kuntul dan burung rawa memenuhi kawasan Danau Jempang sore itu. Burung-burung rawa asyik bertengger di atas punggung kerbau dan sapi yang sedang merumput di pinggir danau. Air danau terisi penuh di musim hujan. Sebuah jembatan kayu yang melintasi tengah danau, melengkapi keindahan pemandangan sore hari. “Jembatan orang pacaran,” ujar Iin, pengemudi ces yang orang Bugis dan lahir besar di Tanjung Isuy.

Jembatan dari kayu ulin lokasi favorit para turis nongkrong dan para anak muda Tanjung Isuy pacaran sambil menikmati pemandangan pelangi di atas Danau Jempang.
<!--more-->

Kampung Mancong, Sungai Ohong

Esoknya, diteruskan mengunjungi Kampung Mancong. Kampung wisata adat Dayak Benuaq. Sekitar 20 kilometer dari Tanjung Isuy. Menempuhnya dengan naik ces membelah Danau Jempang dan menyusuri Sungai Ohong. Pagi-pagi sekali, ces sudah menjemput kami dari atas dermaga Tanjung Isuy. Membawa kami membelah kabut pagi, melewati jantung Danau Jempang yang dipenuhi burung-burung berkicau. Banyak kampung rawa yang kami temui sepanjan jalan. Hmmm... sepintas ini mengingatkan saya dengan kampung-kampung nelayan suku Bajo.

“Bukan (Suku Bajo). Itu kampung rawa orang Banjar dan Bugis,” ujar Iis yang mengemudikan ces.

Kampung-kampung rawa yang tampak terasing, serba darurat, dan tak teratur itu, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Keluarga-keluarga di kampung rawa ini umumnya cukup kaya. Hampir setiap rumah memiliki genset listrik sendiri, parabola, televisi ukuran besar, hingga berbagai perlengkapan rumah tangga modern lain.

Di antara rumah-rumah, bertengger beragam jenis satwa rawa yang hidup bebas, seperti rangkong, belibis, kuntul, bangau, angsa, bebek, dan pipit rawa. Sungguh, sebuah ekosistem lahan basah (wetland) dengan keanekaragaman tinggi yang pernah saya temui. Hebatnya, ekosistem liar yang kaya ini bukan berada dalam kawasan taman nasional atau suaka alam, tapi semua hidup bebas. Rangkong dan Belibis langka, biasanya hanya bisa ditemui di kebun binatang. Di sini hidup bebas dan jumlahnya ratusan.

Memasuki Sungai Ohong, lebih seru lagi. Di kanan-kiri dipenuhi pohon Dipterocarpacea dan hutan bakau yang dipenuhi burung rawa, kera ekor panjang, bekantan, biawak, ular, elang, hingga sarang lebah. Bekantan melompat dari pohon ke pohon, sungguh sensasional seperti sedang berjalan di tengah kebun binatang.

Kampung Mancong akhirnya ketemu di ujung Sungai Ohong, sekitar dua jam perjalanan dari Tanjung Isuy. Kehidupan adat masyarakat Dayak Benuaq yang lebih puritan berlangsung di sini. Dua lamin besar tampak terawat baik. Kuburan-kuburan kuno yang menyimpan tulang-tulang jenazah pada kotak-kotak penyimpanan kayu masih bisa ditemui di sini. Juga sebuah toko suvernir yang menyediakan aneka macam kerajinan suku Dayak Benuaq asli. Terutama patung-patung primitif bertema binatang khas Dayak Benuaq.

“Semua agama ada di sini, dan kami sangat menghormati adat,” ujar Rusman, pengurus lamin adat Kampung Mancong. Menurut Rusman, tamu atau turis diperbolehkan tinggal di Lamin adat Mancong jika ingin mengenal kebudayaan Dayak Benuaq lebih dalam. Juga tersedia paket-paket penyambutan adat jika turis menginginkan.
<!--more-->

Pesut Mahakam

Penasaran dengan keberadaan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) yang dikabarkan masih sering terlihat muncul di kawasan Muara Pahu, kami pun meneruskan perjalanan dari Tanjung Isuy ke Muara Pahu dengan menyewa ces. Sekitar tiga jam membelah sungai-sungai antara Danau Jempang dan Muara Pahu.

Hmmm... sungguh sensasional perjalanan ini. Ada banyak satwa liar sepanjang perjalanan, terutama ratusan kera Bekantan yang berlompatan dari pohon ke pohon ketakutan mendengar deru suara mesin ces yang keras. Seekor kepala buaya juga sempat kami lihat bergerak menenggelamkan diri di balik semak-semak, ketika mendengar suara ces melintas. Perjalanan tiga jam yang sungguh mendebarkan.

Sesampai di Muara Pahu, tampaknya kami kurang beruntung. Empat jam menunggu munculnya Pesut Mahakam di depan dermaga Muara Pahu, tidak sedikit pun menemukan tanda-tanda kemunculannya. “Memang tidak bisa dipastikan. Kadang tiba-tiba muncul kadang tidak,” ujar Ahok, seorang penjaga kawasan konservasi Pesut Mahakam di Muara Pahu.

Saya pun menelepon Daniella Kreb, seorang peneliti dari Yayasan Rasi, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam konservasi Pesut Mahakam yang berkantor di Samarinda. Meminta sarannya jika ingin melihat Pesut Mahakam. Ia pun dengan senang hati menyarankan saya pergi mengunjungi kawasan antara Sungai Mahakam dengan Danau Semayang, Muara Muntai, tempat sekelompok Pesut Mahakam akhir-akhir ini sering terlihat.

“Muara Pahu sudah terlalu ramai dengan lalu lintas kapal. Mereka tidak nyaman sehingga berpindah tempat,” ujar Daniella Kreb.

Sayang, waktu kami terbatas untuk bisa meneruskan perjalanan ke Danau Semayang. Kami pun harus menunda dulu untuk melihat ikan besar maskot Sungai Mahakam itu. Dihari kelima, kami memutuskan meneruskan perjalanan kembali ke Samarinda dengan pelayaran reguler.

WAHYUANA

Berita terkait

Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

5 April 2018

Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

White Beach, Pulau Boracay, merupakan tempat tujuan pantai terbaik kedua di Asia oleh TripAdvisor ditutup mulai 26 April, puncak liburan musim panas.

Baca Selengkapnya

Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

14 Februari 2018

Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

Salah satu lokasi untuk liburan romantis merayakan Valentine adalah di Perth, ibu kota Australia Barat. Hanya 4,5 jam penerbangan dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

24 September 2017

Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

Tak hanya mengandalkan hasil panen, petani di Taiwan juga membidik bisnis wisata dengan menyediakan penginapan dan aneka atraksi menarik.

Baca Selengkapnya

Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

24 September 2017

Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

Sejumlah lahan pertanian yang melakukan ekspansi ke bisnis wisata di Taiwan, banyak dikelola oleh generasi muda.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

9 September 2017

Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

Tahun ini, setidaknya ada enam sarana wisata baru yang telah dan akan diluncurkan pemerintah Singapura untuk menggaet lebih banyak wisatawan.

Baca Selengkapnya

Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

9 September 2017

Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

Meski Jepang terbilang sebagai destinasi wisata yang mahal, dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa berlibur di Jepang dengan biaya hemat.

Baca Selengkapnya

Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

5 September 2017

Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

Tidak heran, bahkan untuk mencapai gerbang Tembok Besar Cina dari kota Beijing pun sudah menjadi perjuangan tersendiri. Begiu juga saat pulangnya.

Baca Selengkapnya

Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

5 September 2017

Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

Di tengah ancaman cuaca ekstrim masih banyak turis yang mengunjungi Tembok Besar Cina.

Baca Selengkapnya

Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

9 Agustus 2017

Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

KJRI Hong Kong menyatakan jumlah pengunjung asal Indonesia meningkat.

Baca Selengkapnya

Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

8 Juli 2017

Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

Skywalk yang terdiri dari konstruksi kaca ini berada 120 meter di atas jurang yang menganga.

Baca Selengkapnya