Populasi Banteng Baluran Kian Mengkhawatirkan  

Reporter

Editor

Selasa, 24 Juli 2012 13:47 WIB

Tempo/Arie Basuki

TEMPO.CO , Banyuwangi - Tina dan Ussy mendekat perlahan ke seorang petugas yang menyodorkan wortel. Sesekali mata mereka menatap awas pada keadaan sekitarnya. Begitu sudah dekat, mereka langsung memakan wortel dengan lahap.

Tina dan Ussy memang masih canggung dengan pawang barunya, Rudi. Tanpa wortel, mereka sering tak mau mendekat. "Selain sebagai suplemen, wortel untuk mengakrabkan mereka dengan pawang barunya," tutur Kepala Divisi Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati, Taman Nasional Baluran, Nanang Dwi Wahono, Minggu, 15 Juli 2012.

Jangan salah, Tina dan Ussy adalah banteng betina berusia dua tahun. Sejak 30 Juni 2012 keduanya menjadi penghuni baru Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Mereka sedang menjalani uji coba program penangkaran Banteng jawa (Bos javanicus) yang dicanangkan Kementerian Kehutanan.

Kedua banteng betina itu didatangkan dari Taman Safari, Prigen, Pasuruan. Mereka tidak dilepaskan ke alam liar, melainkan ditempatkan dalam kandang khusus berukuran 0,7 hektare di kawasan Bekol. Kandang dikelilingi pagar kayu beserta kawat yang dilengkapi perangkat kejut beraliran listrik.

Dalam program penangkaran, Tina dan Ussi diskenariokan dapat kawin dan menghasikan keturunan dari banteng jantan yang hidup di kawasan Baluran.

Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Baluran satu-satunya kawasan konservasi yang memiliki savana terluas di Pulau Jawa sebagai replika savana di Afrika dengan banteng sebagai maskot utamanya.

Menurut Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Novianto Bambang Wawandono, uji coba menangkarkan banteng ini baru pertama di Indonesia. Bila berhasil, program tersebut diharapkan menjadi solusi untuk menyelamatkan populasi Banteng Jawa yang terancam punah ini.

Dahulu Banteng Jawa, kata Novianto, bisa ditemui sedikitnya di tujuh daerah. Di wilayah barat, banteng tersebar mulai Ujung kulon, Sukabumi, Garut, dan Pangandaran. Sedangkan di wilayah timur berada di Meru Betiri, Alas Purwo, dan Baluran. "Namun sekarang di Sukabumi, Garut, dan Pangandaran banteng tidak ada lagi," ujar Novianto ketika meninjau Baluran, Minggu 15 Juli 2012.

Di kawasan konservasi banteng seperti Baluran, populasi satwa tersebut terus menurun. Pada 1996, populasi banteng tercatat 320 ekor. Namun pada 2007 hanya tersisa 34 ekor. Populasi banteng semakin mengkhawatirkan karena pada 2011 lalu hanya tercatat 22 ekor.

Faktor utama penurunan populasi banteng sebenarnya klasik, yakni perburuan liar. Menurut Novianto, daging banten sama enaknya dengan sapi, sehingga diburu manusia. "Padahal perkembangbiakan banteng terbilang lambat, setahun hanya 1-2 kali," uca Novianto pula.

Penurunan populasi banteng di Baluran juga disebabkan oleh semakin sempitnya daya dukung habitat berupa savana. Akibat serbuan akasia, luas savana yang semula 10.000 hektare kini tersisa 5.000 hektare. Invasi akasia berduri ini menghambat pertumbuhan rumput yang menjadi makanan utama banteng.

Baluran dipilih karena banteng di kawasan ini terkenal memiliki genetik yang baik. Banteng jantan memiliki fisik besar, jarang ditemui di kawasan lain. "Banteng Baluran bisa dijadikan plasma nutfah untuk mengembangkan banteng unggulan," tutur Novianto.

Sejumlah rencana sudah disiapkan untuk mencarikan "jodoh" bagi Tina dan Ussy. Di antaranya dengan memancing banteng jantan untuk memasuki kandang si betina.

Nanang menjelaskan bahwa di dalam kandang ditanam berbagai jenis rumput dengan saluran airnya, sehingga rumput tetap tumbuh berwarna hijau. Sebuah pintu otomatis dipasang di depan kandang yang memungkinkan banteng bisa masuk tapi tidak bisa keluar lagi.

Cara lain memancing banteng jantan adalah dengan menangkap banteng jantan di alam. Menurut Nanang, menangkap banteng akan menjadi hal tersulit karena banteng tidak boleh stres. "Tidak mudah menangkap banteng karena hewan ini mudah stres," kata Nanang.

Bila skenario tersebut lancar, kata Nanang, dia optimistis pada 2013 mendatang Tina dan Ussy dapat memiliki keturunan dari banteng Baluran.

IKA NINGTYAS

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya