TEMPO.CO, Yogyakarta - Mata naga raksasa sepanjang tak kurang 130 meter itu menyala-nyala. Badannya meliuk-liuk mengejar bola api di depannya, menyabet sisi kanan dan kiri jalan Malioboro Yogyakarta yang dipadati ribuan orang. Anak-anak berteriak histeris . Sebagian bahkan ada yang menangis ketika badan naga besar bersisik itu nyaris menyambar mereka.
Itulah yang terjadi ketika sekitar seratus personel tentara dari Kodim 403 Yogyakarta memainkan tarian Liong. Tarian itu digelar dalam acara pamungkas Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta VII bertajuk Dragon Night Festival di Malioboro Yogyakarta Senin 6 Februari 2012 malam.Tak kurang dari 12 grup liong-samsi dan 22 kelompok seni dari berbagai wilayah ikut meramaikan acara itu.
Kodim 403 membawa naga terbesar pemecah rekor MURI 2010 yang memiliki berat 1,2 ton.Naga itu ditarikan dengan 42 tongkat. Masing-masing tongkat dibawa oleh dua personil tentara. Pada saat naga menari mengejar bola, tentara lain tanpa henti memainkan musik dengan simbal dan gong besar, sehingga naga semakin beringas bergerak.
Arak-arakan naga di sepanjang Malioboro, mulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali hingga berakhir di perempatan Titik Nol Kilometer Yogyakarta itu diramaikan pula dengan atraksi menarik kelompok Naga Guntur Geni dari Kostrad Armed 11 Magelang.
Sekitar 25 tentara yang membawa naga berwarna putih itu berulang kali melakukan gerakan akrobatik nan teratur dan dinamis. Sang naga seolah begitu hidup. Terkadang satu anggota kelompok itu, membuat kuda-kuda yang mampu mengikat lima personel lainnya untuk leluasa melakukan gerakan memutar. Formasi ini membuat kepala naga tampak tenang dan badan serta ekor mengibas di atas tanah.
“Pesta karnaval naga ini sebagai bagian penyambutan Tahun Naga Air,“ kata Panitia acara itu, Wawan Budi. Dikatakan Wawan, selama karnaval yang berlangsung hampir sekitar tiga jam mulai lepas Maghrib itu, Jalan Malioboro di tutup sementara.
Tak hanya naga yang berpesta pada karnaval itu, kelompok Hin An Hwee Kwan dari Yogyakarta pun menyemarakkan jalanan dengan tari Jathilan Kuda Lumping. Puluhan penunggang bergerak cepat dan berjingkrak sambil terus melecutkan cemetinya sehingga suasana malam seolah penuh bunyi petasan.
Sebagai pereda amuk para naga, disela atraksi liong dan samsi itu muncul barisan puluhan gadis cantik dari kelompok Natya Lakshita yang dibalut pakaian layaknya putri kerjaaan cina. Dipandu seorang waria yang dengan tongkatnya, para gadis itu memainkan atraksi kipas mengikuti musik menghentak.
Penonton sempat berbisik miris ketika barisan paguyubab Setya Bhakti lewat dengan menampilkan sejumlah lansia dengan pakaian tiongkok berjalan menggunakan bambu tinggi (egrang). Namun dengan keterampilannya, para orang tua itu sukses berjalan dengan egrang sepanjang satu kilometer Malioboro tanpa jatuh.
Pawai karnaval yang memperebutkan Tropi Raja Keraton dan uang senilai Rp 27 juta ini juga dimeriahkan oleh pembagian kue keranjang . Anak-anak tampak senang ketika para peserta arak-arakan mencoba menarik perhatian dengan pertunjukan kembang api yang dimainkan dekat patung naga yang diarak.
Penutupan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ini juga dimeriahkan dengan sejumlah acara yang dipusatkan di Kampung Ketandan yang sejak 2 Februari 2012 lalu jadi pusat perayaan. Pada penutupan itu dihelat acara seperti ketoprak Sampek Eng Tay oleh seniman Didik Nini Thowok dan pesta kembang api di Titik Nol Kilometer.
PRIBADI WICAKSONO