Mengunjungi Tugu Kilometer Nol di Sabang, Titik Paling Ujung Barat Indonesia
Reporter
Dian Yuliastuti
Editor
Mila Novita
Rabu, 26 Juni 2024 15:12 WIB
Tugu Kilometer Nol
Setelah deretan lapak souvenir dan rujak, pengunjung akan menemukan tugu raksasa bertuliskan Kilometer Nol dalam warna merah mencolok. Tugu setinggi 22 meter ini ditopang pedestal bercat biru muda. Tugu ini berbentuk empat pilar yang agak melengkung ke dalam, pada masing-masing pilar terpasang lengkungan besi, juga terdapat lingkaran yang didalamnya terdapat ornamen rencong raksasa, senjata khas bumi Aceh. Sayang salah satu gagang rencong raksasa ini patah, dan rencong besinya menggantung, cukup membahayakan pengunjung.
Di puncak tugu ini terdapat Burung Garuda yang menghadap ke lautan lepas. Di bawah Burung Garuda terletak angka nol.
Desain Tugu Kilometer Nol memiliki beberapa filosofi. Empat pilar yang menjadi penyangga merupakan simbol batas-batas negara yaitu Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau Rote. Lingkaran besar pada tugu merupakan analogi dari angka nol. Ada pula motif senjata rencong menjadi simbol bahwa Aceh juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tugu Kilometer Nol diresmikan pada 9 September 1997 oleh Wakil Presiden RI Try Sutrisno. Monumen ini menjadi simbol perekat dari Sabang sampai Merauke. Seiring waktu, pemerintah beberapa kali merenovasi tugu tersebut.
Sabang adalah pulau paling barat Indonesia yang berjarak sekitar 14 mil dari perairan Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh.
Secara teknis, sebenarnya koordinat titik terbarat dari Indonesia berada di Pulau Rondo, yang berada pada koordinat 6° 4' 30" LU, 95° 6' 45" BT. Karena pulau ini kosong dan lebih sulit diakses, maka monumen penanda titik terbarat Indonesia dibangun di sisi paling utara dari Pulau Sabang. Lokasi tepatnya berada di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang.
Area sekitar monumen ini termasuk dalam kawasan Hutan Wisata Sabang. Monumen ini kurang lebih berjarak 5 km dari Pantai Iboih (Teupin Layeu) yang sangat populer di kalangan backpacker asing.
Zulfikar, seorang pemandu wisata menjelaskan tugu ini semula tidak berada di sana, tetapi berjarak kurang lebih lima kilometer sebelum tugu. Dia juga menjelaskan, kawasan teluk atau Pantai Iboeh ini sering menjadi tempat bersandar yacht.
“Biasanya mereka sandar di sana, banyak yang pada snorkling,” ujarnya.
Rombongan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 KRI Dewaruci mengunjungi Tugu Kilometer Nol ini sebagai rangkaian perjalanan mengunjungi beberapa lokasi di Sabang. Rombongan telah mengunjungi tempat-tempat wisata dan artefak sejarah di Sabang, dan Kota Banda Aceh.
DIAN YULIASTUTI
Pilihan Editor: KRI Dewaruci Lanjutkan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah ke Sabang