Tradisi Perang Topat Menggambarkan Kerukunan Umat Beragama di Lombok

Rabu, 22 November 2023 18:44 WIB

Tradisi Perang Topat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (Dinas Pariwisata Lombok Barat)

TEMPO.CO, Mataram - Lombok dihuni oleh masyarakat yang berbeda suku dan agama, namun mereka memiliki cara untuk menjaga kerukunan. Salah satu cara itu adalah tradisi Perang Topat. Tradisi ini dilakukan oleh dua suku serta agama, yakni suku Sasak yang beragama Islam dan suku Bali penganut agama Hindu.

Event ini menggambarkan kerukunan warga yang memeluk agama Islam dan Hindu. Mereka menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi. Hingga saat ini, kerukunan masih tecermin saat ritual keagamaan maupun pada Perang Topat di satu kawasan. Lokasinya di Taman Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Perang Topat merupakan Warisan Budaya Takbenda (WBTB) yang diakui secara nasional melalui surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor 19255/mpk.F/kb/2020.

Tradisi ini dilaksanakan di dalam kawasan Pura Lingsar. Di dalam kawasan tersebut terdapat dua bangunan yang disakralkan oleh masing-masing umat, yakni Pura Gaduh yang menjadi bangunan sakral umat Hindu dan bangunan Kemaliq yang disakralkan umat Islam.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupateen Lombok Barat M. Fajar Taufiq mengatakan, Perang Topat sebagai salah satu event yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN). Event budaya ini harus memiliki daya ungkit kepada pelaku ekonomi kreatif di Desa Lingsar. "Serta memberikan dampak pada peningkatan kunjungan wisatawan baik wisnus dan wisman," katanya.

Advertising
Advertising

Semua masyarakat harus berkolaborasi bersama dalam mendorong pelestarian budaya ini. Penyelenggaraan Perang Topat dilaksanakan sejak 20 - 25 November dan acara puncak pada tgl 27 November 2023.

Masyarakat Desa Lingsar selalu menggelar ritual Perang Topat pada hari ke-15 bulan ketujuh pada penanggalan Sasak Lombok. Tanggal itu disebut purnama sasih kepituq (purnama bulan ketujuh), atau hari ke-15 bulan keenam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi keenem (purnama bulan keenam).

Event Perang Topat ini dilakukan pada sore hari, setelah salat asar, atau dalam bahasa Sasak "raraq kembang waru” (gugur bunga pohon waru). Tanda itu dipakai oleh orang tua zaman dulu untuk mengetahui waktu salat asar.

Sebelum prosesi Perang Topat dimulai, umat Hindu terlebih dahulu sembahyang di pura, disebut dengan upacara Pujawali Piodalan Pura Lingsar. Kebiasaan ini dilaksanakan pada hari yang bersamaan dengan prosesi Perang Topat.

Setelah bunga waru gugur, prosesi perang topat dimulai dengan mengelilingkan sesajian yang terdiri dari makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi, sebagai sarana persembahyangan di Purwadaksina yang berada di kawasan bangunan Kemaliq. Prosesi ini diikuti oleh kedua umat beserta seluruh tokoh, baik dari Hindu Bali maupun Islam Sasak diiringi oleh gamelan, gendang beleq dan baris lingsar.

Kedua umat berkumpul pada masing-masing titik yang telah ditentukan. Umat Hindu berkumpul di halaman Pura Gaduh, sedangkan umat Islam di halaman bangunan Kemaliq. Perang Topat dimulai ketika tokoh yang dihormati kedua kubu, melempar ketupat secara simbolis untuk pertama kalinya, lalu diikuti yang lain.

SUPRIYANTHO KHAFID

Pilihan Editor: Unik, Perang Topat: Tanpa Amarah Namun Penuh Perdamaian

Berita terkait

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

3 hari lalu

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap 5 Orang Tersangka Pengedar Magic Mushroom di Gili Trawangan

7 hari lalu

Polisi Tangkap 5 Orang Tersangka Pengedar Magic Mushroom di Gili Trawangan

Polisi menangkap lima orang tersangka pengedar magic mushroom yang disita dari salah satu bar di kawasan wisata Gili Trawangan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Sistem dan prosesi Pernikahan Adat Bali atau Pawiwahan

7 hari lalu

Mengenal Sistem dan prosesi Pernikahan Adat Bali atau Pawiwahan

Dalam pernikahan adat Bali disebut pawiwahan yang dalam pelaksanaannya terdiri dari berbagai bentuk prosesi penuh makna.

Baca Selengkapnya

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

14 hari lalu

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

Pemerintah Provinsi Bali akan mengenalkan kearifan lokal Segara Kerthi dan Tumpek Uye kepada delegasi World Water Forum ke-10

Baca Selengkapnya

Komitmen untuk Pariwisata, Bandara Lombok Tetap Berstatus Internasional

17 hari lalu

Komitmen untuk Pariwisata, Bandara Lombok Tetap Berstatus Internasional

Bandara Lombok merupakan pintu masuk utama bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Lombok dan destinasi lain di Nusa Tenggara Barat.

Baca Selengkapnya

Fakta Uzbekistan, Negara Asal Imam Bukhari yang Pernah Dicengkram Uni Soviet

17 hari lalu

Fakta Uzbekistan, Negara Asal Imam Bukhari yang Pernah Dicengkram Uni Soviet

Uzbekistan, tempat kelahiran Imam Bukhari, seorang periwayat hadis yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

21 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

24 hari lalu

7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

Kiprah sejumlah influencer mualaf ikut mewarnai penyebaran Islam di Korea

Baca Selengkapnya

Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

24 hari lalu

Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

Jauh sebelum viralnya infuencer Mualaf seperti Daud Kim, Islam masuk ke Korea sejak tahun 1950-an.

Baca Selengkapnya

Kongres Pemuda Indonesia Laporkan Pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya atas Kasus Penistaan Agama

26 hari lalu

Kongres Pemuda Indonesia Laporkan Pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya atas Kasus Penistaan Agama

Ketua Kongres Pemuda Indonesia atau KPI Jakarta Sapto Wibowo Sutanto melaporkan pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya pada 19 April 2024.

Baca Selengkapnya