10 Satuan Prajurit Keraton Yogyakarta, Keistimewaan Pasukan Bregada

Rabu, 22 November 2023 13:05 WIB

Pasukan Keraton bersiap untuk kirab. Brigade pasukan keraton disebut pula sebagai Bregada. Foto: @soedarman_husaeni

TEMPO.CO, Jakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan tempat di mana seni adat dan tradisi selalu melibatkan kehadiran prajurit atau prajurit Keraton Yogyakarta.

Perang Pangeran Mangkubumi melawan VOC pada 1746-1755 menjadi cikal bakal terbentuknya prajurit Keraton Yogyakarta. Perang ini berujung pada penobatan Pangeran Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1755, yang kemudian memerintah hingga 1792.

Kesatuan pasukan keraton yang terlibat dalam perang tersebut menjadi cikal bakal prajurit Keraton Yogyakarta yang kini dikenal sebagai bregada. Setiap Bregada Keraton Yogyakarta, dengan tugas khusus dan filosofi uniknya, membentuk satu kesatuan prajurit yang kokoh dan kuat.

Dengan watak kesatria yang diwariskan melalui kredo Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh, mereka bukan hanya penjaga keraton tetapi juga pewaris nilai-nilai luhur dan keberanian dalam menjaga keutuhan nusa, bangsa, dan negara.

Dilansir dari kratonjogja.id, Keraton Yogyakarta memiliki sepuluh kesatuan bregada, di mana delapan di antaranya berada di bawah naungan keraton langsung, sementara dua kesatuan sisanya memiliki tugas khusus.

  1. Bregada Bugis
Advertising
Advertising

Bregada Bugis, awalnya berasal dari Sulawesi, menjadi penjaga setia putra mahkota di Ndalem Mangkubumen. Prajurit Bugis ini memiliki tugas mulia, salah satunya adalah mengawal putra mahkota dan memastikan jalannya pemerintahan berlangsung lancar. Dengan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kyai Pleret, Bregada Bugis membuktikan kesetiaan mereka dalam setiap tugas yang diemban.

  1. Bregada Surakarsa

Bregada Surakarsa, yang berasal dari kata 'sura' yang berarti berani dan 'karsa' yang berarti kehendak, memiliki filosofi menjadi prajurit yang pemberani dan selalu menjaga keselamatan Adipati Anom (Putra Mahkota). Dalam upacara Gerebeg, mereka bertugas mengawal gunungan yang dibawa ke Masjid Gedhe, menunjukkan semangat dan dedikasi tinggi dalam setiap tugasnya.

  1. Bregada Wirabraja

Bregada Wirabraja, yang berarti prajurit yang berani dan tajam panca inderanya, menampilkan keberanian dalam membela kebenaran dan ketangguhan dalam menghadapi musuh. Dengan klebet Gula-klapa, mereka menunjukkan kesetiaan mereka yang tinggi terhadap kebenaran. Senjata mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Slamet dan senapan, menjadi simbol keberanian dan ketangguhan mereka.

  1. Bregada Dhaeng

Bregada Dhaeng, yang berasal dari gelar bangsawan di Makasar, awalnya terdiri dari prajurit yang berasal dari sana. Namun, meskipun asal usulnya berubah, semangat keberanian dan ketidakpadaan mereka tidak kunjung padam. Dengan klebet Bahningsari dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Jatimulya, Bregada Dhaeng menjadi pasukan yang tidak pernah menyerah.

  1. Bregada Patangpuluh

Meskipun asal usul nama Bregada Patangpuluh masih kabur, namun pasukan ini tidak diragukan lagi memiliki kekuatan luar biasa. Dengan klebet Cakragora dan senjata seperti tombak Kanjeng Kiai Trisula, mereka menunjukkan keahlian dan keandalan dalam pertempuran, menjadikan mereka pasukan yang sulit dikalahkan.

  1. Bregada Jagakarya

Bregada Jagakarya memiliki filosofi dalam namanya, yang berarti prajurit yang memiliki tugas untuk menjaga dan mengamankan pelaksanaan pemerintahan dalam kerajaan. Dengan klebet Papasan dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Trisula, mereka menjadi penjaga yang andal dalam menjalankan tugas-tugas penting.

  1. Bregada Prawiratama

Bregada Prawiratama, dengan nama yang berasal dari kata 'prawira' yang berarti berani dan 'tama' yang berarti utama atau bijak, menjadi pasukan yang tidak hanya pemberani tetapi juga bijak dalam setiap tindakannya. Dengan klebet Geniroga/Banteng Ketaton dan senjata tradisional mereka, mereka menjadi pasukan yang diharapkan dapat selalu mengalahkan musuh dengan mudah.

  1. Bregada Nyutra

Bregada Nyutra, yang memiliki makna prajurit yang sehalus sutra dan selalu mendampingi serta menjaga keamanan Sultan, menunjukkan ketajaman rasa dan keterampilan yang unggul. Dengan klebet Podhang Ngingsep Sari dan Padma-Sri-Kresna, mereka menjadi pengawal pribadi Sultan yang setia dan andal.

  1. Bregada Ketanggung

Bregada Ketanggung, yang memiliki nama berasal dari kata 'tanggung' yang berarti beban atau berat, menjadi pasukan dengan tanggung jawab yang sangat berat. Dengan klebet Cakra-Swandana dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Nenggala, mereka menjadi pasukan yang membawa senjata dahsyat untuk memporakporandakan musuh.

  1. Bregada Mantrijero

Bregada Mantrijero, yang memiliki makna juru bicara yang memberikan cahaya dalam kegelapan, menjadi pasukan yang memiliki wewenang dalam memutuskan hal-hal dalam lingkungan keraton. Dengan klebet Purnamasidhi dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Cakra, mereka menjadi pasukan yang diharapkan selalu memberikan cahaya dalam kegelapan.

M RAFI AZHARI | PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: Berminat Jadi Prajurit Keraton Yogyakarta Perhatikan Syarat-syaratnya

Berita terkait

Pelaku Kreatif Kumpul di Yogya Soroti Ekosistem Board Game untuk Dongkrak Wisata

14 jam lalu

Pelaku Kreatif Kumpul di Yogya Soroti Ekosistem Board Game untuk Dongkrak Wisata

Ratusan pelaku industri kreatif berkumpul di Yogyakarta menyoroti tentang ekosistem board game dan kontribusinya bagi sektor wisata di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Ramai Penolakan Tempat Hiburan Malam di Yogya, Ini Respon Sultan HB X

1 hari lalu

Ramai Penolakan Tempat Hiburan Malam di Yogya, Ini Respon Sultan HB X

Sultan HB X merespon penolakan warga terhadap rencana beroperasinya hiburan malam di Sleman, Yogyakarta

Baca Selengkapnya

Profil Prof Mubyarto, Sosok Penggagas Ekonomi Kerakyatan

3 hari lalu

Profil Prof Mubyarto, Sosok Penggagas Ekonomi Kerakyatan

Prof Mubyarto merupakan akademisi dan penggagas ide-ide mengenai konsep Ekonomi Kerakyatan dan Ekonomi Pancasila

Baca Selengkapnya

Jaga Sumbu Filosofi Steril Alat Peraga Kampanye Pilkada, Yogyakarta Revisi Aturan

3 hari lalu

Jaga Sumbu Filosofi Steril Alat Peraga Kampanye Pilkada, Yogyakarta Revisi Aturan

Kawasan Sumbu Filosofi merujuk garis imajiner yang membentang dari Tugu Yogyakarta-Malioboro-Keraton- Panggung Krapyak Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Melihat Tengkorak Gajah Blora hingga Senjata Prajurit Pangeran Diponegoro di Vredeburg Fair 2024

3 hari lalu

Melihat Tengkorak Gajah Blora hingga Senjata Prajurit Pangeran Diponegoro di Vredeburg Fair 2024

Replika raksasa Tengkorak Gajah Blora hingga Homo Erectus P-VIII, yang dulu dikenal sebagai Pithecanthropus erectus, ada di Vredeburg Fair.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Minta Para Politisi Ikut Jaga Yogyakarta Tetap Aman selama Pilkada

4 hari lalu

Sultan HB X Minta Para Politisi Ikut Jaga Yogyakarta Tetap Aman selama Pilkada

Yogyakarta yang memiliki destinasi populer di tiap kabupaten/kota dinilai butuh suasana kondusif termasuk dalam momentum Pilkada ini.

Baca Selengkapnya

Awal September, Ada Pesta Rakyat Sepanjang Pekan di Teras Malioboro Yogyakarta

4 hari lalu

Awal September, Ada Pesta Rakyat Sepanjang Pekan di Teras Malioboro Yogyakarta

Wisatawan tidak hanya sekadar bisa berbelanja berbagai cinderamata unik, namun juga bisa menikmati berbagai kuliner tradisional Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Peringati 12 Tahun UU Keistimewaan, Yogyakarta Siapkan 487 Acara Selama 30 Hari

4 hari lalu

Peringati 12 Tahun UU Keistimewaan, Yogyakarta Siapkan 487 Acara Selama 30 Hari

Event itu tersebar di lima kabupaten/kota di DI Yogyakarta pada 12 Agustus hingga 12 September 2024.

Baca Selengkapnya

Mobilitas Wisatawan Tinggi, Yogyakarta Waspadai Penularan Cacar Monyet

5 hari lalu

Mobilitas Wisatawan Tinggi, Yogyakarta Waspadai Penularan Cacar Monyet

Masyarakat dan wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta pun diimbau turut mewaspadai penularan kasus cacar monyet yang kembali mencuat belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Mengenang Kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia 35 Tahun Lalu

5 hari lalu

Mengenang Kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia 35 Tahun Lalu

Sebelum Paus Fransiskus, Paus Yohanes Paulus II pernah berkunjung ke Indonesia 35 tahun silam, berikut situasi kunjungannya saat itu.

Baca Selengkapnya