Penampakan tugu berbentuk sepatu didirikan di kawasan Sudirman, Jakarta, Sabtu, 18 September 2021. Pembuatan tugu sepatu ini merupakan hasil kerja BUMD Jaktour yang melakukan kolaborasi dengan sejumlah pihak. TEMPO/Daniel Christian D.E
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI membongkar Tugu Sepatu yang terletak dekat Stasiun Sudieman BNI City dan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Tugu Sepatu ini sejatinya menjadi simbol wisata ibu kota. Namun sejak beberapa pekan berada di tempat umum, tugu tersebut menjadi sasaran vandalisme.
Bukan hanya Tugu Sepatu, sebelumnya berbagai patung, seni instalasi, dan karya yang terpajang di beberapa tempat publik terpaksa dibongkar karena berbagai sebab. Berikut ulasannya:
Bambu Getah Getih Bambu Getah Getih resmi berdiri pada 16 Agustus 2018 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Pemerintah DKI menggelontorkan dana Rp 550 juta untuk membangun seni instalasi demi menyambut ajang Asian Games 2018. Bambu Getah Getih harus dibongkar setelah sebelas bulan terpasang karena rapuh terkena panas dan hujan.
Tugu Proklamasi Sebelum Tugu Proklamasi yang kini kita lihat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pernah ada sebuah tugu yang lebih dulu berdiri di sana. Tugu yang lebih dulu berdiri itu juga bernama Tugu Proklamasi yang resmi dibangun pada 1946.
Presiden Soekarno kemudian membongkar tugu tersebut karena menganggapnya sebagai Tugu Linggar Jati. Presiden Suharto kemudian membangun kembali Tugu Proklamasi pada 1972. Pembangunan tugu ini bersamaan dengan Rumah Proklamasi.
Patung Manusia Akar Patung Manusia Akar yang terletak di Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, ini sejatinya menjadi bentuk keprihatinan atas kondisi alam yang kian memprihatikan. Patung itu juga punya nama resmi, yakni Tropic Effect. Patung yang berdiri pada 2011 tersebut akhirnya dibongkar tiga tahun kemudian karena dianggap mengandung unsur pornografi. Sementara Pemerintah Kota Yogyakarta menyatakan patung itu dibongkar karena masa perjanjian pemasangannya telah selesai.
Patung Tiga Mojang Patung Tiga Mojang di Kota Bekasi, Jawa Barat, dirobohkan karena dianggap porno. Patung perunggu senilai Rp 2,5 miliar itu roboh pada 19 Juni 2010.