Wisatawan Sepi, Gudeg Yogyakarta Juga Tak Ramai, Ini Kiat Penjajanya Bertahan

Reporter

Antara

Editor

Ludhy Cahyana

Jumat, 18 September 2020 12:00 WIB

Kuliner di luar Pasar Beringharjo yang Agustus ini mulai merasakan dagangannya kembali ramai pengunjung. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bertumpu pada pariwisata dan pendidikan, merasakan imbasnya saat Covid-19 belum teratasi. Efeknya juga dirasakan para produsen gudeg di DIY.

Namun mereka menemukan solusi. Seturut berita dari ANTARA, para produsen atau penjaja gudeg memaksimalkan penjualan secara daring, untuk bertahan pada masa pandemi.

"Hampir semua produsen gudeg di Yogyakarta mulai menjual secara daring," kata Wakil Ketua Asosiasi Penjual Gudeg (Aspeg) DIY Chandra Setiawan Kusuma di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Chandra, penjualan secara daring harus dilakukan, karena pembelian secara konvensional di rumah makan atau warung mengalami penurunan drastis sejak awal pandemi.

"Gudeg ini 75 persen peminatnya adalah wisatawan. Kalau pariwisata turun ya penjualan kami juga ikut turun," kata Pemilik Warung Gudeg Bu Lis ini.

Advertising
Advertising

Untuk menjual secara daring, sebagian produsen mulai mengemas kuliner berbahan dasar gori atau nangka ini dalam bentuk kaleng. Cara ini memungkinkan gudeg bisa bertahan lebih lama hingga satu tahun.

"Kalau pembelian dengan jasa pesan antar di area Yogyakarta masih bisa dalam bentuk kendil atau besek lengkap dengan nasi," kata dia.

Menurut dia, 25 persen dari anggota Aspeg DIY yang berjumlah 40 produsen, telah mengalengkan gudeg dengan aneka olahan yang bervariasi. Mulai dari gudeg nangka, gudeg manggar, hingga gudeg kepala dan ceker ayam, "Untuk pemesanan kebanyakan justru dari luar kota, bahkan Jakarta," kata dia.

Pemilik Warung Gudeg Yu Djum di Jalan Wijilan, Kota Yogyakarta, Eni Hartono mengaku terbantu dengan penjualan secara daring dalam bentuk kemasan kaleng. Meski begitu, kata dia, belum signifikan mendongkrak bisnis kulinernya.

Kendati dijual dalam bentuk kemasan kaleng, Eni mengaku harus tetap mempertahankan cita rasa olahan gudegnya, dengan standar mutu bahan baku yang telah digunakan secara turun temurun.

Gudeg Kaleng Wijilan. TEMPO/Muh. Syaifullah

"Tapi ini cukup membantu karena yang datang langsung (di rumah makan) kadang ada, kadang sepi. Apalagi DKI Jakarta mulai PSBB lagi," kata dia yang menjual gudeg kemasan kaleng mulai Rp40 ribu hingga Rp45 ribu ini.

Berita terkait

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

2 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

2 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

2 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

2 hari lalu

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

3 hari lalu

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

3 hari lalu

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

Ketika cenderamata lokal sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan original.

Baca Selengkapnya

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

4 hari lalu

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

Yogyakarta dipilih sebagai tempat perhelatan HUT TNI AU karena merupakan cikal-bakal Angkatan Udara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

4 hari lalu

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

Sebuah mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) milik wisatawan terjebak di jalur jip wisata Lava Tour sungai Kalikuning lereng Gunung Merapi, Sleman Yogyakarta pada Minggu 21 April 2024.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

5 hari lalu

Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengakui dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan pertemuan dengan eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

5 hari lalu

Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

Bus pariwisata itu melaju dari arah Pantai Baron, Gunungkidul, menuju Bantul lewat jalur Siluk Imogiri yang dikenal cukup curam dengan jalan berkelok.

Baca Selengkapnya