Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Selasa, 15 Oktober 2019 15:30 WIB

Berkurangnya krill sebagai sumber makanan bagi penguin tidak hanya akibat pemanasan global, tapi juga karena perburuan besar-besaran oleh pabrik pengolah ikan. boredpanda.com

TEMPO.CO, Jakarta - Mondar mandir wisatawan dunia tak bisa dipungkiri menyumbang polusi karbon. Pesawat, bus, taksi, hingga kapal pesiar menyumbang karbon yang berefek pemasanan global alias global warming.

Itulah yang membuat pebisnis tur Rick Steves tak enak hati atas bisnisnya. Ia pun mengumpulkan uang sejumlah US$ 1 juta untuk permasalahan tersebut. Mengutip Travel + Leisure, Rick Steves ingin mendukung organisasi nirlaba yang menyuarakan perubahan iklim melalui advokasi pemerintah dan kerja di lapangan.

Menurut dia, hal itu dianggap cukup tepat bila dibandingkan dengan membeli karbon pengimbang (carbon offset). Ia lebih mempertimbangkan aspek filantropi. Semisal, membantu petani di negara berkembang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

“Sambil menggunakan pertanian dan teknik kehutanan yang cerdas iklim,” kata Rick Steves. "Kami berharap bisa meninjau dan menilai kembali daftar organisasi yang kami dukung setiap tahun.”

Mengutip The Travel, bahwa tahun ini, Rick Steves menyumbang untuk 11 organisasi. Hal itu untuk mendorong pertanian berkelanjutan, reboisasi, dan pendidikan iklim. Pengumuman Steves bertepatan dengan kesadaran publik tentang biaya lingkungan dari dampak penerbangan pesawat, yang disoroti oleh para aktivis seperti Greta Thunberg.

Advertising
Advertising

Steves akan menyumbangkan US$1 juta dari keuntungan perusahaan tur miliknya. Hal itu semacam pajak karbon yang dikenakannya sendiri. Rick Steves mafhum bahwa tak mungkin pula mengurangi aktivitas bepergian dalam tur. Ia menganggap mengurangi perjalanan pun tak benar sebagai solusi.

Pebisnis tur Rick Steves menyumbang untuk 11 organisasi yang bergerak di bidang lingkungan sebesar US$1 juta. Foto: Portland Press Herald/Getty Images

"Perjalanan bukan hanya rekreasi, tetapi juga kesempatan penting untuk memperluas perspektif dan memanusiakan manusia dengan budaya yang berbeda,” katanya.

Steves mengamati dampak perubahan iklim di Eropa. Ia mencontohkan di antaranya Swiss memasang mesin pembuat salju. Kemudian, Jerman diguyur hujan pada musim panas.

Namun, tak cuma hal itu, ia pun menyoroti permasalahan para petani di negara berkembang. Ia menganggap konsekuensi yang dialami lebih pelik. Karena pencaharian para petani tergantung dengan cuaca yang stabil.

TRAVEL + LEISURE | THE TRAVEL

Berita terkait

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

1 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

11 hari lalu

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

33 hari lalu

Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

40 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

40 hari lalu

13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.

Baca Selengkapnya

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

41 hari lalu

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

49 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

2 Februari 2024

Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

Cuaca ekstrem harus dilihat dalam perspektif perubahan iklim global.

Baca Selengkapnya