Festival Kopi Merapi, Kikuknya Barista Lokal Membuat Kopi Latte
Reporter
Pito Agustin Rudiana (Kontributor)
Editor
Tulus Wijanarko
Kamis, 27 September 2018 17:57 WIB
TEMPO.CO, Sleman - Tiga barista berdiri berderet di depan meja bertaplak kain putih. Di atas meja terlihat sejumlah alat peramu kopi manual atau manual brewing. Mereka adalah peserta tahap pertama yang mengikuti Latte Art Competition dalam rangkaian Festival Kopi Merapi 2018 di Dusun Pentingsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Rabu, 26 September 2018
Total ada 20 peserta dalam kompetisi seni menghias permukaan kopi tersebut. Alat-alat yang bisa digunakan para barista lokal itu adalah rock presso untuk membuat kopi espresso. Lalu ada french press, peramu kopi single origin sederhana, kompor, panci, termometer, dan sekotak susu cair. Di meja lain ada penggiling kopi bertenaga listrik, timbangan, juga satu stoples biji kopi.
Baca juga: Festival Kopi Temanggung Sediakan 1000 Gelas Kopi Gratis
Hiasan di permukaan kopi itu menggunakan seduhan campuran susu. “Kikuk juga. Soalnya biasa bikin latte art pakai mesin,” kata Yakop, salah satu barista.
Setiap tiga peserta langsung dinilai juri yang berjumlah lima orang. Kriteria penilaian terletak pada bagus-tidaknya dan mirip-tidaknya gambar pada latte sesuai dengan yang ditentukan juri. Pada babak penyisihan, peserta diharuskan membuat latte art berbentuk bunga tulip lima tingkat. Saat final berupa gambar angsa.
“Tulip dan swan itu latte art yang biasa dibuat. Kalau gambar dasar itu lambang love,” kata salah satu juri, Sam Yan Cik.
Kriteria lain, posisi gambar harus presisi di tengah. Kemudian garis yang dibentuk antara krimer kopi dan susu harus jelas kontrasnya. Kelembutan busa atau foam yang dihasilkan dari susu juga masuk penilaian.
Tiap peserta diberi waktu 15 menit, meliputi 5 menit persiapan berupa menakar dan menggiling kopi dan 10 menit pembuatan latte art.
Kompetisi itu bertujuan memberitahukan kepada petani bahwa kopi yang diproduksinya tak sekadar diseduh dengan cara tubruk, tapi juga bisa dibuat menjadi espresso dan latte.
Penggunaan manual brewing juga untuk mencegah gap antarpetani sekaligus edukasi bahwa siapa pun bisa membuat latte art.
Dalam Festival Kopi Merapi juga dipamerkan produk-produk kopi yang berasal dari berbagai kebun kopi di lereng Merapi. Ada yang dari Pentingsari, Ngrangkah, Turgo, dan Kaliurang. Selain itu ada sejumlah stan dari kafe-kafe kopi yang menyajikan seduhan kopi dengan bermacam alat manual. Tak lupa seribu cup kopi dibagikan gratis kepada pengunjung.
PITO AGUSTIN RUDIANA (Sleman)