Jika Tak Ditangani, Retak di Kaldera Gunung Rinjani Bisa Longsor
Reporter
Supriyantho Khafid (Kontributor)
Editor
Tulus Wijanarko
Senin, 17 September 2018 18:52 WIB
TEMPO.CO, Mataram - Keretakan yang terjadi di jalur pendakian ke puncak gunung Rinjani dinilai gawat apalagi musim hujan segera tiba. Jika keretakan yang terjadi di dinding kaldera tersebut tak segera diatasi, dikhawatirkan akan ambrol.
Hal itu disampaikan Ketua Masyarakat Geowisata Indonesia Heryadi Rachmat di Kupang, Senin, 17/9. Dia menyarankan agar retak-retak itu ditutup dengan tanah lempung. Sebab jika tak ditutup, “Air hujan yang meresap masuk akan menambah beban dinding kaldera dan (bisa) mengakibatkan tanahnya semakin mudah ambrol,” kata Heryadi yang juga inisiator Geopark Indonesia dan Staf Khusus Ikatan Ahli Geologi Indonesia ini.
Kekawatiran tersebut terjadi setelah rentetean gempa di Lombok sejak 29 Juli 2018 silam. Heryadid Rachmat menjelaskan dari aspek geologi kalau tidak ditutupi maka keretakan itu menyebakan air akan masuk.
Ia menghitung jika air hujan masuk bisa, maka setiap satu meter kubik air akan sama beratnya dengan satu ton. Heryadi menyadari untuk menutup retak dengan dengan lempung itu memang menelan biaya besar. Karena untuk mengangkut tanah harus menggunakan helikopter.
Tetapi jika tak ditutup dna air mausk, akibatnya berat massa tanah bertambah. “Jika ambruk atau longsor maka jalur pendakian akan habis.”
Hari ini, Senin 17 September 2018, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono Hardjo Puspito baru melakukan rapat untuk membahas situais terakhir Gunung Rinjani. Salah satu yang dibicarakan adalah bahwa vakumnya kegiatan pendakian berdampak pada para pelaku industri wisata, dari porter hinga pemilik akomodasi di lembah Rinjani.
SUPRIYANTO KHAFID (Mataram)