Gubernur Jenderal Bertangan Besi

Reporter

Editor

Nurdin Kalim

Senin, 25 Mei 2015 17:30 WIB

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Youtube.com

TEMPO.CO, Jakarta - Herman Willem Daendels adalah sosok kuat yang tidak ragu menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Banyak orang menjadi korban demi ambisinya, termasuk membangun Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.

Daendels lahir di kota kecil Hattem, Gelderland, Belanda, 21 Oktober 1762, sebagai anak kedelapan dari 13 bersaudara keluarga Burchard Johan Daendels dan Josina Christina Tulleken. Tempo sempat mengunjungi bekas rumah masa kecil Daendels di Hattem. Tak banyak informasi yang menyebutkan bagaimana Daendels melewati masa kecil hingga remajanya di Hattem.

Boleh dibilang, namanya dicatat warga kota ketika dia aktif dalam gerakan kelompok patriot Belanda. Ini adalah gerakan kaum muda Belanda yang sangat terpesona oleh perjuangan kelompok patriot Prancis yang menggulingkan kekuasaan Louis XVI. Gerakan kelompok itu mempengaruhi Daendels ketika dia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Harderwijk pada 1781. Dia mengikuti kuliah guru besar hukum patriot, P.A. Roscam. Ia berkenalan dengan gagasan-gagasan ketatanegaraan dan filsafat modern serta demokratisasi.

Lulus kuliah, Daendels pulang ke kota kelahirannya, Hattem, dan mulai berkecimpung di gerakan patriot lokal. Bersama kaum patriot Belanda, Daendels melakukan upaya penggulingan kekuasaan terhadap Stadhouder (kepala negara) Pangeran William Oranye V, yang anti-Revolusi Prancis. “Pada 1780-an di Belanda terjadi konflik antara pihak Oranye yang anti-Napoleon dan kelompok patriot yang kagum terhadap Revolusi Prancis dan menentang kekuasaan hierarkis,” kata Dr Nico Schulte Nordholt, guru besar Universitas Twente, Belanda, dan peneliti tentang Indonesia, kepada Tempo.

Upaya kudeta itu bisa digagalkan Pangeran William V. Daendels melarikan diri ke Dunkerque, Prancis Utara. Di sana, dia bergabung dengan Legiun Pasukan Asing Prancis (Legion Etrangere) pimpinan Napoleon Bonaparte dan adiknya, Louis Napoleon. Setelah pasukan gabungan Prancis-Belanda berhasil mendesak Pangeran William V keluar dari Belanda, Daendels kembali ke Belanda.

Tatkala Louis (Lodewijk) Napoleon menjadi Raja Belanda itulah ia mengirim Daendels ke Jawa. Daendels diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Raja Louis memberikan dua titah utama kepada Daendels: menyelamatkan Jawa dari serangan Inggris dan membenahi sistem administrasi di Jawa.

“Daendels dianggap dapat memperjuangkan kepentingan dan membela martabat Prancis di Hindia Timur,” kata Djoko Marihandono, sejarawan yang meneliti hubungan antara Prancis dan koloninya di Hindia Timur. Menurut Djoko, Daendels satu-satunya jenderal di mata Louis yang dianggap mampu mempertahankan Jawa tak dicaplok Inggris dan bisa memperbaiki sistem administrasi pemerintahan di Hindia Belanda. “Raja Louis khawatir terhadap masa depan Pulau Jawa, terutama setelah Isle de France dan Mauritius jatuh ke tangan Inggris pada 1807,” ujar Djoko. Sebelum bertolak ke Jawa, Daendels menghadap Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte di Istana Tuileries, Paris.

Pada 5 Januari 1808, Daendels selamat sampai di Jawa. Daendels, yang menggantikan Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese, segera membangun sekolah militer di Batavia dan mendirikan Benteng Lodewijk di Surabaya. Dia juga merombak administrasi pemerintahan. “Ia melakukan pengontrolan ketat atas para pejabat, dan sesungguhnya melakukan pemberantasan korupsi,” kata Djoko.

Menurut Djoko, Daendels menaikkan gaji pegawai pemerintah, tapi tak memperbolehkan mereka berdagang. Ia juga melarang semua pegawai menerima atau mengirim parsel kepada atasan. Daendels pun melarang para bupati, residen, dan pegawai menjadi agen kopi atau lada, untuk menghindari kecurangan mempermainkan bobot timbangan. Ia juga mengeluarkan peraturan larangan pembalakan liar. Kayu dari daerah disimpan di gudang pemerintah dan diberi kode-kode resmi. Barang siapa membawa kayu tanpa kode akan diberi sanksi keras.

Sejarawan asal Inggris, Peter Ramsay Carey, 67 tahun, menyebut Daendels sosok kuat yang tidak ragu menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Banyak orang menjadi korban demi ambisinya. “Dia mengeksekusi orang yang menghalangi jalannya atau mengecewakannya lewat grup tembak,” ujar Carey.

Daendels mengawali pembangunan jalan raya itu dengan memerintahkan perbaikan dan pelebaran jalan Anyer-Batavia, yang saat itu sudah ada. Sebelum jalan itu diperkeras dan dilebarkan, waktu tempuh Anyer-Batavia mencapai empat hari. Setelah jalannya diperbaiki, Anyer-Batavia bisa ditempuh hanya dalam sehari. Perbaikan jalan ini relatif mudah karena medannya datar.

Pembangunan Jalan Raya Pos Batavia-Buitenzorg (Bogor) juga tak menemui kesulitan berarti. Menurut Sobana Hardjasaputra, 71 tahun, sejarawan dari Universitas Padjadjaran, Bandung, ruas Anyer-Bogor merupakan hasil perbaikan jalan lama yang sudah ada. “Jalan Pos di ruas itu sebagian besar merupakan pelebaran jalan setapak,” katanya.

Lain halnya ketika mengerjakan ruas Buitenzorg-Karangsambung di Karesidenan Cirebon sepanjang 250 kilometer. Jalan ini terdiri atas ruas Cisarua-Cianjur-Rajamandala-Bandung-Parakanmuncang-Sumedang-Karangsambung. Jalan yang dibangun sebagian besar merupakan jalan baru, menembus hutan belantara, perbukitan berbatu cadas, dan gunung-gunung tinggi.

Di wilayah Bandung, misalnya, Jalan Pos yang dibuat warga harus menembus hutan. Pepohonan besar ditebang. Dari gambar arsip, batang-batang kayu tebangan itu diangkut oleh gajah. Menurut Sobana, saat itu diperkirakan masih ada gajah di Jawa, termasuk di Bandung dan sekitarnya. Mengacu pada petunjuk dari nama tempat, kata Sobana, ada daerah bernama Leuwigajah atau “kubangan gajah” di Cimahi. “Lalu Palimanan di Cirebon. Liman kan artinya gajah,” ujarnya.

Setelah pembangunan sampai ke Karangsambung, Residen Cirebon mengajukan permohonan agar pekerjaan diteruskan melewati karesidenannya. Demikian pula Residen Pekalongan. Jalan Raya Pos semakin panjang, menyusuri pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, hingga berakhir di Panarukan. Korban pun terus berjatuhan. “Makanya Daendels dikenal sebagai ‘Mas Galak’. Selama pembangunan Jalan Pos, tak segan dia membentak pekerja. Ia marsekal besi,” kata Sobana.

Jalanan itu sendiri kemudian termasuk yang terbaik dan terpanjang di dunia pada masanya. “Sama dengan jalan raya Amsterdam-Paris,” tulis Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.

TIM TEMPO

Berita terkait

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.

Baca Selengkapnya

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.

Baca Selengkapnya

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.

Baca Selengkapnya

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.

Baca Selengkapnya

Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.

Baca Selengkapnya

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.

Baca Selengkapnya

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai

Baca Selengkapnya

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.

Baca Selengkapnya

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.

Baca Selengkapnya