Kereta wisata dengan gerbong kayu menampung 120 penumpang di Museum Kereta Ambarawa, Semarang, Jateng, 28 Desember 2014. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Semarang - Kereta wisata Ambarawa-Tuntang di Kabupaten Semarang kewalahan melayani masyarakat yang ingin menggunakan layanan kereta itu. PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasioal IV itu mengakui tak mampu mengangkut sejumlah calon penumpang yang telah menunggu keberangkatan selama operasional musim liburan Natal dan tahun baru 2015.
“Padahal kami telah menambah operasional hingga empat kali perjalanan per hari,” kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operaisonal IV, Suprapto, Ahad 4 Januari 2015.
PT KAI membuka tiga kali layanan per hari untuk kereta wisata. Namun sejak dibuka pada 28 Desember 2014, animo masyarakat yang ingin menikmati layanan gerbong kereta dari kayu jati era kolonial itu tinggi.
Menurut Suprapto, PT KAI pun menambah lagi operasional layanan hingga pukul 15.00 WIB. Akan tetapi, setiap kali berangkat kereta wisata berkapasitas 150 kursi selalu penuh. Akibatnya, sejumlah calon penumpang tak terangkut.
Suprapto mengatakan banyak pengunjung yang tak terlayani karena proses pembelian tiket dilakukan secara lansung. Sedangkan para wisatawan yang hendak menikmati kereta wisata lewat jalur perkampungan dan perkebunan itu harus melanjutkan perjalanan ke daerah lain.
PT KAI Daop IV Semarang sengaja membuka layanan kereta wisata reguler dari Stasiun Ambarawa menuju Stasiun Tuntang sejak Ahad 28 Desember 2014 hingga 5 Januari 2015. Layanan kereta wisata itu sengaja untuk menyambut liburan Natal 2014 dan tahun baru 2015.
Layanan kereta dengan tarif per orang Rp 50 ribu dengan jarak tempuh 7 kilo meter itu dinilai murah karena sebelumnya layanan kereta itu dilakukan sistem sewa dengan biaya per kelompok hingga Rp 3,5 juta.
Nur Sholichin, seorang penumpang kereta wisata asal Salatiga, terpaksa mendatangi loket tiket kereta wisata di stasiun Ambarawa pada pukul 07.00 WIB. Ia yang membawa empat orang anggota keluarganya sebelumnya tak kebagian tiket.
“Sebelumnya datang jam 2 siang, tapi keburu habis, akhirnya balik. Sekarang berangkat lagi lebih awal agar anak-anak bisa menikmati kereta tua jam 9 pagi,” katanya.