Oleh-oleh Serba Pedas dari Bandung

Reporter

Editor

Kamis, 15 Desember 2011 05:41 WIB

Suasana Toko Serba Lada (Toserda) di Jalan Pajajaran, Bandung. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO Interaktif, :Bagi kebanyakan orang Indonesia, rasanya tak puas makan tanpa rasa pedas. Sebuah toko di Bandung mengumpulkan berbagai sambal dan bumbu rasa pedas lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagian dikirim untuk pesanan mahasiswa atau keluarga Indonesia di luar negeri.

Puluhan botol sambal berjejer di rak. Jenisnya mulai dari yang kering sampai basah berminyak. Ada sambal Makasar, rujak, petis, sambal bajak, sambal ikan peda, sambal oncom, dan kecap.

Sambal yang agak ekslusif pun tersedia. Misalnya olahan rumah makan Bu Rudy di Surabaya, dan sambal dari restoran Eastern di Bandung. “Sebelumnya banyak pembelinya yang minta bungkusin sambal pas pulang, jadi sekarang mereka jual terpisah,” kata Willy Hono, 28 tahun, pemilik Toko Serba Lada.

Masuk ke Toko Serba Lada (Toserda) di Jalan Pajajaran Nomor 4, Bandung, yang dibuka setahun lalu itu serasa masuk ke tempat kolektor aneka makanan serba pedas. Lada adalah kata lain pedas dalam bahasa Sunda. Sarjana Matematika dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu sendiri mengaku tak begitu suka makanan pedas. “Saya suka cari dan cicipi untuk jualan di toko,” ujarnya.

Sekarang ada 120 merek dan jenis makanan pedas di toko bekas gudang berukuran 5 x 6 meter itu. Mulai dari permen jahe pedas, coklat pedas, minuman teh pedas, cabai bawang kering, abon pedas, jagung, kacang, dan tongkol super pedas. Adapula beberapa makanan impor seperti aneka mie.

Di deretan rak bumbu ada lada dan merica, dan yang terbanyak kudapan pedas, seperti baso goreng, batagor, seblak, gurilem, kentang, ketela, singkong, pangsit, makaroni, dan kerupuk yang merah merona bertabur bubuk cabai. Harga seluruh jenis makanan dan bumbu pedas itu dibawah Rp 30 ribu.

Umumnya, kata Willy, koleksinya hasil olahan rumah tangga yang tidak ada di toko, dan sebagian belum berizin dari badan kesehatan. “Urus izin itu kan lama dan butuh biaya, sedangkan mereka industri rumah tangga dan baru berjualan, kita maklum saja,” katanya.

Walau begitu, kualitas kontrol tetap dijaga ketat. Misalnya dari kemasan, rasa, dan harga. Ia mengaku selalu mencicipi semua makanan yang dijual di tokonya bersama istri, karyawan, dan beberapa rekan. Setelah dinilai layak, Willy menjualnya langsung juga lewat toko online yang buka 24 jam. “Omzet per bulan berkisar Rp 40-50 juta,” katanya.

Pembeli bumbu dan lauk pedas umumnya ibu-ibu. Sedangkan pelajar dan mahasiswa biasa mencari kudapan pedas. Sebagian dikirim ke berbagai kota di Indonesia, juga Belanda. “Suka ada ibu-ibu yang cari untuk bekal anaknya di Australia dan Singapura,” ujarnya. Willy berencana terus menambah koleksi makanan pedas di tokonya, terutama dari seluruh Indonesia.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Pemicu Efek Lipstik Menurut Psikolog, saat Orang Belanja Barang Mewah meski Tak Punya Uang

9 jam lalu

Pemicu Efek Lipstik Menurut Psikolog, saat Orang Belanja Barang Mewah meski Tak Punya Uang

Keputusan belanja barang mewah kecil dalam kondisi sulit antara lain dipengaruhi konten pemengaruh yang memperlihatkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Belanja di Supermarket Lokal bakal Jadi Tren Traveling Gen Z 2025

13 hari lalu

Belanja di Supermarket Lokal bakal Jadi Tren Traveling Gen Z 2025

Dalam laporan Expedia untuk 2025, wisatawan Gen Z senang mencari produk dan makanan unik dari toko-toko lokal saat traveling ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Cara Menghindari Belanja Berlebihan sebagai Pelampiasan

13 hari lalu

Cara Menghindari Belanja Berlebihan sebagai Pelampiasan

Doom spending atau kebiasaan belanja berlebihan sebagai respons terhadap stres.

Baca Selengkapnya

5 Kiat Mengurangi Ketagihan Belanja Online

14 hari lalu

5 Kiat Mengurangi Ketagihan Belanja Online

Bagaimana kiat mengendalikan diri agar tak ketagihan belanja online yang berlebihan?

Baca Selengkapnya

10 Pusat Perbelanjaan Terbaik di Kuala Lumpur yang Wajib Dikunjungi

15 hari lalu

10 Pusat Perbelanjaan Terbaik di Kuala Lumpur yang Wajib Dikunjungi

Kuala Lumpur menawarkan beragam pusat perbelanjaan mewah seperti The Starhill, Pavilion, dan KLCC. Wisatawan dapat menikmati belanja, hiburan, hingga kuliner di destinasi modern ini.

Baca Selengkapnya

Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

21 hari lalu

Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

Psikolog menjelaskan orang yang melakukan doom spending biasanya sedang stres, cemas, bosan, atau kesepian dan jika tidak disadari sangat berbahaya.

Baca Selengkapnya

Destinasi Kuliner dan Belanja di Causeway Bay Hong Kong

22 hari lalu

Destinasi Kuliner dan Belanja di Causeway Bay Hong Kong

Di Causeway Bay, wisatawan dapat menikmati beragam kuliner global dan menyusuri beragam gerai mewah dan lokal.

Baca Selengkapnya

Menperin: Realisasi Belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda untuk Produk Dalam Negeri Baru 41,7 Persen

23 hari lalu

Menperin: Realisasi Belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda untuk Produk Dalam Negeri Baru 41,7 Persen

Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut realisasi belanja kementerian/lembaga dan Pemda untuk produk dalam negeri tahun ini masih rendah.

Baca Selengkapnya

Jual Paket Wisata Murah di Korea Selatan, Banyak Pemandu Paksa Turis Belanja

29 hari lalu

Jual Paket Wisata Murah di Korea Selatan, Banyak Pemandu Paksa Turis Belanja

Sebagian besar paket wisata memprioritaskan belanja, sehingga wisatawan tidak punya banyak waktu untuk merasakan budaya Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

29 hari lalu

Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

Masyarakat lakukan doom spending untuk menghadapi stres, kecemasan, atau kekhawatiran banyak dilakukan Gen Z dan milenial.

Baca Selengkapnya