Nikmatnya Kopi Koteka, Menyambut Pagi dari Timur

Jumat, 4 Mei 2018 07:00 WIB

Ilustrasikopi. fadquip.com

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Kopi dan Koteka sudah tak asing lagi di telinga kita. Yang satu berupa minuman, satu lagi pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki penduduk asli Papua. Kalau keduanya jadi satu dan terhidang dalam secangkir kopi, kira-kira seperti apa rasanya?

Baca juga:
33 Barista Ikut Lomba Meracik Kopi di Monumen Jam Gadang
Apa Istimewanya Kopi Hitam Pahit? Intip Jawaban Hamish Daud

Di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan, saya mencicipi secangkir V60 Arabica Papua, pada Kamis 3 Mei 2018. Tepat saat hujan turun, hawa dingin memeluk seketika membikin kopi yang hangat sampai cangkirnya berkeringat seolah meminta segera direguk.

Saya menyingkirkan dripper sebelum menyeruput kopi pekat tersebut. Namun, lebih dulu, ampas kopi di dalam dripper saya dekatkan ke penciuman. Hmmm, aroma asamnya kental mencekat di pangkal hidung. Para pesohor kopi akan menyebut kopi ini memiliki acidity atau tingkat keasaman yang tinggi. Memang beginilah karakter kopi Papua: tegas mulai dari aromanya.

Mencoba menyeruput perlahan menikmati setiap regukan. Kopi itu memenuhi seluruh bagian mulut dan seketika saya dapat mengecap dengan baik rasanya. Ada sensasi citrus yang tertinggal. "Asamnya dekat dengan rasa berry, jeruk, dan peach. Makin tinggi asamnya, penilaiannya makin baik," tutur roaster Curious People Coffee, Hideo Gunawan. Dia menjadi salah satu informan yang akan bercerita tentang serba-serbi kopi Arabica Papua, khususnya yang berasal dari Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Penyajian Kopi Koteka khas Oksibil Papua ala V60 di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan. TEMPO | Francisca Christy Rosana

Advertising
Advertising

Kopi khas Pegunungan Bintang ini diberi nama Kopi Koteka. Terdengar unik namanya karena kopi itu dikemas dalam wadah serupa koteka asli. Bupati Oksibil Costan Oktemka, yang turut mendampingi Hideo, mengatakan Kopi Koteka merupakan kopi asli produksi masyarakat Pegunungan Bintang. "Kami ingin mengenalkan pariwisata Oksibil melalui kopi," ujar Bupati Costan.

Kopi Koteka berjenis Arabica tumbuh di ketinggian lebih dari 1.900 mdpl. Makin tinggi lahan penanaman, menurut Hideo, kian berkualitas pula rasanya. Inilah yang membuat Kopi Koteka menjadi spesial dibandingkan kopi-kopi Arabica Indonesia lainnya yang rata-rata ditanam di ketinggian 1.500 mdpl.

Di ketinggian tersebut, hawa dingin dengan suhu rata-rata 18-23 derajat membuat biji kopi matang lebih sempurna. "Suhu ini ideal untuk penanaman kopi," kata Hideo. Proses pematangan menjadi lebih lama karena faktor suhu. Akibatnya, zat gizi akan menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam. Namun seperti inilah ciri khas kopi yang berkualitas.

Kemasan Kopi Koteka khas Oksibil di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan. TEMPO | Francisca Christy Rosana

Kopi-kopi Koteka ditanam di lima distrik di Oksibil. Masing-masing keluarga menanam dan memiliki setidaknya 1.000 pohon dengan hasil produksi berkisar 600 kilogram setahun. Kopi akan didistribusikan ke berbagai wilayah di Papua, seperti Jayapura, pasca-panen raya sepanjang tahun.

Meski baru didistribusikan sampai Jayapura, Kopi Koteka diklaim telah dikenal hingga mancanegara karena pernah dipromosikan ke Eropa dan Australia. Promosi tersebut gencar dilakukan mulai 2016. Untuk mempopulerkannya pun pemerintah menggelontorkan bantuan ke 20 koperasi di sana. Masing-masing koperasi menerima dana Rp 100 juta untuk pengembangan kopi. Bantuan ini dilakukan pemerintah guna mendukung masyarakat memaksimalkan produksi biji kopi, baik biji kering maupun basah.

Hingga bisa dinikmati di atas meja, Kopi Koteka berjenis Arabica di Oksibil memiliki sejarah panjang. Konon, kopi itu tak serta-merta tumbuh di sana. Menurut cerita Bupati Oksibil, kopi tersebut dibawa misionaris asal Belanda masuk ke Papua pada 1970. Dan sejak dipanen pertama kali hingga kini, kopi masih diproses dengan cara manual. "Mulai cara mereka menguliti hingga me-roasting, semua masih tenaga manusia," kata Hideo, yang melakukan penelitian terhadap kopi tersebut pada Februari lalu.

Meski diproses dengan tangan manusia, penduduk setempat telah memiliki insting untuk memperlakukan biji-biji kopi dengan tepat. Misalnya memastikan biji benar-benar merah saat dipetik. Inilah yang membuat Kopi Koteka terjaga kualitasnya.

Berita terkait

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

18 jam lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

1 hari lalu

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

Boyamin Saiman menyambangi KPK hari ini untuk menyampaikan surat permohonan bantuan kepada Nurul Ghufron. Satire minta dibantu mutasi PNS.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

2 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

5 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

5 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

7 hari lalu

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

Kemenko Polhukam sebelumnya menggelar rapat koordinasi untuk membahas situasi terkini di Papua yang juga dihadiri oleh Panglima TNI.

Baca Selengkapnya

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

7 hari lalu

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

Kemenko Polhukam belum bisa memastikan apakah penyebutan OPM seperti yang dilakukan TNI akan dijadikan keputusan negara.

Baca Selengkapnya

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

7 hari lalu

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.

Baca Selengkapnya

Koops Habema Tembak 2 Anggota TPNPB yang Serang Pos TNI di Nduga Papua

7 hari lalu

Koops Habema Tembak 2 Anggota TPNPB yang Serang Pos TNI di Nduga Papua

Koops Habema TNI menembak dua anggota TPNPB di Papua Pegunungan

Baca Selengkapnya

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

7 hari lalu

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

Polda Papua belum mampu menangkap pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Dua Oktovianus Buara.

Baca Selengkapnya