TEMPO.CO, Jakarta - ASEAN Literary Festival (ALF) akan diadakan untuk keempat kalinya pada 3-6 Agustus 2017. Kompleks Kota Tua Jakarta akan menjadi tuan rumah festival sastra dan budaya tersebut.
Perhelatan tahun ini akan menjadi sangat istimewa karena sekaligus diadakan untuk merayakan 50 tahun berdirinya asosiasi bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan nama ASEAN. Selain diikuti oleh penulis, intelektual, seniman, dan akademikus dari 10 negara anggota ASEAN, festival akan diikuti peserta dari lebih dari 20 negara di Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia.
Salah satu pendiri sekaligus Direktur Program ASEAN Literary Festival, Okky Madasari, mengatakan, ALF, yang tahun ini mengambil tema “Beyond Imagination”, telah berperan selama tiga tahun ini menjadikan budaya dan sastra sebagai unsur penting keberlangsungan ASEAN. “Apalagi telah mendeklarasikan diri menjadi komunitas,” katanya lewat pernyataan tertulis, Rabu, 7 Juni 2017.
Mantan Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, bersama Direktur Program ALF Okky Madasari dalam ALF 2016. Antara.
”Menjadi komunitas berarti mengenal budaya masing-masing, termasuk keakraban terhadap produk-produk sastra dan buku dari tiap negara anggota,” kata Okky. “Inilah peran penting ALF. Hanya budaya dan sastra yang dapat secara genuine mengikat kita. Bersandar hanya pada ekonomi dan politik cuma menjadikan slogan komunitas ASEAN sekadar retorika dan ilusi.”
Perayaan 50 tahun ASEAN ini, bagi Okky, merupakan refleksi pencapaian pembentukan komunitas budaya dan sastra kawasan. Sekaligus, kata dia, akan menjadi tantangan 50 tahun ke depan. “Budaya dan sastra menjadi konten penting dalam era digital dan media sosial sekarang ini,” tuturnya.
Okky juga menekankan peran penting festival memperkenalkan pencapaian dan produk sastra penulis-penulis ASEAN ke tingkat global.
Perayaan ALF 2017 kali ini didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri. Tiap tahun, sebelum festival sebagai puncak perayaan digelar, ALF selalu mengadakan acara prafestival, antara lain Sastra Masuk Kampung, residensi, dan satu tambahan program baru: Jambore Nasional Sastra.
ALF tahun ini menghadirkan belasan sesi diskusi sebagai bagian utama festival. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ALF selalu konsisten mengusung tema yang menjadi permasalahan penting masyarakat meskipun mendapatkan tantangan besar.
Tahun ini, kebebasan berekspresi menjadi isu utama selain meningkatnya radikalisme dan terorisme serta peran media sosial yang semakin sentral dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.
Selain acara-acara tersebut, ALF akan diramaikan oleh pertunjukan seni, demo kuliner, dan pameran buku.
ANTARA