TEMPO.CO, Selangor - Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir berkali kali memuji pemandangan kota wisata terpadu Sunway Lagoon, Malaysia. “Impressive, saya tidak menyangka ini bekas waste land,” kata Boy, sapaan Garibaldi awal Mei 2017 di Selangor, Malaysia.
Boy tidak terlihat letih ketika diajak berjalan menyusuri jalan layang untuk pejalan kaki yang menghubungkan berbagai gedung di kawasan Sunway City. “Tidak terlihat daerah ini dulu bekas kawasan pertambangan timah,” kata Boy.
Sunway City memang tidak terlihat sama sekali sebagai daerah yang pernah menjadi kawasan bekas tambang timah. Daerah yang dapat ditempuh selama 20 menit dari Kuala Lumpur ini adalah kota terintegrasi di bawah naungan Sunway Group. “Pembangunan ini berawal dari mimpi pendiri kami 43 tahun lalu,” kata Presiden Sunway Dato’ Chew Chee Kin di Menara Sunway.
Dari puncak gedung Menara Sunway terlihat ada sebuah wahana air, salah satu wahana Taman Bermain Sunway Lagoon, yang dikelilingi gedung gedung tinggi. Wahana air itulah salah satu lubang bekas tambang timah yang sudah tidak diproduksi lagi. Menurut Senior General manager Group Brand Marketing dan Communications Jane Poh, timnya mengubah lubang bekas tambang terbuka itu menjadi wahana bermain karena daerah mereka daerah tropis. “Jadi air menjadi daya tarik penting bagi masyarakat di daerah ini,” katanya. Hasilnya, taman bermain itu menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Sunway City sendiri rata-rata didatangi sebanyak 42 juta orang pertahun.
Sekeliling kolam dan taman bermain itu berisi gedung gedung yang saling terhubung oleh jalan layang untuk pejalan kaki. Tempo ikut menyusuri jalan setapak yang menghubungkan daerah seluas 800 hektar itu.
Dari Menara Sunway, Tempo melewati sebuah hotel berbintang lima yang memiliki 468 kamar, Sunway Resort Hotel & Spa. Di hotel ini, lobi atau pintu masuk yang sejajar dengan jalan raya berada di lantai 10. Hal ini karena hotel yang dibangun itu dekat dengan kawasan lubang bekas tambang. Pemandangan bagian belakang hotel itu akan memperlihatkan wahana air yang juga lubang utama bekas tambang itu. Dari pintu belakang, jalanan akan sejajar dengan kawasan taman bermain.
Ada jalan yang saling menghubungkan gedung-gedung yang berada di kawasan Sunway City. Dari Sunway Resort Hotel & Spa, Tempo diarahkan ke jalan penghubung menuju tempat perbelanjaan yang penuh pengunjung Sunway Pyramid Shopping Mall.
Setelah berkeliling di tempat perbelanjaan itu, Tempo mengunjungi Sunway University. Selama perjalanan menuju Sunway University melewati jalan layang penghubung, para pejalan kaki dapat menikmati pemandangan taman bemain yang berada di bawah jembatan penghubung itu. Ada kawasan arena bermain kapal besar yang diayun-ayun, mirip wahana bermain di Ancol, kora-kora. Terlihat pula kawasan wahana rumah hantu bernama ‘The Lost City of Gold, Scream Coast’ yang didekor dengan dominan warna hitam. Selain pemandangan, para pejalan kaki juga diberi semangat untuk terus melangkah dengan tulisan yang tertera di langit langit jembatan penghubung. Salah satu tulisannya adalah ‘Let’s Break Some Sweat Walk Your Fats Off’.
Memasuki kawasan Sunway University, pemandangan yang langsung terlihat adalah ratusan pelajar yang sedang sibuk dengan laptop mereka. Ada pula mahasiswa yang terlihat berdiskusi dengan teman-temannya atau santai membaca buku. “Mahasiswa kami datang dari berbagai negara. Jumlah siswa asing terbanyak datang dari Indonesia,” kata Direktur Kantor Internasional dan Proyek Spesial Sunway University Lim Shui Chin di sela presentasinya.
Perjalanan belum berakhir. Setelah mendapatkan penjelasan tentang Sunway University, Tempo melanjutkan perjalanan ke Monash University yang juga berada di kawasan Sunway. Perjalanan itu masih menggunakan jalan penghubung yang beratap, sehingga para pejalan kaki akan terlindungi dari teriknya matahari.
Dari Monash University, Tempo melanjutkan perjalanan ke Sunway Medical Centre. Perjalanan kali ini menggunakan Bus Rapid Transit-System (BRT). Perjalanan hanya berjarak satu halte untuk tiba di rumah sakit itu. Setelah melakukan tur keliling rumah sakit, Tempo dan rombongan pun kembali menggunakan BRT dan berhenti di halte Sunway Lagoon untuk kembali ke Sunway Resort Hotel & Spa yang pintu masuknya berdekatan.
Kepala Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Lana Saria, mengatakan pembangunan lahan pasca tambang seperti yang terjadi di Sunway City, bisa juga dilakukan di Indonesia. Menurut Lana, pembangunan itu harus tercantum dalam rencana pasca tambang perusahaan. “Syarat lain, pembangunan kawasan pasca tambang bisa dilakukan dengan persetujuan oleh perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat,” kata Jumat 19 Mei di Gedung Tempo.
MITRA TARIGAN