TEMPO.CO, Kupang - Majelis Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Kota Kupang mendorong agar ritual keagamaan prosesi kisah sengsara Kristus menyongsong Hari Raya Paskah menjadi ikon wisata religi di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu. "Seperti halnya Prosesi Paskah umat Katolik di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur," kata Ketua Pengurus Pemuda Sinode GMIT David D Natun kepada wartawan di Kupang, Selasa, 11/4.
Ia mengatakan, prosesi Paskah pemuda GMIT di daerah itu telah diadakan selama 20 tahun sebagai bentuk pembaharuan iman umat Kristen Protestan setempat mengenang kisah sengsara Kristus.
Awalnya, konsep prosesi Paskah yang dilakukan menyerupai pawai (1994-2000) yang melibatkan umat untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Namun, setelah tahun 2000-an konsep tersebut berubah, menjadi pementasan di atas mobil dan perarakan dengan memadukan sisi tradisi seni dengan gereja.
"Konsep sekarang ini masih mengadopsi pertunjukkan abad pertengahan, jadi ada aktor dan aktris yang melakoni perannya dalam prosesi," kata David.
David mengatakan, pemuda GMIT terus melakukan pembenahan konsep prosesi agar menarik untuk disaksikan. Meski demikian mereka tidak mengabaikan pesan utama prosesi keagamaaan itu.
David mengatakan prosesi itu telah melibatkan banyak kalangan masyarakat sehingga ikut menggerakan ekonomi. Untuk itulah, pemuda GMIT mendorong agar dijadikan sebagai ikon wisata religi Kota Kupang.
"Kalau jadi ikon wisata religi akan menarik animo masyarakat berbagai daerah, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat kita," katanya.
David mengaku, sudah mengkomunikasikan dengan Dinas Pariwisata, namun masih ada kendala teknis sehinga hal itu belum terwujud. Misal, karena acaranya hanya sehari sehingga sulit dijadikan ikon. “Kecuali ada paketan kegiatan (lain) selama bebera hari."
Dalam peringatan Paskah tahun ini, pemuda GMIT juga melakukan beberapa kegiatan seperti pemutaran film rohani, diakonia pembangunan bagi jemaat, workshop, hingga donor darah yang bekerja sama dengan PMI setempat.
ANTARA