TEMPO.CO, Jakarta - 11 warga Palestina, peserta pelatihan internasional tentang pariwisata dan kepurbakalaan, mengunjungi situs manusia purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Kamis, 23/03. Di sana mereka mempelajari manajemen pengelolaan dan pengembangan situs kepurbakalaan di Indonesia.
Ke-11 warga Palestina itu bekerja di bidang pariwisata dan arkeologi di negaranya.
Baca:Balai Situs Manusia Purba Sangiran Buat Replika Paus ...
"Kami berharap dapat mengembangkan kerja sama dengan Indonesia di bidang pariwisata dan kepurbakalaan. Kami bertukar pengalaman melalui program pengembangan kapasitas dari Indonesia" kata Hussein T. Madina, salah seorang peserta pelatihan.
Hussein yang bekerja pada Komisi UNESCO untuk Palestina mengatakan pemerintah dan masyarakat negeranya ingin mengembangkan pariwisata religi dan purbakala. Caranya adalah dengan memanfaatkan situs-situs arkeologi warisan sejarah yang terdapat di wilayah Palestina. "Kami membutuhkan banyak kerja sama untuk mengelola situs-situs bersejarah kami, seperti di wilayah Tepi Barat saja ada ratusan situs arkeologi," ujar dia. Tempat lainnya adalah tembok Yerikho yang merupakan situs warisan dunia.
Baca: Sangiran Sediakan Rp 60 Juta untuk Imbalan Penemu Fosil
Pada kunjungan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran itu, para peserta menyaksikan pemutaran film dokumenter tentang pembentukan situs purbakala Sangiran. Mereka juga mempelajari cara mengelola situs purbakala terkait untuk pengembangan pariwisata edukatif.
Mereka juga mempelajari cara penggalian artefak, invetarisasi, pengelolaan artefak untuk pariwisata dan edukasi yang menarik.
UNESCO menetapkan situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. 593 pada 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Pengakuan dari UNESCO itu membuktikan bahwa kekayaan potensi Sangiran bagi ilmu pengetahuan sudah diakui dunia.
ANTARA