Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampung Naga, Kembalikan Anda ke Peradaban Lampau

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Suasana Kampung Naga. Tempo/Aditya Herlambang Putra
Suasana Kampung Naga. Tempo/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berada di Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, ibarat kembali ke peradaban berpuluh-puluh tahun lalu, ketika tidak ada penerangan listrik dan alat-alat elekronik modern lainnya.

Pada malam hari, suasana pun sunyi senyap dan gulita. Alat penerangan yang menjadi andalan hanyalah lampu petromaks dan lampu-lampu kecil berbahan bakar minyak tanah.

Saat matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur, ayam terdengar berkokok bersahut-sahutan di antara rumah penduduk. Satu persatu warga desa terlihat keluar rumah dan berjalan santai menuju musala untuk menunaikan ibadah salat subuh.

Dari salah satu rumah penduduk yang menggunakan konsep rumah panggung yang tidak terlalu tinggi, tampak asap berwarna putih mengepul dari dapur, pertanda dimulainya aktivitas sehari-hari.

Ketika hari sudah agak siang, kaum pria tampak membawa cangkul untuk mengawali aktivitas mereka sehari-hari sebagai petani, sementara anak-anak dan kaum ibu lebih banyak melakukan pekerjaan domestik di rumah.

Dari kejauhan, perkampungan penduduk terlihat berderet rapi dengan bentuk dan ukuran hampir sama. Atap ijuk berwarna hitam atau rumbia, dinding putih dari bambu atau serat rotan yang dianyam seperti tikar.

Di depan perkampungan tersebut, terdapat beberapa kolam ikan yang di masing-masing sudutnya dilengkapi jamban yang dibatasi dinding dari anyaman bambu.

Seperti yang terlihat pada Rabu (13 Juli 2016), yaitu H+5 Lebaran 2016, suasana damai tenang di Kampung Naga sangat kontras dengan kondisi di jalan raya antara Tasikmalaya dan Garut yang macet total ketika para pemudik kembali dari kampung halaman masing-masing.

Padahal jarak antara Kampung Naga dengan jalan raya tersebut tidak lebih dari satu kilometer dan hanya dipisahkan oleh bukit dan sungai. Beberapa kali terdengar bunyi klakson dari mobil yang pengemudinya stress akibat terjebak kemacetan panjang, imbas dari penyempitan jalan di jalur Nagreg.

Kampung Naga, merupakan sebuah perkampungan adat yang masih tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang modern. Dalam kehidupannya keseharian mereka masih tetap menjalankan cara-cara seperti leluhur mereka sebelumnya.

Lokasi kampung berada di lembah yang subur itu dibatasi oleh dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Kali Wulan (Ciwulan) dengan air yang bersumber dari Gunung Cikurai di Garut.

Dengan luas hanya 1,5 hektar, kampung tersebut hanya dihuni 302 orang atau 101 kepala keluarga dan jumlah tersebut hanyalah sepuluh persen dari total keturunan Kampung Naga.

Darmawan, 52 tahun, salah seorang penduduk yang ditemui, mengatakan bahwa menurut pemangku adat, luas 1,5 hektar tersebut tidak boleh ditambah, sehingga jika terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk, sebagian dari warga harus keluar dari kampung.

"Saya termasuk di antara penduduk Kampung Naga yang harus keluar setelah berkeluarga dan punya tiga anak. Dengan demikian, jumlah penduduk kampung ini akan tetap terjaga seperti sekarang," kata Darmawan yang membangun rumah hanya sekitar 200 meter dari lokasi kampung tersebut.

Meski berusaha untuk menjaga adat istiadat peninggalan leluhur, ada satu hal yang tidak bisa dibendung, yaitu kemajuan teknologi informasi, dalam hal ini penggunaan telepon genggam berbasis android, terutama di kalangan remaja.

"Anak usia SMP dan SMA yang bersekolah di luar kampung dan mereka juga punya handphone. Tapi kami bisa tolerir jika digunakan untuk hal-hal positif karena menyangkut informasi yang penting untuk pendidikan mereka," kata Darmawan yang juga memiliki seorang anak usia SMP dan memiliki telepon genggam.

Selama musim liburan Lebaran, Kampung Naga menjadi pilihan bagi pemudik untuk menyegarkan kembali kondisi tubuh setelah berjam-jam tersandera oleh macet total, terutama bagi mereka yang kembali ke arah Bandung dan Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski hanya untuk sesaat, setidaknya pemudik atau wisatawan akan merasakan sensasi berada di sebuah kampung yang begitu tenang dan damai, jauh dari hingar bingar kebisingan kota dan lalu lintas yang membuat emosi cepat naik.

Keberadaan Kampung Naga sangat mudah dicapai karena terletak hanya beberapa ratus meter dari jalan raya antara Tasikmalaya dan Garut, sekitar dua kilometer dari SPBU Kecamatan Salawu.

Sebuah pintu gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Kampung Naga" akan segera menyambut pengunjung saat memasuki area parkir yang cukup luas. Di sekitar tempat parkir tersebut akan dijumpai toko-toko yang menyediakan berbagai cendera mata khas Kampung Naga, salah satunya yang menjadi favorit pengunjung adalah alat musik tradisional angklung.

Untuk mencapai Kampung Naga, pengunjung harus menuruni ratusan anak tangga dengan kemiringan sekitar 45 derajat dan jarak sekitar 500 meter, menyusuri jalan kecil pinggir Sungai Ciwulan.

Dari ketinggian di belokan anak tangga itulah, terlihat atap ijuk abu kehitaman rumah-rumah penduduk Kampung Naga yang sangat kontras dengan sekelilingnya yang tampak hijau dan subur, membuat pengunjung untuk sementara lupa bahwa mereka baru saja mengalami kemacetan yang membuat stress.

Yadi, 45 tahun, warga Kampung Naga lainnya menegaskan bahwa sesuai dengan aturan adat dan tradisi yang turun temurun, siapa pun harus patuh, termasuk dalam membangun rumah yang dibangun menghadap utara dan selatan sehingga satu dengan yang lain saling berhadap-hadapan serta saling membelakangi terhadap barisan rumah berikutnya.

Dengan demikian, setiap rumah tidak memiliki pintu belakang karena menurut kepercayaan, rezeki yang masuk dari pintu depan akan kembali keluar melalui pintu belakang. Akibatnya, deretan rumah di kampung tersebut terlihat seperti lorong layaknya pertokoan.

Hal unik lainnya, setiap rumah tangga tidak mempunyai perobatan seperti kursi, meja, tempat tidur dan perobatan lainnya. Yang ada hanyalah peralatan memasak yang menggunakan kayu bakar.

Keunikan itulah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung, tidak hanya domestik, tapi juga manca negara.

"We enjoyed visiting your beautiful village and its very nice to see how they live here," (Kami menikmati kunjungan ke kampung Anda yang indah, dan sangat menyenangkan melihat bagimana mereka hidup di sini) tulis Angela Benedict, turis asing dari Cologne dalam buku tamu yang disediakan di balai-balai Kampung Naga.

Meski Kampung Naga tersebut sudah dikenal sebagai salah tempat yang menarik untuk dikunjungi, warga desa tersebut menurut penuturan Darmawan dan Yadi, menolak jika desa mereka dijadikan tempat wisata.

"Kalau dijadikan tempat wisata, berarti kami akan dijadikan tontonan, yang kami inginkan adalah sebagai tuntunan," kata Darmawan.

Karena menganggap desa mereka tersebut bukan tempat wisata, maka setiap pengunjung yang datang adalah tamu dan tidak akan dipungut bayaran di pintu masuk desa itu.

Namun demikian, pengunjung masih tetap bisa berkontribusi terhadap warga desa dengan membeli cendera mata yang disediakan, berbelanja di warung-warung penduduk, atau membayar jasa pemandu.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prediksi Cuaca Lokasi Wisata Jawa Barat Hari Ini, Potensi Hujan Petir di Bogor

27 Desember 2023

Pengunjung memberi makan jerapah di Bandung Zoo, Bandung, Jawa Barat, Senin, 19 Juni 2023. Bandung Zoo mengajukan Kasasi ke Mahkaman Agung, dan tetap mengklaim lahan kebun binatang yang juga berfungsi sebagai hutan kota seluas 13,9 hektare tersebut. TEMPO/Prima Mulia
Prediksi Cuaca Lokasi Wisata Jawa Barat Hari Ini, Potensi Hujan Petir di Bogor

Ketahui prediksi cuaca di tempat wisata Bandung, Bogor, sampai Sukabumi hari ini.


Prakiraan Cuaca Hari ini di Berbagai Tempat Wisata di Jawa Barat

22 Desember 2023

Pantai Karapyak Pangandaran (portal.pangandarankab.go.id)
Prakiraan Cuaca Hari ini di Berbagai Tempat Wisata di Jawa Barat

Di Bandung, cuaca pagi hari dalam kondisi cerah. Namun mulai siang hingga malam Bandung berpotensi hujan.


3 Potensi Wisata Cirebon Raya yang akan Dikembangkan

7 Mei 2023

Gua Sunyaragi Cirebon. pariwisataindonesia.id
3 Potensi Wisata Cirebon Raya yang akan Dikembangkan

Berdasarkan catatan, pada libur Lebaran lalu, jumlah wisatawan di Cirebon Raya meningkat sekitar 50 persen sampai 110 persen.


Wisatawan ke Jawa Barat Tak Hanya Padati Bandung dan Bogor Raya, tapi juga Cirebon

26 April 2023

Gua Sunyaragi Cirebon. pariwisataindonesia.id
Wisatawan ke Jawa Barat Tak Hanya Padati Bandung dan Bogor Raya, tapi juga Cirebon

Animo wisatawan pada tahun ini memang cenderung meningkat dari tahun sebelumnya.


6 Destinasi Wisata di Jawa Barat ini Diprediksi Akan Dipadati Pengunjung pada Libur Lebaran

20 April 2023

Pengunjung menikmati suasana pemandian air panas di Sari Ater Resort, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu,25 November 2020. Pemerintah Jawa Barat bersama PTPN VIII akan mengembangkan proyek kawasan Ciater Agrotourism sebagai bagian proyek investasi pendukung kawasan Rebana di Jawa Barat yang mengandalkan potensi ekowisata seperti hamparan kebun teh, pemandian air panas, paralayang dan wisata air terjun. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
6 Destinasi Wisata di Jawa Barat ini Diprediksi Akan Dipadati Pengunjung pada Libur Lebaran

Jumlah kunjungan ke destinasi wisata Jawa Barat diperkirakan melonjak naik 25-30 persen dari kunjungan Lebaran pada 2022.


Keseruan di Taman Bunga Nusantara: Harga Tiket, dan Jam Buka

14 Februari 2023

Taman Bunga Nusantara di Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat, 16 November 2013. Dok.TEMPO/Sudaryono
Keseruan di Taman Bunga Nusantara: Harga Tiket, dan Jam Buka

Mengenal Taman Bunga Nusantara, harga tiket dan jam buka objek wisata yang berada di cianjur, Jawa Barat


Harga Tiket Orchid Forest Cikole, Jam Buka, Lokasi, dan Fasilitas di Dalamnya

13 Februari 2023

Suasana kawasan wisata Orchid Forest, Cikole, Bandung. Tempo/Francisca Christy Rosana
Harga Tiket Orchid Forest Cikole, Jam Buka, Lokasi, dan Fasilitas di Dalamnya

Salah satu tempat liburan di Lembang yang bisa dikunjungi adalah Orchid Forest Cikole karena Anda bisa menikmati alam sekaligus mengenal berbagai macam bunga anggrek.


Liburan ke Pangandaran Jangan Cuma ke Pantai, Ada Aquarium Indonesia

5 Februari 2023

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat meninjau Aquarium Indonesia Pangandaran di Kabupaten Pangandaran, Senin (30/1/2023). (ANTARA/HO-Humas Pemda Jawa Barat)
Liburan ke Pangandaran Jangan Cuma ke Pantai, Ada Aquarium Indonesia

Aquarium Indonesia Pangandaran cocok menjadi destinasi wisata keluarga kala akhir pekan.


Genjot Kunjungan Turis Usai Dilanda Gempa, Cianjur Promosikan Wisata Aman

12 Januari 2023

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Genjot Kunjungan Turis Usai Dilanda Gempa, Cianjur Promosikan Wisata Aman

Kabupaten Cianjur memiliki beragam destinasi wisata andalan yang menarik, seperti Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara.


Kota Cimahi Data Ulang Objek Kebudayaan untuk Gali Potensi Kekayaan Daerah

7 November 2022

Wisata bangunan cagar budaya di Kota Cimahi, Jawa Barat. Dok.Dewan Kebudayaan Kota Cimahi
Kota Cimahi Data Ulang Objek Kebudayaan untuk Gali Potensi Kekayaan Daerah

Pendataan ulang objek kebudayaan ini dinilai penting bagi Cimahi, sebab budaya merupakan andalan pariwisata kota itu.