TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata menandatangani kontrak dengan stasiun televisi Al Jazeera senilai US$ 1,2 juta untuk 7.884 slot iklan pariwisata yang ditayangkan mulai 20 Mei dan selesai pada akhir Desember mendatang.
"Kerja sama itu, selain pemasangan iklan pariwisata Indonesia, mencakup pelatihan dan capacity building strategi promosi melalui media elektronik," kata pejabat KBRI Doha, Boy Dharmawan, kepada Antara, Senin, 16 Mei 2016.
Kerja sama dengan Al Jazeera merupakan tindak lanjut dari pertemuan Dubes RI untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi, dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya pada awal Mei. Hal tersebut guna mempromosikan pariwisata di Qatar, termasuk kerja sama Kementerian Pariwisata dengan Al Jazeera dan Qatar Airways (QA), serta promosi kuliner Nusantara dengan memperbanyak restoran dan toko Indonesia di Qatar.
Al Jazeera dipilih karena memiliki pangsa penonton terbesar di Timur Tengah. TV yang berdiri pada 1996 tersebut dianggap fenomenal di Timur Tengah dan negara lain, termasuk Indonesia. Al Jazeera menyajikan alternatif informasi yang lebih diminati di Timur Tengah dibanding media utama dunia, seperti CNN, Fox, dan NBC, khususnya jika meliput berita di Timur Tengah.
Pemirsa Al Jazeera diperkirakan sekitar 50 juta di Timur Tengah dan sekitar 100 juta di seluruh dunia. Sebuah penelitian menyebutkan 80 persen warga Timur Tengah menyukai Al Jazeera dibanding TV pemerintahnya (20 persen). Sejak Maret 2006, Al Jazeera Network menjelma menjadi media dunia yang mencakup berbagai saluran berbahasa Arab, Inggris, dokumenter, olahraga, dan Al Jazeera Mobile.
Al Jazeera English memiliki agenda yang menjembatani keragaman antarbudaya yang disiarkan dari Doha, Kuala Lumpur, London, dan Washington DC. Al Jazeera juga melebarkan sayap ke Bosnia, Pakistan, Turki, India, Cina, dan Rusia.
Menurut Sidehabi, kerja sama tersebut merupakan bagian dari promosi pariwisata di Qatar dan Timur Tengah serta dalam rangka perayaan peringatan ke-40 hubungan diplomatik RI-Qatar. Kerja sama itu, menurut dia, juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Qatar pada September tahun lalu. Mantan Irjen TNI tersebut berupaya memanfaatkan peluang dari kebijakan look east policy yang membuat Qatar berfokus pada potensi ekonomi dan pariwisata negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Mantan anggota DPR tersebut menjelaskan, dari 2,56 juta penduduk Qatar, warga asli Qatar hanya sekitar 17 persen. Sisanya merupakan ekspatriat yang memiliki daya beli tinggi dan kerap melakukan kunjungan wisata ke mancanegara. Potensi pariwisata Indonesia menjadi incaran Qatar Airways. Kepala Civil Aviation Authority (CAA) Qatar Abdullah Nasser Turki Al Subaey berkunjung ke Indonesia untuk meminta tambahan penerbangan Qatar Airways ke Medan, Batam, dan Manado guna meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia.
Saat ini frekuensi penerbangan QA hanya ke Jakarta sebanyak 21 penerbangan seminggu dan Denpasar 14 seminggu. Sedangkan penerbangan ke Surabaya sebanyak tujuh kali seminggu sedang dalam proses realisasi. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang ditandatangani pada 31 Desember 2015 menjadikan pasar Indonesia sangat atraktif dan menjanjikan sebagai hub bagi pasar ASEAN, dan QA ingin menjadikan Batam sebagai pusat logistik kargo untuk merambah pasar ASEAN.
ANTARA