TEMPO.CO, Semarang -Merayakan hari raya Imlek di Kota Semarang, tak lengkap rasanya jika tak berkunjung ke Pasar Semawis. Di sini, pasar digelar mendekati raya. Tersedia aneka kuliner khas dan berbagai hiburan budaya Kampung Pecinan di Kota Semarang.
“Kami membuka pasar sejak Kamis 4 Februari,” kata Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Hardjanto Halim, Jum’at 5 Februari 2016.
Menurut Hadjanto, pasar digelar di kawasan Pecinan khususnya jalan Gang Pinggir sampai jalan Wotgandul Timur itu tersebut dibuka Kamis malam. Panitia membuka acara itu dengan ritual makan malam bersama di meja panjang yang melibatkan pejabat dan perwakilan masyarakat Kota Semarang .
Ia menjelaskan di pasar yang digelar setahun sekali saat perayaan Imlek itu menyajikan aneka jenis kuliner khas komunitas pecinan Kota Semarang. Pengunjung akan aneka kuliner itu mulai dari soto ayam, nasi ayam, wedang tahu, siomay, ayam goreng, mie tittee, lunpia, tahu pong, nasi goreng babat, es marem, bolang-baling, dan banyak lagi jenis makanan khas.
Para pedagang di pasar itu juga menyediakan produk khas Imlek berupa lampu lampion, guci keramik, baju qibao, aksesoris dan lukisan, patung, sulaman dan handicraft yang terkait dengan identitas khas Imlek.
Panitia pasar Semawis juga menyediakan panggung pertunjukan yang disebar di sejumlah titik di kawasan pecinan itu. “ Panggung hiburan itu menampilkan banyak kesenian,” kata Hardjanto
Panggung utama berada di Muara yang akan digunakan untuk pentas seni dan musik dari anak-anak sekolah sejak 4 hingga 5 Februari. Ada juga panggung di Gang Tengah untuk pertunjukan khas wayang Potehi yang digelar tanggal 4 sampai 6 Februari . Di arena terbuka lain juga digelar atraksi barongsai, liong dan opera jalanan mulai pukul 18.00-21.00.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang Masdiana Safitri, menyatakan pasar Semawis merupakan tradisi di kampung Pecinan Semarang dan sempat hilang pada era orde baru. Pasar ini diharapkan bisa menjadi potensi wisata yang menarik minat publik.
“Pasar Semawis ini salah satu produk budaya di Kota Semarang karena unik seluruh elemen masyarakat bisa berbaur,” kata Masdiana.
EDI FAISOL