TEMPO.CO, Makassar - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, menyatakan, keinginan menjadikan Toraja sebagai World Heritage oleh UNESCO terancam tidak dapat terlaksana setelah skor yang didapatkan semakin menurun.
Hal ini, menurut Jufri, akibat termodernisasinya artefak budaya yang dimiliki di sana, seperti rumah tongkonan yang aslinya terbuat dari bahan tradisional dengan atap dari bambu, tiang dari kayu hutan, dan lantainya dari papan, sekarang ini sudah dimodernisasi antara lain atap dari seng dan tiangnya dari beton.
"Dengan adanya pergeseran dari tradisional ke modern justru ini mengurangi nilainya makanya kami harapkan agar ada komitmen dari Toraja Destination Management Organization (DMO) Heritage Toraja, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan komunitas adat agar nilai budaya itu tidak hilang" kata Jufri, Rabu, 9 Desember 2015.
Jufri menyatakan, saat ini Toraja DMO telah mulai melakukan pendampingan terhadap komunitas masyarakat adat yang ada, termasuk mempertahankan bentuk tongkonan sebagai bentuk komitmen.
"Sekarang ini tinggal Kete Kesu yang alami sampai saat ini," ujar Jufri.
Dia menambahkan, saat ini masih ada tongkonan yang masih memenuhi syarat dan bentuk aslinya. Namun artefak dan benda budayanya berubah karena modernisasi. Padahal salah satu syarat untuk menjadi World Heritage adalah mempertahankan artefak dan fungsinya.
"Sekarang komunitas adat masih bertahan, bentuk tongkonan masih seperti itu, cuma artefak dan bahannya sudah berubah. Harus dikembalikan, atau tunjuk 1 atau 2 yang masih asli," imbuhnya.
Ketua Harian Toraja DMO Luther Barrung menjelaskan, yang dinilai oleh UNESCO bukan hanya rumah tongkonan, melainkan juga satu paket dengan kehidupan masyarakatnya di sana, tempat tinggalnya, serta sawah dan tempat menyimpan peternakannya.
"Mungkin di beberapa wilayah ada yang sudah termodernisasi. Tapi masih ada yang di perkampungan, dan semua ini masih asli tidak tersentuh zaman modern," ujar Luther.
Luther menyebutkan, yang selama ini menjadi kendala sebenarnya adalah tidak adanya management plan serta ditunjuknya penanggung jawab dan tim yang dapat mengontak UNESCO tentang apa-apa saja yang akan menjadi penilaian.
Luther menjelaskan, setelah dimekarkannya dua daerah ini maka semakin sulit, apalagi kalau kemudian pihaknya harus bekerja tapi tidak ada pegangannya.
"Kalau Toraja masuk dalam World Heritage, untuk promosi tidak perlu susah karena akan ditangani UNESCO langsung," ucap Luther.
Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menyatakan akan menunjuk Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan Jufri Rahman sebagai penanggung jawab untuk menjadikan Toraja sebagai World Heritage.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI