TEMPO.CO, Purwakarta - Sebanyak 53 ribu orang dipastikan mengikuti sarung iket topeng (Saket) Festival 2015 yang akan dihelat Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Festival Saket akan digelar sepanjang Sabtu malam, 15 Agustus 2015.
Juru bicara panitia Saket Festival Purwakarta 2015, Hendra Fadli, mengatakan, festival akan digelar di sepanjang ruas Jalan Sudirman hingga gedung kembar Nakula-Sadewa Jalan Kolonel Cornel Singawinata.
Para peserta adalah pelajar mulai dari tingkat SD, SMP, SMA sederajat, guru, perangkat desa (mulai dari RT/RW staf desa, kepala desa/lurah), PNS, pejabat serta masyarakat umum. "Saket Festival 2015 juga akan menjadi ajang pemecahan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI)," ujar Hendra, Kamis 13 Agustus 2015.
Ia optimistis perhelatan budaya khas Sunda sebagai rangkaian acara peringatan Hari Jadi Kota dan Kabupaten Purwakarta ke 184 tersebut akan membetot ribuan pelancong lokal seperti dari sekitar Jabotabek, Banten, Bandung dan Cirebon. Bahkan, turis mancanegara.
Agar perhelatan bisa ditonton dan dinikmati puluhan ribu pelancong, panitia akan menutup ruas Jalan Veteran hingga Singawinata sejauh lima kilometeran. "Pokoknya ruas jalan jantung kota Purwakarta akan ditutup total mulai pukul 17.00 hingga 24.00," Hendra mengimbuhkan.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang berperan sebagai konseptor dan kreator festival mengatakan, setiap peserta pria diwajibkan mengenakan kampret pakaian khas Sunda dipadukan dengan sarung, iket (ikat kepala) dan topeng.
Ada pun peserta perempuannya diharuskan mengenakan kain sarung khas perempuan, kebaya, kerudung dan topeng. Dan ada tambahannya yakni hihid atau kipas yang terbuat dari bahan kulit bambu buat semua peserta.
Dedi menjelaskan ikhwal filosofi pakaian adat yang dikenakan para peserta Saket Festival 2015 yang memiliki arti peran tokoh dan warga Ki Sunda yang berintegritas, loyal, jujur dan terbuka. "Sudah waktunya aura wajah mencerminkan isi hati yang sebenarnya. Makanya jangan ditopeng (dikamuflase)," Dedi menjelaskan.
Ada pun hihid atau kipas yang akan terus dikibarkan mengandung makna mereka sangat mencintai kuliner khas Purwakarta yakni sate maranggi yang tengah dipromosikan dan dipopulerkan di kancah nasional dan internasional.
Ia mengimbuhkan, agar festival menarik dan bisa dinikmati para penonton, para peserta sepanjang jalan yang dilewati akan menari atraktif disertai guyonan. "Pokoknya, kami jamin akan menjadi tontonan yang menarik sekaligus menghibur," Dedi berpromoasi.
NANANG SUTISNA