Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pesona Nagari Rumah Gadang

Editor

Nurdin Kalim

image-gnews
Rumah Gadang di Nagari Sumpur, Batipuh Selatan. Tempo/Febri Yanti
Rumah Gadang di Nagari Sumpur, Batipuh Selatan. Tempo/Febri Yanti
Iklan

TEMPO.CO, Padang - Nagari Sumpur di Batiputih Selatan, Kabupaten Tanah Datar, merupakan kawasan yang masih memiliki banyak rumah gadang. Dulunya ada lebih dari 200 rumah gadang, tapi hancur dan terbakar semasa pergolakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). Kini hanya tersisa 68 buah. Pada pertengahan Mei dua tahun lalu, lima rumah gadang kembali hangus terbakar karena korsleting listrik.

Saya datang ke Nagari Sumpur karena ingin melihat pendirian kembali salah satu rumah gadang yang terbakar itu. Selama ini, jarang ada rumah gadang yang dibangun kembali. Selain biayanya mahal, tidak banyak tukang yang mampu membangunnya.

Sebuah pagi, akhir Januari 2015. Saya bersama puluhan orang mendaki bukit persis di belakang lokasi rumah gadang yang akan dibangun. Kami mengikuti penghulu kampung yang akan mencari pohon untuk tonggak tuo. Ini sebutan untuk tiang utama rumah gadang.

Pendakian yang melewati jalan setapak sepanjang 2 kilometer itu tidak terasa melelahkan. Mungkin karena sapaan semilir angin yang berembus dari Danau Singkarak di lembah sana. Segar sekali.

Di atas tubir bukit, rombongan berhenti. Tetua adat memandang sebuah pohon yang kayunya lurus. Ya, akhirnya pohon jua (Cassia siamea) setinggi 15 meter yang diperkirakan berusia 80 tahun itu dipilih untuk “tonggak tuo”. Kayu pohon ini sangat keras ketika kering. Ia tidak mempan dipaku.

Sesaat, pohon ditebang diiringi dengan doa secara Islam. Batang pohon yang sudah dibersihkan lalu diikat tali dan diseret beramai-ramai oleh para pemuda menuruni bukit menuju kampung. Selepas zuhur, akhirnya batang pohon itu sampai juga ke lokasi.

Rumah gadang yang akan didirikan ini milik Etek Siti Fatimah dari suku Panyalai. Sebelum terbakar, rumah dia adalah salah satu rumah gadang yang megah. Panjang seperti kapal karena ujung-ujungnya memiliki “anjuang” dengan dindingnya penuh ukiran. Anjuang adalah ruang tambahan yang lebih tinggi di masing-masing ujung bangunan.

Rumah gadang yang terbakar ini juga dijuluki “Rumah Gadang Midun” karena pada1990 pernah menjadi lokasi syuting sinetron TVRI Sengsara Membawa Nikmat dari novel karya Tulis Sutan Sati (1929). Tokoh utamanya adalah Si Midun yang diperankan Sandy Nayoan.

Di Minangkabau, rumah gadang merupakan rumah pusaka yang dimiliki kaum perempuan sesuai dengan sistem kekerabatan matrilineal masyarakat Minangkabau. Rumah gadang menjadi tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara penting lainnya, seperti batagak gala atau acara pengangkatan datuk, upacara kelahiran, serta pesta perkawinan.

Bangunan rumah gadang di Nagari Sumpur memanjang dari utara ke selatan. Ini dimaksudkan untuk membebaskannya dari panas matahari dan terpaan angin. Sedangkan bagian depannya ada yang menghadap ke timur dan barat.

Sore hari saya menyempatkan menyusuri jalan-jalan kecil di Nagari Sumpur, melihat-lihat rumah gadang yang masih ada. Sebagian sudah sangat tua, seperti sudah lama ditinggalkan penghuninya. Bahkan terkesan dibiarkan sampai roboh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi saya, yang paling menarik adalah bangunan yang memiliki anjung karena banyak ukiran pada dindingnya. Beberapa motif ukirannya khas Minang, seperti motif kaluak paku, daun bodi, saik ajik, dan siriah gadang. Tapi ada juga ukiran dengan motif mahkota Belanda dari mahkota Ratu Belanda Wilhelmina. Jejak berupa ukiran mahkota Belanda itu diduga karena adanya kedekatan pimpinan masyarakat Nagari Sumpur dengan pemerintah Belanda masa itu.

Mengikuti jalan setapak yang menurun, saya menemukan satu rumah gadang beranjung. Letaknya agak tersembunyi dari jalan utama. Saat mengagumi ukirannya yang masih menyisakan warna hijau dan merah, tiba-tiba pintunya terbuka. Ternyata rumah ini milik keluarga Datuk Batuah, seorang datuk atau pemimpin suku Panyalai yang sempat saya ajak ngobrol di warung kopi pagi tadi. Nama lengkapnya Munir Nasir Datuk Batuah.

Pak Datuk mengajak saya masuk. Dia sedang menyiapkan baju kebesaran datuknya, lengkap dengan tongkat dan keris. Busana itu akan ia kenakan esok hari pada acara pendirian rumah gadang Etek Siti Fatimah. Saya disuguhi sepiring buah sawo yang kesat dan manis.

Rumah ini tampak terawat meski sudah 20 tahun ditinggalkan keponakan perempuannya--yang menjadi ahli waris--karena pergi merantau ke Jakarta. Pak Datuk Batuah juga sudah lama tinggal di Jakarta. Dia pulang jika ada acara penting di kampung. “Rumah gadang ini kami rawat dengan biaya dari hasil panen padi di sawah warisan kami di Sumpur,” kata Pak Datuk. Tiap panen, hasilnya Rp 700 ribu setiap enam bulan diberikan untuk upah orang yang membersihkan rumah itu.

Ia menyayangkan banyak rumah gadang yang telah dirobohkan pemiliknya. Di sekitar rumahnya malah ada tujuh rumah gadang yang dibongkar dalam 10 tahun terakhir. ”Kayunya dijual, ada yang untuk kayu bakar,” ujar Pak Datuk lagi. Lalu di bekas rumah gadang itu dibangun rumah tembok, yang juga kemudian ditinggal pemiliknya karena hidup di rantau.

FEBRIANTI



Bagaimana Berwisata ke Nagari Sumpur

Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, di Tanah Datar berjarak 80 kilometer dari Padang, dengan waktu tempuh 1,5 jam. Bisa menggunakan rental mobil Rp 450 ribu per hari. Bila ingin menggunakan kendaraan umum, dari Padang naik bus ke Padang Panjang dengan ongkos Rp 20 ribu. Disambung dari terminal angkot di Padang Panjang ke Batipuh Selatan dengan ongkos Rp 7.000. Berhenti di Simpang Nagari di Batipuh.

Rumah Gadang di Nagari Sumpur sudah mulai menerima tamu yang menginap, tapi untuk rombongan harus dipesan terlebih dulu. Untuk melihat-lihat rumah gadang dan budaya masyarakat, mereka sangat terbuka karena kawasan ini sudah ditetapkan menjadi “Warisan Budaya Nasional” pada 2013.

Tempat penginapan juga bisa di Hotel Sumpur di tepian Danau Singkarak, tidak jauh dari Nagari Sumpur.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tiga Rekomendasi Destinasi Wisata Religi Kota Padang

8 Juni 2023

Pengunjung berjalan di pedestrian halaman Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar), di Padang, Rabu 13 April 2022. Masjid yang meraih penghargaan sebagai masjid dengan desain arsitektur terbaik di dunia dalam kompetisi Arsitektur Masjid Abdullatif Al Fozan tahun 2021 itu, ramai dikunjungi selama bulan ramadhan untuk beribadah sekaligus berwisata karena merupakan ikon wisata religi di kota itu.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Tiga Rekomendasi Destinasi Wisata Religi Kota Padang

Kota Padang memiliki sejumlah objek wisata religi berupa masjid yang menarik.


Menjelajahi Destinasi Wisata di Sumatera Barat, Dari Batu Malin Kundang Hingga Jam Gadang

6 Mei 2023

Kawasan wisata air terjun Lembah Anai, Sumatera Barat, (15/12). TEMPO/Febrianti
Menjelajahi Destinasi Wisata di Sumatera Barat, Dari Batu Malin Kundang Hingga Jam Gadang

Sumatera Barat menawarkan beragam objek wisata menarik, mulai dari alam hingga sejarah sehingga banyak dikunjungi wisatawan.


Saat PKL di Sekitar Jam Gadang Wajib Pakai Baju Adat Minangkabau

1 Februari 2023

Pedagang di Kota Bukittinggi menggunakan pakaian adat sesuai arahan Wali Kota Erman Safar untuk menambah ketertarikan wisatawan. Dok. Antara
Saat PKL di Sekitar Jam Gadang Wajib Pakai Baju Adat Minangkabau

Di kawasan Jam Gadang, ada sekitar 490 PKL yang berjualan di sejumlah titik.


Promosi Wisata Sumatera Barat: Budaya Nan Khas, Makanan Nan Lamak, Alam Nan Indah

1 Februari 2023

ilustrasi visi west sumatera. Dok kemenparekraf
Promosi Wisata Sumatera Barat: Budaya Nan Khas, Makanan Nan Lamak, Alam Nan Indah

Ada 85 event yang akan berlangsung sepanjang tahun 2023 di 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat.


Mencicip Lezatnya Gulai Sabo Hingga Panggang Pacak di Jelajah Kuliner Pasaman Barat

6 Januari 2023

Ketupat Gulai Hiu, salah satu kuliner khas Pasaman Barat. (ANTARA/Miko Elfisha)
Mencicip Lezatnya Gulai Sabo Hingga Panggang Pacak di Jelajah Kuliner Pasaman Barat

Wisatawan dapat mencicip sejumlah kuliner yang memang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Pasaman Barat.


Melihat Wajah Baru Kota Tua Padang dan Jembatan Siti Nurbaya Setelah Dipercantik

10 November 2022

Kawasan Kota Tua di Padang. Dok. Dulux
Melihat Wajah Baru Kota Tua Padang dan Jembatan Siti Nurbaya Setelah Dipercantik

Wajah baru dua ikon wisata Kota Padang itu pun diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlawan.


Hari Ini Kota Padang Ulang Tahun ke 353, Berikut 8 Keunikannya

7 Agustus 2022

Warga melintas di depan Masjid Asasi di Nagari Gunung, Kota Padangpanjang, Sumatera Barat. ANTARA
Hari Ini Kota Padang Ulang Tahun ke 353, Berikut 8 Keunikannya

Rumah Makan Padang yang dapat dijumpai di penjuru daerah di Indonesia malahan tak akan ditemui di kotanya sendiri, Kota Padang.


6 Tempat Wisata di Sumatera Barat yang Bisa Dikunjungi Saat Libur Lebaran

25 April 2022

Jembatan Layang Kelok Sembilan adalah ruas jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh, Sumatera Barat menuju Provinsi Riau.  Sabtu, 3 Januari 2015. TEMPO/Riyan Nofitra.
6 Tempat Wisata di Sumatera Barat yang Bisa Dikunjungi Saat Libur Lebaran

Libur Lebaran kurang lengkap jika tak diisi dengan berwisata bersama keluarga ke tempat wisata yang menarik.


PT KAI Akan Reaktivasi Kereta Api Sawahlunto, Target Selesai Oktober

25 Februari 2022

Terowongan kereta api non aktif Lubang Kalam yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1922 menembus bukit sepanjang 835 meter, di Sawahlunto, Sumatera Barat, 5 September 2017. TEMPO/Imam Sukamto
PT KAI Akan Reaktivasi Kereta Api Sawahlunto, Target Selesai Oktober

Pengaktifan kembali jalur kereta api Sawahlunto oleh PT KAI ini diharapkan bisa mendorong roda wisata.


Cegah Varian Omicron, Perayaan dan Bazar Cap Go Meh di Padang Dibatalkan

24 Januari 2022

Warga keturunan Tionghoa menggotong
Cegah Varian Omicron, Perayaan dan Bazar Cap Go Meh di Padang Dibatalkan

Selain Cap Go Meh, pada Januari 2022 dijadwalkan sejumlah kegiatan, di antaranya Pentas Seni Anak Nagari dan Pasar Van Der Capellen.