Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

7 Varian Kujang Didaftarkan ke HKI  

Editor

Eni Saeni

image-gnews
Sejumlah siswa sekolah dasar mengamati kujang dan berbagai jenis senjata tradisional di Pijar Komunitas Menempa, Bandung, Jawa Barat. Senin (23/4). Para siswa melihat langsung proses pembuatan kujang agar dapat lebih mencintai dan melestarikan budaya ini. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Sejumlah siswa sekolah dasar mengamati kujang dan berbagai jenis senjata tradisional di Pijar Komunitas Menempa, Bandung, Jawa Barat. Senin (23/4). Para siswa melihat langsung proses pembuatan kujang agar dapat lebih mencintai dan melestarikan budaya ini. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengajukan kujang lewat pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal itu dilakukan agar tak diklaim oleh negara lain. Ada tujuh jenis kujang yang akan dilindungi, yaitu kujang Ciung, Kuntul, Badak, Bangkong, Naga, Wayang, dan Jago.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Wiana Sundari, mengatakan kujang merupakan benda terpopuler di Jawa Barat berdasarkan pendataan dan pengkajian tim Dinas serta akademisi dari Universitas Padjadjaran. Selain untuk pelestarian nilai budaya Sunda, perlindungan HKI ini agar kujang tak diklaim milik pihak lain. "Kalau ke Malaysia, keris sudah diklaim punya mereka," kata Wiana kepada Tempo, Jumat, 30 Agustus 2013.

Proses pengajuan kujang pada September 2013 memakan waktu hingga setahun. Diawali dengan pengumpulan data melalui studi pustaka dan mengundang para pakar dari berbagai disiplin ilmu, antara lain antropologi, sejarah, filologi, arkeologi, hukum, juga budaya.

Tim Gugus HKI Jawa Barat, yang terdiri dari Ketua Buky Wikagoe, Miranda Risang Ayu, serta Indra Perwira, dan Yesmil Anwar, bersama Disparbud Jabar melakukan pendataan dan analisis data terkait potensi-potensi budaya di Jawa Barat. Hasil analisis tersebut memutuskan kujang berada pada posisi pertama untuk diusulkan sebagai HKI, di atas kendang Sunda dan topeng Jawa Barat.

Setelah cukup, tim pemberkasan mulai memindahkan data tersebut ke dalam dokumen pengusulan. Dalam dokumen ini, kujang yang akan diusulkan sebanyak tujuh varian, yaitu kujang Ciung, Kuntul, Badak, Bangkong, Naga, Wayang, dan Jago. "Itu jenis kujang yang tersebar di Jawa Barat, diketahui jelas sejarahnya dari naskah kuno," kata Wiana.

Sebelum resmi diajukan, rencananya tujuh ragam kujang tersebut akan diperkenalkan kepada masyarakat luas lewat pameran di Monumen Perjuangan Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur Nomor 48 Bandung, pada 7 hingga 12 September 2013. "Keseluruhan bisa mencapai lebih dari 100 kujang yang dipamerkan," ujar Wiana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kujang itu koleksi Museum Sri Baduga Bandung, Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, serta milik tujuh kolektor kujang, yaitu Rahmat Taufiq Hidayat, Aris Kurniawan, Tedi Permadi, Budi Setiawan, Gun Gun Gunardi, dan Wahyu Afandi Suradinata.

Bagi sebagian besar orang, kujang dipahami sebagai senjata sakti seperti halnya keris. Pada versi lain, kujang awalnya hanyalah perkakas, di antaranya untuk menyabit rumput. Simpang siur pengertian tentang benda pusaka itu dibenarkan salah seorang kolektor, Aris Kurniawan.

Menurut dia, belum ada bukti kuat bahwa kujang itu senjata atau perkakas. Ia lebih meyakini kujang sebagai tosan aji atau perlambangan dari nilai-nilai luhur adat Sunda. "Kujang benda elite yang erat hubungannya dengan kenegaraan zaman dulu," ujarnya saat dihubungi Tempo. Tiap bentuk dan varian kujang mengandung arti tertentu sebagai pesan nilai luhur.

ANWAR SISWADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

25 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.


Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Akmal Nasery Basral. ANTARA
Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.


Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.


Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Domba peserta kontes Domba Catwalk di Situ Bagendit, Garut, Jawa Barat, 21 Februari 2015. Acara tersebut untuk mempromosikan Domba Garut sekaligus kawasan wisata Situ Bagendit. TEMPO/Prima Mulia
Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.


WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

Pertunjukan seni teater
WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.


Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Karya gambar berjudul
Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.


Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar


Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Pemain teater Syahid berperan dalam teater bertajuk
Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI