TEMPO.CO, Bandung-Sebanyak tiga puluh topeng koleksi Museum Umenosato Noh Mask Jepang menghiasi ruang pamer Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung, Jawa Barat. Topeng buatan seniman Jepang, Ogura Souei, 85 tahun. Dipamerkan dalam gelaran Pameran Topeng 2013 bertajuk Kesucian Sukma Kolaborasi Budaya Jepang-Indonesia sejak 4-9 Juni 2013 di Museum KAA Bandung.
Pameran kolaborasi yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia itu juga memamerkan tiga puluh topeng khas Nusantara. Koleksi tersebut didatangkan dari Museum Sribaduga Bandung, dan Galeri Seni Abun Bandung. Beberapa diantaranya adalah dua koleksi topeng dari masa pra-sejarah, yaitu topeng Hanoman asal Solo, topeng kuno asal Kalimantan Timur, topeng Leti asal Nusa Tenggara Barat, topeng asal Bali karya maestro topeng Indonesia, Ni Nyoman Tanggah dan topeng Cirebon.
Tagawa Kiyomi, pihak penyelenggara asal Jepang mengatakan pameran kolaborasi Jepang-Indonesia merupakan suatu upaya untuk memperkuat hubungan antar negara Asia, khusunya Jepang-Indonesia. "Pameran ini bisa menjadi media pembelajaran dan pertularan seni budaya Jepang dan Indonesia," katanya.
Dalam pameran tersebut penhunjung bisa melihat keistimewaan topeng Jepang yang memiliki perbedaan dengan Indonesia. Di ruang pamer pertama, pengunjung disuguhkan deretan topeng lakon atau sandiwara yang menjadi ciri khas topeng Jepang. Pada umumnya, topeng Jepang merupakan cerminan jiwa untuk menunjukkan rasa suka maupun duka.
Misalnya, topeng berjudul Hannya, topeng buatan Ogura Souei ini mencerminkan kecemburuan seorang wanita bangsawan. Di dahi sebelah kanan dan kirinya terdapat tanduk yang dilukis dengan emas, rambutnya terbelah dua dan dari pinggir dahi pipinya dilapisi dengan lempengan tembaga. Detail-detail tersebut mewaili dari perasaan yang diwujudkan menjadi sebuah topeng.
Sementara topeng Indonesia dianggap sebagai simbol kulit kepribadian manusia untuk membedakan dari ego bathiniah manusia yang tersembunyi. Misalnya topeng Panji koleksi Museum Sri Baduga Bandung, topeng terbuat dari kayu Jaran ini bentuk mukanya lonjong berearna putih bersih yang melambangkan kesucian. Topeng asal Cirebon itu dalam tariannya tidak banyak gerakan dan sangat lembut yang mencerminkan kesucian, kesabaran, keagungan dan kehalusan budi pekerti.
Pemahat topeng asal Jepang, Ogura Souei mengatakan lewat pameran pertamanya di Asia Tenggara itu, dia berharap pengunjung bisa mengapresiasikan perasannya dengan melihat topeng-topeng karyanya. "Semoga pengunjung dapat ikut mendapatkan kebahagiaan, dan bisa mengekspresikan kolaborasik kebudayaan tradisional Jepang dan Indonesia ini," katanya.
Selain pameran, acara yang diinisiasi oleh Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika ini jugadiselenarakan workshop pembuatan topeng Jepang dan pementasan tari Jepang yang dibawakan oleh Matsui Akira. Selain itu, ada juga penampilan tarian kolaborasi Jepang-Indonesia yang akan dibawakan oleh mahasiswa-mahasiswa Bandung.
Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Bandung, Thomas Ardian Siregar dalam katalognya menuliskan bahwa kerjasama kolaborasi kebudayaan Jepang-Indonesia merupakan suatu proses untuk memperkaya kebudayaan dan peradaban. Dia berharap, pameran tersebut dapat menjadi kesempatan terbaik warga kota Bandung dan generasi muda untuk mempelajaridan melestarikan nilai filosofis warisan leluhur dari setiap koleksi yang dipamerkan.
RISANTI
Terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Membangkang | Ahmad Fathanah