TEMPO.CO, Makassar - Alunan instrumen musik khas bambu terdengar lembut, senada dengan suguhan menu ala Sunda yang tersaji natural di atas bale-bale. Bulan ini, Hotel Grand Clarion Makassar menyajikan makanan Sunda, dengan salah satu menu andalannya: botok ayam dan tahu yang disajikan dengan dibungkus daun pisang.
Botok khas Sunda ini menggunakan bahan utama ayam dan tahu dicampur kelapa, kemudian dibungkus daun pisang sehingga biasa disebut pepes tahu dan ayam. Tekstur cita rasanya variatif, ada asam, gurih, manis, dan sedikit pedas.
Tambahan daun jeruk dan batang serainya menambah khas cita rasa masakan ini. Apalagi ketika membuka bungkusan daun pisang, aroma khas bumbu-bumbunya langsung terhirup, terutama potongan daun jeruk dan serai di atas olahan ayam dan tahu yang terasa sangat khas.
Selain botok ayam dan tahu, chef Irvan Kurnia juga menghadirkan berbagai macam pilihan makanan khas Sunda, seperti udang bakar madu, ayam goreng Solo, perkedel kentang, buntil daun singkong, dan cumi bakar bumbu kuning.
Menurut Irvan, sajian Sunda kali ini dihadirkan dengan konsep menu rumahan yang sederhana sehingga akan sangat nikmat jika disantap dengan menggunakan tangan. Ia juga mengemas menu khas Sunda ini agar sesuai dengan lidah orang Makassar. “Saya sengaja menambahkan pedas dan mengurangi manisnya agar pas dengan lidah orang Makassar,” ujar Irvan yang ditemui di sela-sela acara launching promo terbaru food and beverage di Legend Coffee Shop Grand Clarion Hotel, kemarin.
Nah, untuk menjaga kesegaran makanan, bahan-bahan utamanya terlebih dulu diolah setengah matang. Setelah ada yang memesan, baru diolah lagi. Menurut Ketua Indonesia Chef Association (ICA) Sulawesi Selatan ini, menu-menu yang disajikan di Clarion sebenarnya telah dikombinasikan.
Misalnya, ayam goreng solo yang di-ungkep menggunakan bumbu kuning: campuran kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, dan daun salam. Setelah itu, ayam dicelupkan ke dalam telur menggunakan maizena, lalu digoreng. Mencelupkan ayam ke dalam telur berfungsi membantu mempertahankan rasa gurihnya. Untuk menu ini, kata Irvan, ayamnya bisa diganti paru, empal, dan gurami.
Bumbu ungkep ini juga digunakan untuk cumi bakar bumbu kuning. Cumi berukuran sekitar 100 gram diolah menggunakan bumbu kuning, kemudian dipotong, tapi jangan sampai putus, selanjutnya dibakar.
Pada jajaran menu gorengan, Irvan menghadirkan empat pilihan menu, yakni tahu bacem, tempe bacem, bakwan jagung, dan perkedel kentang. Khusus untuk perkedel kentang dibuat sedikit keras dengan menambahkan bawang goreng dan daging cincang.
Lalu, untuk sayuran, Irvan, yang dibantu oleh supervisor Yusuf Budiansyah, menghadirkan tiga pilihan, yaitu sayur gudeg nangka, urapan sayur, dan buntil daun singkong. Buntil daun singkong ini seperti urapan, bedanya hanya dibungkus dengan daun singkong dan di dalamnya terdapat ikan teri dan parutan kelapa. Sedangkan urapan sayur itu berisi kacang panjang, tauge, dan kelapa yang dimasak menjadi satu. “Kuncinya, urapan sayur menggunakan kelapa parut yang diolah dengan bumbu merah,” kata Yusuf.
Sebagai pelengkap, empat pilihan sambal dihadirkan, yakni sambal tempe yang diolah menggunakan bahan tempe, cabai besar, cabai kecil, bawang merah, dan bawang putih. Ada juga sambal tumis, sambal hijau, atau sambal kacang panjang. Untuk hidangan penutup, disajikan es cendol dan es tape.
Manager Marketing Communication Hotel Grand Clarion, Pretty Tumakaka, mengatakan, untuk menikmati sajikan khas Sunda ini, kita cukup merogoh kocek Rp 65 ribu. Tawaran menu ini akan hadir selama April.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI