TEMPO.CO , Yogyakarta: “We are happy, you are happy to study in Desa Bahasa.” Yel itu membahana di rumah pria yang dipanggil Mr Hani di Dusun Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu memang tak pernah sepi dari anak-anak. Mereka hampir tiap hari belajar bahasa Inggris di tempat itu.
Dusun Ngargogondo kini dikenal sebagai Desa Bahasa. Ini tak lepas dari usaha Hani Sutrisna, yang tak lelah mengenalkan bahasa Inggris kepada warga masyarakat sekitar. Pria kelahiran Magelang 1974 itu tak menyangka impiannya menjadikan dusunnya sebagai Desa Bahasa bakal terwujud.
Semula Hani hanya bekerja sebagai pedagang asongan kartu pos kepada turis di sekitar Borobudur, dengan bekal bahasa Inggris yang lumayan. Kala itu dia masih duduk di bangku SMP kelas 1. “Saya ingin membantu Ibu dan berniat membiayai sekolah saya sendiri,” katanya saat ditemui kemarin.
Berjualan ternyata tak mendapat restu sang ibu. Akhirnya Hani hijrah ke Jombang, Jawa Timur, untuk melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Darul Ulum. “Saya senang bahasa Inggris,” kata dia.
Setelah pulang kampung, pada 1998 Hani mendirikan Simple English Course di dusunnya, dengan peminat 80 orang. Tidak sampai lima bulan, siswanya habis lantaran metode pengajarannya yang sulit diterima. Sejak itulah dia mengubah pola mengajar, dari tenses menjadi conversation. Alhasil, siswanya kembali.
Hingga akhirnya Hani merangkul ratusan warga di tujuh dusun sekitar Candi Borobudur untuk belajar bahasa Inggris gratis, meski tetap melalui seleksi dan harus mengikuti peraturan yang ditetapkan. Sejak itu Hani menyebut tujuh dusun itu sebagai Desa Bahasa.
Desa Ngargogondo memiliki banyak keunggulan, seperti wisata alam Watu Dandang, kerajinan kerombong (keranjang) bambu, pembuatan makanan dari ketela, serta wisata kesenian daerah. “Mereka bisa menjadi pemandu wisata atau berjualan cendera mata,” katanya.
Dalam mengajar, Hani menggunakan metodologi pembelajaran yang berbeda. Kini dia memiliki 89 metodologi, antara lain jari-jari, bernyanyi, game, English fun, dan cas-cis-cus. Intinya, belajar bahasa Inggris dengannya itu mudah, cepat, dan menyenangkan.
Pada 30 Maret mendatang, Hani akan meluncurkan metodologi baru, yang rencananya akan dihadiri Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan. “Harapannya, agar tumbuh desa-desa bahasa di daerah lain,” katanya.
OLIVIA LEWI PRAMESTI
Berita Lainnya:
Wisata Sepeda ke Singapura 3 Hari Cuma Rp 3,9 Juta
Kota Yogya Peringati Ultah tanpa Java Carnival
Gunung Bromo Waspada, Pengunjung Dibatasi
Kafe di Jepang Tawarkan Teman Tidur Cantik
Situs Gunung Padang Butuh Tempat Sampah