TEMPO.CO, Jakarta - MSG lebih dikenal sebagai monosodium glutamate atau “micin”, bahan penyedap masakan yang kurang baik untuk kesehatan. Namun, MSG kali ini adalah singkatan dari Master Sushi and Grill. "Pembuatan makanan di sini sama sekali tidak memakai MSG. Singkatan ini dipakai hanya agar eye catching," kata pemilik restoran tersebut, Edwin Lau, Rabu lalu, di restorannya itu.
Rumah makan sederhana yang berhadapan dengan pompa bensin di Jalan Raden Saleh, Tangerang, ini terlihat mencolok. Warna merah dan kuning yang mendominasi desainnya sangat menarik perhatian. Di dinding bagian atas dapur yang berada di luar itu pun ada gambar-gambar komik yang bercerita bagaimana seorang tukang masak, yang berseragam kuning bertubuh atletis, menyiapkan hidangan. Sebuah speaker cukup besar mendendangkan lagu-lagu dengan ketukan keras di depan pintu masuk.
Sesuai dengan namanya, restoran ini hanya menyajikan dua macam makanan: sushi dan grill atau daging panggang. Edwin ingin mengawinkan dua kebudayaan utama, yaitu budaya Barat dan Timur, khususnya Jepang. Lagi pula, menurut dia, kedua jenis makanan ini adalah keahlian utamanya. "Saya sudah 10 tahun bekerja di restoran Jepang. Dan saya sempat dikirim ke Amerika untuk mempelajari grill selama beberapa bulan. Jadi, ini yang paling saya kuasai," kata koki yang pernah menjadi tukang masak tamu di beberapa stasiun televisi nasional itu.
Uniknya, restoran ini memperbolehkan pelanggan meracik menu sendiri. Misalnya, ketika memesan daging panggang--premium burger steak atau premium tenderloin steak--yang lengkap dengan jagung tumis dan kentang goreng, mereka boleh memilih topping dan saus yang ingin didapatkannya. Terdapat tiga topping, yaitu creamy mushroom, portobello cheddar melt, dan herb butter. Juga terdapat tiga macam saus, yaitu brown coffee, mushroom pepper, dan rendang telur asin.
Untuk sushi, racikannya lebih banyak. Menu utamanya memiliki tiga model nasi: ura-maki atau nasi di luar. Sederhananya, ini seperti lemper. Ada pula maki-sushi, yaitu nasi di dalam, bagian luarnya ditutupi rumput laut. Dan yang ketiga adalah tempura-maki, yang nasinya berada di luar dan sushi ini digoreng.
Kita dapat memilih lebih dari satu di antara sepuluh macam isian sushi. Beberapa di antara pilihan isian itu adalah beef teriyaki, unagi, dan salmon skin. Juga terdapat sepuluh topping untuk sushi, seperti saus teriyaki, tanuki, dan cheddar bakar.
Menurut Edwin, cara meracik sendiri menu sushi atau steak itu dapat mempermudah pengunjung mengukur kemampuan keuangan serta selera. Setiap bahan memang dihargai berbeda. Ia juga menginginkan pengunjung merasakan pengalaman dalam meracik makanannya sendiri. "Jadi, orang bisa tetap makan, dapat pengalamannya, cita rasanya, duitnya juga cukup," kata koki berbadan atletis ini.
Dengan membongkar-pasang makanannya, seorang pengunjung bisa cukup merogoh kocek hanya Rp 50 ribu untuk menikmati sushi dan isian serta topping termurah. Pengunjung pun bisa hanya memesan steak yang sudah diracik dengan bumbu, tanpa tambahan saus atau topping, sehingga cukup membayar dengan Rp 65 ribu.
Bagi yang malas memilih racikannya, mereka bisa memilih menu lengkap, yaitu Master Sushi atau Master Steak. Master Steak terdiri atas daging sapi tenderloin panggang dengan topping creamy mushroom, dan saus mushroom pepper, lengkap dengan jagung tumis dan kentang goreng. Sedangkan Master Sushi terdiri atas sushi ura maki yang diisi kepiting, mentimun, dan spicy sauce. Topping-nya terdiri atas salmon bakar, tobikko (potongan daging ikan herring), saus teriyaki, dan daging abon sapi. Menu komplet ini berharga Rp 85 ribu.
Kami mencoba meracik menu steak dengan memilih premium burger steak, topping portobello cheddar melt, dan saus mushroom pepper. Daging seberat 150 gram itu ditumpuk dengan potongan jamur dan dilumuri keju yang sudah meleleh. Mushroom pepper yang merupakan campuran potongan jamur dan merica ini cukup membakar lidah. Meski tak memakai daging wagyu yang terkenal dengan kelembutannya, Edwin mampu membuat daging lokal menjadi begitu lembut.
Sedangkan untuk menu sushi, kami mencoba Master Sushi. Rasa pedasnya terasa. "Spicy sauce-nya yang membuat rasa pedas itu," kata Edwin. Ia memang menambah tingkat kepedasan, karena orang Indonesia sangat suka membakar lidah. Rasa pedas sushi itu pun bercampur dengan rasa kecut akibat mentimun dan manis abon sapi sebagai topping teratas.
Meski makanannya cukup enak, kenyamanan restoran ini perlu ditingkatkan. Dekorasinya terlalu sederhana, penyejuk udara tidak berfungsi dengan baik, dan kebisingan pengendara bermotor yang berseliweran di jalan raya terdengar sampai ke dalam.
MITRA TARIGAN