TEMPO.CO, Yogyakarta- Masyarakat Ambarketawang, Gamping, Sleman, mengadakan ritual Saparan Bekakak, Jumat, 28 Desember 2012. Boneka raksasa ogoh-ogoh, genderuwo, dan wewe gombel, yang menjadi simbol kejahatan dan keburukan, akan dikirab bersama sepasang pengantin Bekakak.
Bekakak merupakan patung sepasang pengantin dari ketan putih dan di dalamnya ada gula merah sebagai darah. Bekakak akan disembelih di Gunung Gamping di desa tersebut. "Ada banyak gunungan juga yang dikirab dan prajurit keraton," kata Ketua Panitia Saparan Bekakak, Frans Haryono, Kamis, 27 Desember 2012.
Upacara ritual Bekakak dilakukan setiap bulan Sapar dalam perhitungan kalender Jawa. Pelaksanaannya pasti di hari Jumat. Acara itu akan dimulai dari sekitar pukul 10.00 hingga sore. Selama kirab berlangsung, Jalan Wates dan Ring Road Barat ditutup sementara. Jalan utama dari Yogyakarta ke Kulon Progo itu dipastikan macet. Namun polisi mengalihkan ke jalan-jalan alternatif.
Sejak pukul 13.00 hingga sore dilantunkan gending uyon-uyon atau karawitan. Bekakak lalu diarak menuju Lapangan Kademangan Ambarketawang untuk mengawali prosesi acara. Bergodo atau prajurit keraton Mejing Kidul, Delingsari, Gamping Lor, Gamping Kidul, dan bergodo lainnya bersama peserta kirab menuju petilasan di Gamping Kidul dan petilasan Gunung Gamping di Tlogo untuk dilakukan penyembelihan bekakak. "Penyembelihan bekakak di Gunung Gamping," kata dia.
Kirab budaya Bekakak ini, menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo, merupakan acara tahunan yang sudah masuk dalam agenda kalender pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap kirab Bekakak dipastikan dinikmati oleh puluhan ribu orang. "Kirab budaya semacam ini sangat ditunggu masyarakat dan wisatawan, baik dalam negeri maupun mancanegara," kata dia.
MUH SYAIFULLAH