TEMPO.CO, Yogyakarta- Pertama kalinya di Indonesia, Liong Dupa akan ditampilkan di Kota Yogyakarta, Minggu, 30 September 2012 malam. Diselenggarakan Jogja Chinese Art and Culture Centre, tiruan naga dengan sekujur tubuh berbalut dupa menyala itu dimainkan pada perayaan Tiong Jiu di Kelenteng Tjen Ling Kiong, Jalan Poncowinatan.
Koordinator acara perayaan, Anggi Minarni, mengatakan Liong Dupa berbeda dengan liong pada umumnya. Liong ini terbuat dari bahan jerami dengan 30 ribu batang dupa yang tertancap di tubuh. Liong ini dimainkan oleh 12 orang, termasuk seorang pembawa bola api. Jadi, pemainnya wajib ekstra-hati-hati. “Kalau tidak, bisa membakar tubuh sendiri dan orang lain,” katanya, Kamis, 27 September 2012.
Dengan bahan dari jerami, ditambah puluhan ribu dupa, kata dia, bobot liong ini lebih berat dibanding liong lain yang berbahan kain. Selain itu, ukurannya pun lebih panjang. Rata-rata panjang liong biasa 25 meter. Namun, Liong Dupa mencapai 30 meter dengan durasi pementasan 15 menit. Dia mengatakan panitia menyediakan pemain cadangan untuk memainkan liong ini. “Paling lima menit saja pemainnya sudah kecapaian,” katanya.
Karena tingkat kesulitan yang tinggi, serta pengekangan budaya Tionghoa pada masa Orde Baru, permainan Liong Dupa tak pernah ditampilkan di Indonesia. Di dunia, Liong Dupa disebut hanya dimainkan dalam sebuah festival tahunan di Hong Kong dan Taiwan. Adapun Tiong Jiu adalah perayaan bulan purnama dalam tradisi Tionghoa. Hari perayaan itu jatuh pada hari ke-15 bulan ke delapan dalam kalender Imlek. Dalam penanggalan Masehi, bulan itu jatuh pada September yang bertepatan dengan musim gugur di negeri Cina.
Dia mengatakan masyarakat Tionghoa memaknai perayaan Tiong Jiu (terang bulan) sebagai hari berkumpul keluarga, yakni dengan makan bersama. Tradisi ini pula yang akhirnya memunculkan Tiong Jiu Pia atau kue terang bulan. Kue ini berbahan utama tepung. Kue ini biasa dibuat dalam ukuran besar hingga berdiameter 15 sentimeter dengan ketebalan tiga sentimeter. Bentuknya bulat dan pipih dengan warna pucat menyerupai bulan. “Kue ini dipotong kecil-kecil dan dibagikan kepada anggota keluarga,” katanya.
Ketua I Panitia Perayaan Tiong Jiu, Hans Poerwanto, mengatakan perayaan Tiong Jiu tahun ini merupakan yang keempat kalinya digelar oleh kelenteng. Memilih tema “Bersyukur Atas Segala Berkah”, dia mengundang semua warga untuk datang, termasuk non-Tionghoa. Tak hanya mencicipi Kue Terang Bulan, Tiong Jiu adalah ajang menjalin kebersamaan antar-umat beragama. “Nanti akan ada doa yang dipimpin enam pemuka agama,” katanya.
Dalam tradisi Tionghoa, doa yang dipanjatkan dalam ritual penampilan Liong dipercaya akan terkabul. Panitia menyediakan dupa sebagai simbol doa dan harapan untuk ditancapkan di tubuh liong. “Siapa saja boleh ikut menancapkan dupa,” katanya.
ANANG ZAKARIA
Berita Terpopuler:
Remaja Pembacok Alawy Tertangkap di Yogyakarta
Jokowi Pangkas 52 Persen Anggaran Pelantikan
Tersangka Pembunuh Alawy Ternyata Anak Kos-kosan
Ayah FR Pengusaha di Bali
FR Pernah Terlibat Kasus Tawuran 2011