TEMPO.CO , Yeosu: Yeosu Expo terdengarasing bagi saya ketika mengetahui akan menyambangi tempat ini. Yang ada di benak adalah pameran di tempat yang sangat besar. Lalu, apa pentingnya area ini sehingga masuk dalam kunjungan kursus musim panas di The May 18 Academy ini.
Ternyata, Yeosu Expo adalah pameran yang populer. Meski letaknya jauh di selatan Korea yaitu Busan, pengunjung tetap membeludak. Apalagi kunjungan kami adalah akhir pekan terakhir jelang penutupan pada 12 Agustus 2012.
Menurut situs resmi Yeosu yang beralamat di eng.expo2012.kr, pameran ini dibuka sejak 12 Mei 2012. Tema utamanya adalah kelautan dan teknologi terkini. Tepat dengan lokasinya yang berada di tepi pantai. Apalagi Busan juga terkenal sebagai salah satu kota pelabuhan utama di Korea Selatan.
Saya tiba di Expo tepat saat matahari di sudah di atas kepala, pukul 12 siang di musim panas. Suhunya kurang lebih 35 derajat Celsius, tapi kemeriahan Expo tak menyurutkan langkah berpetualang. Setelah menyerahkan tiket seharga 10 ribu won (Rp 90 ribu) ke petugas, bebaslah mengeksplorasi kawasan seluas 2,7 juta meter persegi.
Ketika menerima peta lokasi, rasanya sanggup berkeliling dalam satu hari. Tapi sesampainya di satu wahana, ternyata untuk masuk saja, bisa mengantre 30 menit. Bahkan saya harus mengantre selama dua jam untuk menikmati Marine Life Pavillion.
Ya, akhir pekan memang jangan ditanya. Apalagi pekan terakhir Yeosu Expo. Semua orang dari penjuru dunia ada, meski mayoritas tetap penduduk Korea. Sebab Expo ini juga mengundang perwakilan dari negara lain. Tercatat lebih dari 100 negara bergabung dengan 46 paviliun khusus yang mewakili negara masing-masing.
Catatan penutupan Expo sempat membukukan sejumlah rekor dunia, yaitu waktu buka terlama sepanjang 1.309 jam dan pengunjung terbanyak sehari pada 29 Juli 2012 dengan dikunjungi 272.527 orang.
Berjalan-jalan di paviliun internasional, tak hanya sekadar cuci mata. Sebab di antara paviliun ada panggung atraksi yang menampilkan kesenian khas suatu negara. Bahkan di antara antrean masuk paviliun, terkadang ada hiburan rakyat dari seniman tradisional.
Tapi hiburan utamanya adalah pertunjukan di tengah-tengah lokasi. Ada tiga pertunjukan utama The Big-O Show, The Ocean Show, dan World Ocean Festival. Karena datang siang, maka kesempatan yang ada hanyalah menyaksikan The Ocean Show. Pertunjukan dimulai setiap dua jam sekali.
The Ocean Show sangatlah menarik karena terkadang pemainnya berusaha memancing tepuk tangan penonton dengan atraksi yang menantang. Pertunjukan selama 45 menit itu menyisakan decak kagum dan tepuk tangan pengunjung yang mengelilingi Flower Island.
Menyaksikan The Ocean Show adalah langkah kedua. Awalnya saya memasuki paviliun berbentuk ikan duyung atau dalam bahasa Korea dikenal dengan nama Dugong. Dalam paviliun ini diceritakan kisah duyung dan kondisi laut dunia.
Setelah dua wahana tersebut, kunjungan berlanjut ke Marine Life Pavilion Aquarium. Tempat terakhir ini ternyata paling populer. Untuk masuk saja, saya harus antre dua jam. Di dalamnya sebenarnya mirip dengan Sea World di Taman Impian Jaya Ancol. Tapi ada beberapa wahana yang menarik seperti Aqua forest dan melihat ubur-ubur.
Ubur-ubur yang berenang di dinding kaca seperti hiasan dinding yang hidup. Mereka bergerak terus di air berwarna biru. Dengan terpaksa, eksplorasi paviliun ini harus dipersingkat, karena bus yang membawa kami sudah menanti. Jadi agak terpaksa juga meninggalkan paviliun akuarium besar ini yang untuk masuknya pun butuh dua jam dan hanya dihabiskan dalam 20 menit keliling. Sungguh waktu berjalan cepat di dalam expo.
DIANING SARI
Berita lain:
Jelajah Museum Korea, No Gun Ri Peace Memorial
Jelajah Museum Korea, Gwangju National Museum
Jelajah Museum di Korea, Seodaemun Prison