TEMPO.CO , Jakarta - Wahai para penyelam, boleh saja Anda bercerita soal indahnya ship wreck (bangkai kapal) di berbagai belahan wilayah Indonesia. Misalnya di Kepulauan Seribu (Jakarta), Pulau Lengkuas (Belitung), atau Pulau Mansinam (Manokwari). Namun bangkai kapal di Tulamben, Bali, tetap saja yang paling menarik.
Apanya yang menakjubkan? Bangkai kapal di perairan Tulamben ini sudah jadi alias ditumbuhi aneka karang dengan warna-warni. Belum termasuk biota laut lainnya yang hidup di antara reruntuhan besi tua kapal.
"Bangkai kapal USAT Liberty Glo terindah di Indonesia, bahkan dunia," ujar Rani J.D., seorang penyelam sekaligus wartawan sebuah harian bisnis, kepada Tempo di Bali, pekan lalu.
"Karang di kapal ini sudah jadi karena tenggelam sejak 1942 lalu. Tapi sayang belum ada regulasi penyelaman, sehingga banyak diver seenaknya mengarungi sekujur tubuh kapal. Hal ini dapat merusak karang yang ada di kapal," ucap gadis yang kulitnya sedikit gosong lantaran kerap menyelam di berbagai dive spot di Indonesia itu.
Menurut Avandy Djunaidi, seorang instruktur senior BIDP (Bali International Diving Professionals), kapal USAT Liberty Glo ditemukan pada 1970-an oleh warga Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Selanjutnya lokasi ini dijadikan tujuan wisata oleh masyarakat setempat.
Namun lambat laun lakasi ini dikenal banyak orang, termasuk wisatawan mancanegara. Bahkan investor asing pun bekerja sama dengan pengusaha lokal mencoba menjadikan Tulamben sebagai tujuan wisata komersial, termasuk wisata diving bangkai kapal USAT Liberty Glo.
"Lepas dari itu, kami harus berterima kasih kepada Baruna Water Sport karena telah mempopulerkan olahraga selam di perairan Tulamben ke seluruh dunia pada 1970-an hingga terkenal seperti ini," ujar Avandy.
Keunggulan dive spot di Tulamben, papar pria yang suka menguncir rambutnya yang semeter ini, setidaknya ada tiga hal. Pertama, jaraknya tak terlalu jauh dengan pantai, hanya sekitar 15 meter. Kedua, arusnya tidak terlalu deras, sehingga memudahkan penyelam bergerak dan masuk ke bangkai kapal. Ketiga, penyelam bisa memberi makan ikan-ikan yang ada di dasar laut kendati hal itu menyalahi aturan konservasi.
Untuk menuju ke Tulamben butuh waktu dua jam jika membawa mobil sendiri dari kawasan Sanur atau berjarak sekitar 100 kilometer dari Denpasar. Jika ingin menyelam, tak usah repot membawa perlengkapan selam. Di Tulamben tersedia perlengkapan selam mulai dari snorkel, masker, fin, BCD, regulator, hingga wet suit. Tersedia pula para guide atau dive master profesional. Cukup membayar Rp 600 ribu saja untuk mereka.
USAT Liberty Glo dibangun pada 1918 sebagai kapal perang Amerika Serikat jenis kargo. Tugas kapal dengan panjang 120 meter ini adalah melayani kebutuhan militer Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Ketika berada di perairan Bali dalam perjalanan dari Australia menuju Filipina, USAT Liberty Glo diterpedo kapal selam Jepang hingga nyungsep ke dasar laut.
Sebagian awaknya diselamatkan oleh kapal perusak Belanda, HNLMS Van Ghent. Namun nahas, “besi terapung” ini tak sanggup dibawa ke Singaraja hingga akhirnya tenggelam di perairan Tulamben sampai sekarang. Semula USAT Liberty Glo berada hanya di kedalaman 8 meter, tapi saat Gunung Agung meletus pada 1963, kapal bergerak ke kedalaman 35 meter dari permukaan laut.
CHOIRUL AMINUDDIN