TEMPO.CO , Jakarta - Secangkir teh panas dan seporsi sanggara peppe dengan sambal goreng begitu pas dihidangkan saat hujan turun rintik-rintik sore itu. Duduk di dekat jendela Mama--toko kue dan es krim--serasa seperti di berada di teras rumah. Memang, resto yang didirikan Mimi Kudrati ini berkonsep rumah dengan sajian makanan sehat dan alamiah.
Memasuki ruang utama resto yang berada di Jalan Bougenville 1, Panakkukang Mas, Makassar, pengunjung disuguhkan beragam kue tradisional Sulawesi Selatan di dalam etalase. Termasuk sanggara peppe, yang telah tersaji. Sanggara peppe adalah pisang utuh yang digoreng, lalu ditekan hingga gepeng.
Pilihan menu yang lengkap disodorkan oleh pelayan. Mulai dari makanan utama hingga hidangan penutup serta minuman. Ada banyak macamnya, baik bernuansa lokal maupun Barat. Beberapa menu andalan direkomendasikan oleh Natalya Tanyadji, pemilik kafe yang juga anak Mimi.
Untuk makanan utama ada bubur Manado, Lontong Cap Go Meh, dan songkolo. Kentalnya kuah labu pada bubur, serutan jagung, dan sayur bayam berpadu menjadi satu. Ditambah gurihnya ikan mairo--ikan teri putih kecil--dan sambal tomat pedas membuat lidah bergoyang.
Adapun Lontong Cap Go Meh seperti lontong sayur pada umumnya. Bedanya, selain sayur kari, ayam, dan daging, ada sambal goreng ubi dan taburan kelapa sangrai. Sedangkan songkolo, yang biasanya menjadi menu sarapan atau untuk begadang, disandingkan dengan serundeng daging. Songkolo adalah makanan khas Bugis yang terbuat dari beras ketan yang dikukus.
Dua gelas jus berwarna kontras, yakni Green Vegetable dan Mama Juice, yang terbuat dari terung Belanda, menjadi pilihan pelepas dahaga. Mama Juice berwarna merah, sedangkan Green Vegetable berwarna hijau, yang berasal dari warna dasar bahan utamanya, yakni bayam. Rasa bayamnya tidak begitu mencolok karena dinetralkan dengan campuran jeruk.
Penganan tradisional tak luput dijajal lidah. Mulai es pisang ijo, barongko, dan kue seruni. Pisang ijo ditata cantik dengan perpaduan warna pelangi yang didapat dari elemen pelengkapnya. Secuil bubur ketan hitam dan beberapa bola cendil berwarna cokelat ditenggelamkan ke dalam vla, yang terbuat dari tepung beras. Tak ketinggalan tentunya sentuhan rasa manis dari pisang ambon.
Rasa manis yang pas dari campuran santan, telur, gula, dan lembutnya ayakan pisang menyatu dalam kue tradisional olahan khas bernama barongko. Sedangkan kue seruni berbentuk bulat, terbuat dari tepung ketan, di dalamnya diisi dengan adonan rasa durian dan disajikan di atas piring kecil bersama vla vanila.
Sebagai hidangan penutup, ada coco ketan, yakni campuran bubur ketan hitam dan serutan daging kelapa muda, ditambah dua sendok es krim vanila dan dipermanis dengan cokelat leleh dan remah-remah kue kering baruasa, sekaligus mempercantik tampilannya.
Selain mengandalkan cita rasa lokal, resto Mama juga mengutamakan prinsip penganan sehat untuk semua sajiannya. "Kami tidak pernah menggunakan bahan-bahan campuran makanan, seperti MSG. Jus-jus buah yang disajikan tidak ada tambahan sirop untuk pemanisnya," kata Natalya.
Menurut Natalya, sejak awal ibunya membuka Mama Toko Kue dan Es Krim, konsepnya memang menyajikan makanan keluarga yang sehat, tentunya tanpa perasa buatan, pewarna, dan pengawet. "Jadi kami betul-betul memperhatikan kualitas setiap hidangan," ujarnya.
Nah, untuk mempertahankan keawetan makanan, kita harus selektif dalam pemilihan bahan. Misalnya, pada menu bubur jagung khas Sulawesi Selatan, bassang, dan setiap menu yang mendapat campuran ketan di dalamnya. "Jadi, tiap butir jagung ataupun ketan dipilih yang berkualitas baik," kata Natalya.
ISMIRA SYAHRIR | IRMAWATI
SELERA
Mama, Toko Kue dan Es Krim
Jalan Bougenville 1, Panakkukang Mas
Telepon: 0411-2024288
Buka: Setiap hari, pukul 09.00-22.00 Wita