TEMPO.CO, SOLO- Di Festival Payung Indonesia yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo, 15-17 September 2017, tampak sosok Rasimun, kakek berusia 90. Pendengarannya mulai berkurang, namun matanya masih cukup awas. Tangannya juga masih cekatan membuat bilah bambu.
Dia juga masih sanggup membuat lubang-lubang kecil di bilah bambu itu. Meskipun, untuk aktivitas itu dia harus memakai kacamata dengan model kuno. Baca:7 Kecamatan di Kapuas Hulu akan Menjadi Kawasan Agropolitan
Rasimun adalah satu dari segelintir perajin payung tradisional di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Di usianya yang sangat tua itu, dia masih mencoba bertahan melestarikan kerajinan payung tradisional.
"Saya mulai membuat payung kertas sejak 1945," katanya di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu 16 September 2017. Saat itu masih banyak perajin payung di daerahnya. "Sekarang tinggal dua orang," katanya.
Sehari-hari, Rasimun menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi payung, seperti kayu randu, bambu, tali kenur dan kertas. Bahan itu dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi sebuah payung cantik.
"Rangka dibuat dari 22 bilah bambu panjang dan 22 bilah bambu pendek," katanya. Pemasangannya membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi agar payung bisa mengembang dengan sempurna. Di usianya yang cukup tua, dia masih mampu mengerjakannya sendiri.
Rasimun jugalah yang menghias payung kertas itu dengan lukisan bunga-bunga. Dalam sebulan, dia mampu membuat 100 buah payung. "Dijual di Pasar Minggu Malang," katanya.
Di era modern ini, Rasimun tetap memilih membuat patung berbahan kertas ketimbang kain. Padahal, pembuatan payung kertas harus dikerjakan dengan lebih hati-hati agar tidak mudah sobek. "Masih banyak yang mencari untuk hiasan," katanya. Baca:Solo Kembali Menggelar Festival Payung Indonesia
Sebenarnya, Rasimun pernah mendapat tawaran untuk memasarkan payungnya ke luar negeri. Namun tawaran itu terpaksa ditolaknya. Dia tidak punya tenaga untuk menambah kapasitas produksinya.
Pria tua itu menjadi salah satu peserta di Festival Payung Indonesia yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo, 15-17 September 2017. "Dia terus bertahan meski kerajinan ini sudah kehilangan peminat," kata koordinator festival, Heru Prasetyo.
AHMAD RAFIQ