Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

image-gnews
Tembok Besar Cina
Tembok Besar Cina
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di bawah sinar matahari yang terik ribuan orang berjubel di jalan setapak yang meliuk-liuk bagaikan naga. Bau khas keringat yang menyengat sama sekali tidak menyurutkan langkah menyusuri anak tangga di Tembok Besar Cina yang semakin menanjak itu, pertengahan Agustus lalu.

Bangunan persegi empat di ujung perbukitan itu merupakan titik kumpul orang-orang dari berbagai latar belakang. "Saya mau tidak mau harus mengikuti kemauan si anak," kata Zhou Xiao Bo dengan nafas tersengal.

Pria asal Shanghai itu sudah tiga kali ini mengunjungi Tembok Besar. Namun baru sekali itu mengajak istri dan anaknya mendatangi tembok sepanjang 8.850 kilometer yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia itu.Tembok Besar juga memikat keluarga Barack Obama untuk mengunjunginya, Maret, lalu. AP/Andy Wong

Maka di hari ketiga kunjungan wisatanya ke Beijing, keluarga Zhou tidak melewatkan Tembok Besar yang oleh masyarakat setempat disebut dengan "Chang Cheng", atau juga "Wan Li Chang Cheng".

Disebut demikian karena saking panjangnya bangunan buatan manusia pada tahun 721 SM tersebut. Tembok Besar didirikan untuk menahan gempuran musuh dari suku-suku di utara daratan Tiongkok tersebut.

Keringat mengucur deras, Zhou Han Ru belum menghentikan langkahnya. Menanjak dan terus menanjak, meski ayahnya Xiao Bo dan ibunya jauh tertinggal di belakang.

Bocah berusia 11 tahun tersebut tidak ingin menyerah sebelum langkahnya benar-benar terhenti di bangunan puncak yang menjadi tujuan semua orang.

Tembok Besar memang bukan puncak gunung yang menjadi tujuan para pendaki untuk menorehkan prestasi. Namun untuk menaklukkan bangunan yang menjadi lambang kebesaran pemerintah China tersebut membutuhkan nyali, dan tentu saja energi.

Tidak jarang smpai ada korban jiwa saat ingin mencapai bangunan yang dibuat oleh tiga dinasti dalam periode berbeda itu. Mereka tewas lantaran terlalu memaksakan diri untuk bisa menggapai puncak.

Sebagian warga China merasa bahwa menaklukkan Tembok Besar merupakan prestasi tersendiri sehingga layak mendapatkan penghargaan. Oleh sebab itu, di Badaling banyak pedagang yang menawarkan medali, baik yang berwarna kuning keemasan maupun yang putih keperakan.

Harganya pun relatif terjangkau. Apalagi bagi yang pandai menawar, medali dari monel yang dibanderol seharga 70 RMB (Rp140.000) itu bisa dibawa pulang dengan harga separuhnya.

Medali itu pun bisa dibubuhi nama dan tanggal tanpa dikenakan biaya jasa pembuatan tulisan. Selain medali, juga banyak ditawarkan piagam bertuliskan karakter Mandarin yang bisa diberi nama dan tanggal sesuai keinginan.

"Tuntas sudah hari ini kami mendaki Tembok Besar," kata Ming Ni Lai, 17 tahun,asal Jiangsu sambil membanggakan medali yang dikalungkannya.Para pekerja menurunkan barang-barang di bagian tembok yang curam usai melauka pekerjaan renovasi, Juni 2017. Reuters/Damil Sagolj

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Zhou Xiao Bo dan keluarganya serta Ming Ni Lai merupakan salah satu gambaran kegigihan warga Tiongkok dalam mewujudkan harapan dan keinginannya.

Mereka tidak saja mengerahkan segala energi, melainkan juga menghadapi risiko liarnya alam terbuka di negara empat musim tersebut.

Rentetan bencana alam, mulai gempa bumi pada 8 Agustus disusul hujan deras terus-menerus sejak 11 hingga 14 Agustus hingga diperparah oleh badai topan 23 dan 27 Agustus 2017, telah melanda berbagai wilayah di daratan China.

Bencana itu, tidak hanya menimbulkan jatuhnya korban ratusan jiwa dan kerugian material akibat hancurnya bangunan, melainkan juga memukul sektor pariwisata.

Bagaimana tidak, Agustus merupakan puncak kepadatan wisatawan pada libur musim panas.

Oleh sebab itu, hanya warga China yang memiliki nyali, berani berlibur di alam terbuka. Apalagi gempa berkekuatan 7 pada skala Richter di Taman Nasional Jiuzhaigou, Provinsi Sichuan, pada 8 Agustus 2017 malam telah mengakibatkan 24 orang tewas dan 493 lainnya luka. Di antara para korban itu adalah wisatawan.

Zhou Xiao Bo dan keluarganya tidak hanya menghadapi tantangan di alam terbuka, tetapi juga saat berangkat dan pulang menuju tempat tersebut.

Mereka tidak peduli harus berdesak-desakan dengan ratusan bahkan ribuan orang lain. Yang terpenting hasrat berlibur bersama keluarga harus terpenuhi.

"Kalau tidak sekarang, kapan lagi saya bisa mengajak anak-anak ke sana," ujarnya.

Magnet Tembok Besar Cina memang tak pernah pudar.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

5 April 2018

Seorang pengunjung bermain perahu layar pada saat sunset atau matahari terbenam di Pulau Boracay, Filipina, 17 Januari 2016. REUTERS/Charlie Saceda
Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

White Beach, Pulau Boracay, merupakan tempat tujuan pantai terbaik kedua di Asia oleh TripAdvisor ditutup mulai 26 April, puncak liburan musim panas.


Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

14 Februari 2018

Suasana di Pulau Rottnest, Australia Barat. Tourism Western Australia
Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

Salah satu lokasi untuk liburan romantis merayakan Valentine adalah di Perth, ibu kota Australia Barat. Hanya 4,5 jam penerbangan dari Jakarta.


Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

24 September 2017

Pemandangan dari atas bukit di Fairy Lake Leisure Farm, Taiwan. (Dewi Rina)
Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

Tak hanya mengandalkan hasil panen, petani di Taiwan juga membidik bisnis wisata dengan menyediakan penginapan dan aneka atraksi menarik.


Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

24 September 2017

Lee dan istrinya,  pemilik perkebunan Persimmon Brother Farm, Taiwan (Dewi Rina)
Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

Sejumlah lahan pertanian yang melakukan ekspansi ke bisnis wisata di Taiwan, banyak dikelola oleh generasi muda.


Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

9 September 2017

Singapore River Cruise yang memiliki panjang 5 meter dan lebar 3 meter melintasi sungai di Singapura yang tidak memiliki gelombang sehingga membuat nyaman para wisatawan. Tempo/Maria Rita
Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

Tahun ini, setidaknya ada enam sarana wisata baru yang telah dan akan diluncurkan pemerintah Singapura untuk menggaet lebih banyak wisatawan.


Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

9 September 2017

Sejumlah wisatawan asing mengunakan kinomo santai
Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

Meski Jepang terbilang sebagai destinasi wisata yang mahal, dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa berlibur di Jepang dengan biaya hemat.


Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

5 September 2017

Ulah Manusia, Tembok Besar Cina Rusak Parah
Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

Tidak heran, bahkan untuk mencapai gerbang Tembok Besar Cina dari kota Beijing pun sudah menjadi perjuangan tersendiri. Begiu juga saat pulangnya.


Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

9 Agustus 2017

Presiden Jokowi berpose serupa dengan patung lilin dirinya di Museum Madame Tussauds di Hong Kong, 1 Mei 2017. Kehadiran figur Jokowi di Madame Tussauds merupakan permintaan dari pengunjung dan survei yang dilakukan pihak museum.  Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

KJRI Hong Kong menyatakan jumlah pengunjung asal Indonesia meningkat.


Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

8 Juli 2017

Pemerintah Cina membangun jalan dengan lantai kaca berbentuk tapak kuda (skywalk), menjorok sejauh 27 meter dari tebing di Chongqing, di Barat Daya Cina. dailymail.co.uk
Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

Skywalk yang terdiri dari konstruksi kaca ini berada 120 meter di atas jurang yang menganga.


Tinggalkan Rusia, Perempuan Tajikistan Jadi Pemandu Wisata

1 Oktober 2016

Taman Nasional Pamir di Tajikistan memiliki luas 2,6 juta hektar, sekitar 18 persen dari total luas negara itu. Gempa bumi dan cuaca ekstrim sering melanda wilayah ini sehingga tidak banyak ditinggali manusia. Taman ini menjadi rumah bagi macan tutul salju, ibex (sejenis kambing hutan di Siberia), domba Marco Polo dan markhor (sejenis kambing hutan). Un.org
Tinggalkan Rusia, Perempuan Tajikistan Jadi Pemandu Wisata

Pekerjaan memandu wisata ke gunung dianggap pekerjaan lelaki.