TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Aceh menggelar lomba pacuan kuda tradisional di dataran tinggi Gayo untuk mempromosikan wisata di wilayah itu dan sekitarnya.
Baca juga: Ketika Pelajar Menelusuri Budaya Gayo
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Reza Fahlevi dalam keterangan tertulis mengatakan lokasi pacuan kuda yang berada di dataran tinggi Gayo, Takengon, Ibu Kota Kabupaten AcehTengah diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Lokasi pacuan kuda itu berada di ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut. Berhawa sejuk dngann latar belakang hutan hijau yang berbukit. "Ditambah dengan ragam budaya Aceh yang khas, ini daya tarik tersendiri bagi wisatawan," paparnya.
Hal itulah yang ditawarkan kepada wisatawan saat menyaksikan "Perlombaan Tradisional Pacuan Kuda" pada 27 Agustus 2017 di Lapangan Pacuan Kuda H. M. Hasan Gayo Belang Bebangka Pegasing, Aceh Tengah. Lomba pacuan kuda tradisional yang digelar sebagai rangkaian peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI ini mengusung tema "Terus Berpacu Lestarikan Budaya Majukan Negeri".Sejumlah joki cilik berpacu di atas kuda dalam pacuan kuda tradisional di Gayo, Aceh Tengah, 2015. Antara/Rizky Pinossa
Perlombaan tradisional pacuan kuda di dataran tinggi Gayo sudah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat dataran tinggi Gayo. Pacuan kuda Gayo telah dilakukan sejak zaman pendudukan Belanda yang digelar sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen.
Dalam pacuan kuda tradisional ini, joki-joki cilik menunggang kuda yang berlari kencang tanpa menggunakan pelana.
Tahun ini, lomba itu diikuti sekitar 400 peserta dari berbagai daerah di daratan tinggi Gayo, seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Jumlah peserta ini meningkat dibandingkan pada 2016 yang diikuti oleh 350 peserta.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi terselenggaranya "Perlombaan Tradisional Pacuan Kuda" di dataran tinggi Gayo sekaligus mempromosikan wilayah Gayo yang juga populer dengan kopi khasnya.
Menurut Menteri, kolaborasi antara kopi gayo dengan kekuatan budaya dan pemandangan alam menjadi atraksi yang menarik bagi pariwisata Aceh secara keseluruhan, termasuk wisata halal yang menjadi ikon Provinsi Aceh.
ANTARA